3 Pemain Asing yang Bongkar Bobrok Sepakbola Indonesia ke Mata Dunia
Kompetisi sepakbola Indonesia memang masih dipenuhi banyak kekurangan. Dari mulai sistem tata kelola, regulasi kompetisi, infrastruktur, dan lainnya, tentu masih banyak yang harus diperbaiki oleh pihak-pihak berwenang, dalam hal ini PSSI.
Kualitas sistem kompetisi di Tanah Air dengan luar negeri tentunya sulit untuk dibandingkan mengingat kualitas keduanya yang masih berbeda jauh. Dibandingkan kompetisi di Eropa, sistem kompetisi sepakbola di Indonesia pasti masih tetinggal jauh.
Namun kini PSSI tengah berbenah dan memperbaiki berbagai sistem kompetisi Liga di Indonesia setelah sempat dibekukan oleh FIFA. Liga 1 2017 menjadi kompetisi resmi perdana PSSI pasca dibekukan oleh FIFA 2015 silam.
Terlepas dari banyaknya kekurangan, nyatanya banyak di antara para pemain asing yang merumput di Liga Indonesia yang nampaknya tak nyaman. Usai tak lagi bermain di Tanah Air mereka justru membongkar berbagai kekurangan yang masih terjadi di kompetisi sepakbola Indonesia.
Paling hangat, tentunya pengakuan blak-blakan pemain Belanda yang pernah memperkuat klub Indonesia, Kristian Adelmund. Eks penggawa Persela itu membongkar dugaan adanya korupsi yang terjadi di kompetisi Indonesia.
- Bongkar Kasus Korupsi Sepakbola Indonesia, Siapakah Kristian Adelmund?
- Usai Bawa Feyenoord Menang, Adelmund Kirim Sinyal Kembali ke Liga Indonesia?
- Bongkar Korupsi Sepakbola Indonesia, PSSI Tantang Eks Feyenoord Buktikan Ocehannya
- Eks Feyenoord Bongkar Korupsi Sepakbola Indonesia kepada Media Belanda
Sebelum Adelmund, nyatanya ada dua pemain asing lainnya yang pernah membongkar bobrok yang ada di kancah Liga Indonesia. Berikut INDOSPORT sajikan tiga pemain asing yang terang-terangan mengungkapkan ketidakpuasan mereka pada sistem kompetisi di Indonesia.
1. Lee Hendrie
Lee Hendrie termasuk pemain top dunia yang pernah bermain di Indonesia. Ia merupakan mantan pemain sejumlah klub-klub Liga Primer Inggris, salah satunya Aston Villa (1994-1997). Ia juga pernah bermain untuk Timnas Inggris U-21 (1994-1999) dan Timnas Inggris Senior (1998).
Pemain kelahiran 18 Mei 1977 tersebut meniti karier di Indonesia bersama klub Bandung FC pada tahun 2011. Ketika itu, ia bermain bersama Bandung FC di kompetisi Liga Primer Indonesia (LPI). Setelah putus kontrak dengan Bandung FC, dirinya bermain di beberapa klub, seperti Chasetown, Tamworth, hingga memutuskan untuk pensiun dari dunia persepakbolaan pada 2013.
Kondisi fisiknyalah yang menjadi alasan dirinya tidak lagi melanjutkan karier sepakbola. Mantan pemain Timnas Inggris itu pun secara blak-blakan mengungkapkan jika ia kapok untuk kembali bermain di klub Indonesia. Saat diwawancarai oleh ESPN, Hendri menceritakan secara gambling bagaimana pengalamannya saat berkiprah di kancah sepakbola Tanah Air.
Meski kagum dengan dukungan luar biasa suporter, namun ada beberapa hal yang membuat Hendrie trauma untuk kembali bermain di Tanah air.
"Peruntungan saya di Inggris saat itu kurang baik, saya absen bermain dalam kurun waktu kurang lebih 12 bulan. Saya merasa Indonesia menawarkan sesuatu yang berbeda dan memang pada akhirnya terbukti seperti yang saya bayangkan,” ujarnya.
"Terlalu banyak korupsi terjadi di Superliga Indonesia dan hal itu menjadi pemicu terciptanya liga baru. Beberapa tim Superliga bergabung, tetapi dalam perjalanannya terjadi beberapa perubahan untuk menciptakan kompetisi yang sesuai dengan aturan," tambah Hendrie.
2. Boubacar Sanogo
Sosok Boubacar Sanogo pernah lekat dengan sepakbola Indonesia. Pemain asal Pantai Gading itu pernah berseragam Madura United pada putaran pertama Liga 1 lalu. Ia dikontrak manajemen Laskar Sape Kerrap pada pertengahan Mei 2017 lalu.
Namun penyerang yang pernah memperkuat Werder Bremen dan Saint-Étienne dicoret Madura United pada bulan Juli 2017 lantaran peformanya kurang mengilap seperti Peter Odemwingie. Sanogo hanya tampil lima kali dan baru mencetak satu gol.
Kurang lebih tiga bulan bermain di Indonesia, Sanogo menceritakan hal yang menyedihkan dari sepakbola Indonesia kepada media Jerman, T-Online. Mantan pemain Timnas Pantai Gading ini merasakan dan melihat langsung bagaimana kondisi sepakbola Tanah Air.
“Saya tidak suka di sana (Indonesia). Strukturnya sangat memprihatinkan. Kami bahkan tidak memiliki ruang ganti dan shower di tempat latihan, jadi kami harus pindah ke rumah,” kata Boubacar Sanogo kepada media tersebut.
Saat ini, Sanogo diketahui bermain untuk klub kompetisi divisi empat Liga Jerman atau Regionalliga, VSG Altglienicke. Ia diketahui sudah berada di klub tersebut akhir Oktober 2017. Dalam wawancaranya, dia memang sudah ingin mengakhiri karir di Jerman dan mengambil lisensi kepelatihan di negara juara Piala Dunia 2014 tersebut.
3. Kristian Adelmund
Sebelumnya, melalui media Belanda, Kristian Adelmund sempat membongkar pengalamannya selama memperkuat klub di Liga Indonesia. Adelmund yang pernah membela Persela Lamongan tersebu mengungkapkan mengenai perlakuan tak adil yang diterimanya saat dipecat secara sepihak hingga korupsi di Liga Indonesia yang merajalela.
"Semuanya sempat berjalan baik dan para fans sangat menghargai saya. Namun tiba-tiba saya didepak tanpa belas kasihan. Dengan cara ini, pelatih bisa mengambil pemain baru dan memasukan keuntungan ke kantongnya sendiri," ujar mantan pemain Feyenoord Rotterdam itu.
"Meski keadaan semakin baik saat ini, korupsi tetap menadi masalah utama sepakbola Indonesia. Sebagai contoh, saya pernah melihat bos lawan membawa pistol ke ruang ganti wasit. Anda tak perlu heran dengan hal itu di Indonesia," sambungnya.
Direktur Media PSSI, Gatot Widakdo, yang dimintai keterangannya mengenai pengakuan Adelmund tersebut enggan menanggapi lebih jauh. Gatot menilai jika bek 31 tahun itu tak memiliki dasar dan bukti yang jelas untuk membuktikan omongannya.
“Buktinya bagaimana? Itu kan sesuatu yang harus dibuktikan terlebih dulu. Tidak bisa asal tuduh hanya berdasarkan penglihatan,” ujar Gatot seperti dilansir dari Vice Indonesia. “Saya tidak mau berkomentar tentang kepengurusan PSSI yang lama dan masalah yang menimpa. Saat ini PSSI sudah berubah. Penyelenggaraan acara pun sudah transparan, kami siap setiap saat jika ada permintaan untuk keterbukaan,” tambahnya.