Tiga Alasan Ini Cukup untuk Chelsea Pecat Antonio Conte
Untuk pertama kalinya dalam sejarah Bournemouth, klub yang berjuluk The Cherries ini menceploskan tiga gol ke gawang salah satu tim enam besar Liga Primer Inggris. Tiga kali, sekaligus memastikan rekor tak terkalahkan sejak pergantian tahun. Bournemouth yang bertandang ke Stamford Bridge, memaksa kiper Chelsea Thibaut Courtois memungut bola dari dalam gawangnya.
“Kami harus khawatir (mengenai finish di posisi empat besar),” ujar pelatih Chelsea Antonio Conte. “Ini tidak akan mudah. Saya hanya mengulangi apa yang telah saya katakan sejak awal musim.
“Kami harus bertarung. Kami harus siap untuk bertarung. Saya pikir para pemain mulai mengerti bahwa musim ini kami akan kesulitan untuk mendapatkan posisi di Liga Champions.
“Jika kami hanya ingin bermimpi dan tak melihat kenyataan, dalam kasus ini saya dapat mengatakan bahwa kami dapat bertarung untuk gelar juara musim ini. Tapi penting untuk melihat kenyataan dan mengetahui bahwa akan menjadi sebuah kesuksesan besar untuk mencapai tempat di Liga Champions.”
Seperti yang kita ketahui, ekspektasi para petinggi Chelsea terhadap kinerja pelatih, terutama target trofi, sangat tinggi. Sejak konglomerat Russia Roman Abramovich mengambil alih kepemilikan Chelsea sekitar 15 tahun lalu, setidaknya terdapat 12 nama yang telah menukangi The Blues.
Tak heran jika isu pemecatan Conte pun beredar di media, meskipun baru saja mengantarkan titel juara Liga Inggris ke London Barat. Carlo Ancelotti memenangkan “The Double” – Liga Primer Inggris dan Piala FA – satu musim sebelum ia diberhentikan; Roberto di Matteo membawa trofi Liga Champions Eropa pertama dalam sejarah klub beberapa bulan sebelum ia ditendang keluar; Jose Mourinho memenangkan gelar Liga Primer Inggris dan ditunjukkan pintu keluar untuk kedua kalinya. Raihan Conte musim lalu memang tak dapat dianggap remeh, tapi juga tidak spesial.
Terdengar tanpa belas kasihan, tapi sistem ini mengantarkan 15 trofi di era Abramovich, menempatkan Chelsea di jajaran klub-klub elite Eropa. Conte tidak kebal dari keputusan klub dan inilah beberapa alasan bagi Chelsea untuk mengucapkan perpisahan pada pelatih Italia tersebut:
1. Rawannya jatah ke Liga Champions League Musim Depan
Hasil buruk ini memaksa Chelsea turun ke peringkat empat klasemen dengan 50 poin, terpaut 18 poin dari pemuncak tabel Manchester City. Posisi Chelsea di empat besar bahkan berada di ujung tanduk, dengan peringkat kelima Tottenham Hotspur hanya dipisahkan oleh dua poin.
Bukan hanya citra klub menjadi taruhan bila kembali absen di kompetesi paling bergengsi di Eropa tersebut, secara finansial Chelsea juga akan terpukul. Absen di Eropa, musim lalu pendapatan Chelsea berada di peringkat keempat diantara klub-klub Premier League Inggris, terpaut lebih dari 60 juta pound sterling atau 1 triliun rupiah dari Arsenal di peringkat ketiga meskipun keluar sebagai juara.
2. Ketidakharmonisan Hubungan Conte dengan Manajemen
Akhir Januari lalu, beredar isu bahwa dewan pengurus Chelsea kehilangan kesabaran akan Conte. Tersebarnya isu ini bukan tanpa alasan – peringai Conte dalam wawancara menjadi pemicu.
Pengurus klub merasa pengakuan Conte bahwa ia tidak memiliki suara dalam kebijakan transfer pemain di saat klub berusaha mendapatkan target-target Conte tidak boleh dilanjutkan. Emerson Palmieri misalnya, bek kiri AS Roma dan penyerang tipe target-man, Olivier Giroud, didatangkan atas permintaan mantan pelatih Siena dan Juventus tersebut.
“Saya pikir klub yang menentukan jendela transfer kami. Seperti yang saya katakana sebelumnya, tugas saya adalah mengembangkan bursa transfer, sejak musim panas, klub yang mengambil keputusan untuk setiap pemainnya,” ucap Conte dalam konferensi pers jelang melawan Newcaste di Piala FA.
Sugesti bahwa klub mendikte kebijakan rekrutmen pemain, tentu saja, merusak hubungan sang manajer dan pengurus klub. Mantan direktur sepak bola Chelsea, Michael Emenalo, pun diduga memutuskan untuk meninggalkan klub yang berbasis di London Barat karena isu ini.
3. Negativisme Dalam Ruang Ganti
Bukan pertama kalinya dalam konferensi pers, Conte mengaku kalah dalam perburuan gelar musim ini. Terhitung sejak 9 Desember 2017, usai menelan kekalahan melawan West Ham, Conte mengaku harapan Chelsea untuk mempertahankan titel juara telah usai.
Jika seseorang yang seharusnya memberikan motivasi pada anak-anak asuhannya telah mengibarkan bendera putih tanda menyerah, siapa lagi yang akan mengangkat mental pemain-pemain?
Realistis, mungkin, tapi bukan kata-kata yang diharapkan siapapun untuk didengar para pemain di saat keadaan buruk.