4 Bek Terburuk Sepanjang Sejarah Liga Primer Inggris
INDOSPORT.COM - Dalam sepakbola, sebuah tim yang terdiri dari 11 pemain, memiliki posisinya masing-masing dengan tanggung jawab yang sama-sama penting. Begitu pula posisi bek bertahan yang bertugas melindungi kiper saat menguasai bola.
Bek memang memiliki kesigapan untuk menghalau bola yang menyerang gawang skuatnya. Bahkan tak jarang, mereka mendapatkan peringatan hingga diusir wasit usai melakukan tekel untuk mencegah penyerang tim lawan yang menerobos ke pertahanan mereka.
Tanggung jawab tersebut yang membuat posisi bek menjadi begitu penting dan krusial. Bukan sembarang pemain yang mampu mengambil peran sebagai bek. Karena selain kiper, bek menjadi salah satu penentu pertahanan tim.
Liga Primer Inggris memiliki sederet bek terbaik di klub-klub yang berada di dalam sana. Sebut saja Nicolas Otamendi, David Luiz, Cesar Azpilicueta, Marcos Rojo, Antonio Valencia hingga Danny Rose dari Tottenham Hotspur.
Namun bukan deretan bek terbaik saja, Liga Primer Inggris juga punya sederet pemain belakang terburuk sepanjang sejarah. Berikut INDOSPORT berhasil merangkum deretan pemain posisi bek yang memiliki penampilan paling buruk:
1. Frank Sinclair
Dikenal sebagai bek termiskin dalam sejarah Liga Primer Inggris, Frank Sinclair benar-benar tidak memiliki reputasi yang mulus. Dia lebih dikenal sebagai pembuat kesalahan daripada seorang bek.
Ia dibayangi oleh kesalahannya sendiri, tepatnya pada Final Piala FA 1994, Sinclair yang membela Chelsea di final melawan Manchester United, tak mampu menolong timnya dari kekalahan telak 0-4.
Selama menjalani laga di Liga Primer Inggris, Sinclair telah melakukan enam gol bunuh diri dalam 288 laga yang sudah ia lalui. Ia kemudian memutuskan untuk bergabung dengan Leicester City pada medio 1998 hingga 2004, namun hingga memutuskan gantung sepatu, kesalahan yang telah ia lakukan memberinya mahkota sebagai salah satu bek terburuk dalam sejarah Liga Primer Inggris.
2. Titus Bramble
Dia pernah diberi label sebagai mitra Rio Ferdinand, namun kenyataannya, dia tidak berada di dekat level itu. Bramble memperkuat klub Ipswich Town pada 1998 hingga 2002 dan dan kemudian bergabung dengan Newcastle dengan nilai transfer 6 juta poundsterling atau setara Rp11 miliar
Setelah lima musim dan ia tak lagi dipercaya untuk bermain di lini belakang. Dia kemudian menandatangani kontrak dengan Sunderland dan justru menjadi bencana di lini belakang klub tersebut.
Bramble tercatat seringkali melakukan aksi gol bunuh diri yang membuat dirinya tidak memiliki karier yang pasti serta terpuruk bersama timnya.
3. Khalid Boulahrouz
Mourinho mendatangkan Boulahrouz ke Chelsea pada 2006 silam dengan nilai transfer 8.5 juta poundsterling atau setara Rp157 miliar, namun sayangnya ia tidak bisa memenuhi harapan.
Dimainkan hanya 13 kali di musim pertamanya, Boulahrouz justru bermain di bawah ekspektasi di lapangan. Apapun alasannya, ternyata dia menjadi investasi yang buruk. Kemampuannya berbanding terbalik dengan harganya dan rasanya tak layak untuk menjadi bagian dari klub berjluk London Biru tersebut.
Bek Belanda itu akhirnya dipinjamkan ke Sevilla hingga akhirnya bergabung dengan klub Jerman, VFB Sttutgart, pada 2008 lalu. Namun hal itu tetap membuktikan bahwa dirinya memang bukan pemain yang dibutuhkan oleh Jose Mourinho kala itu.
Claudio Cacapa
Pemain internasional Brasil, Cacapa, menandatangani kontrak dengan Newcastle secara gratis pada akhir 2000 dari Olympique Lyonnais. Namun kemudian, Newcastle memasuki masa yang cukup mengerikan setelahnya.
Dia merasa sulit menyesuaikan diri dengan sepak bola Inggris, di mana dia selalu menghadapi kesalahan dengan bola dan tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan bagiannya.
Setelah Newcastle terdegradasi di musim 2008-2009, ia tidak pernah bisa membawa perubahan yang berarti bagi klub tersebut dan meembuatnya sebagai salah satu pemain terburuk yang pernah dimiliki Newcastle United.