x

4 Fakta Mencengangkan UMS, Klub Etnis Tionghoa Tertua di Indonesia

Jumat, 16 Februari 2018 16:08 WIB
Penulis: Annisa Hardjanti | Editor: Ivan Reinhard Manurung

Sejarah sepakbola Indonesia mencatat Tanah Air sempat memiliki sebuah klub sepakbola yang anggotanya terdiri para pemain beretnis Tionghoa. Bahkan klub tersebut dikenal sebagai salah satu tim tertua yang ada di Indonesia hingga kini. 

Klub tersebut adalah UMS yang memiliki kepanjangan Union Makes Strength. UMS sendiri memiliki sejarah panjang dalam perhelatannya di dunia sepakbola Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda dulu.

Sepakbola UMS

Tak ayal jika mereka memiliki hubungan yang begitu erat dengan perkembangan sepakbola Tanah Air. Perjalanan mereka mengarungi waktu menorehkan banyak momen maupun pengalaman yang seiring melangkah bersama tumbuhnya sepakbola di Indonesia.

Terlebih lagi, UMS sendiri mampu menjadi salah satu klub besar yang dikenal bersaing cukup ketat dengan sederet klub di Indonesia kala era perjuangan dulu. Mereka pun menjadi salah satu klub yang diakui punya kualitas mumpuni. 

Baca Juga

Sederet prestasi berhasil ditorehkan oleh UMS dan hal itu yang kemudian membuat klub tersebut mampu bertahan untuk tetap ada seiring berkembangnya zaman yang semakin modern, terutama kemajuan di bidang dunia sepakbola. 

Berikut INDOSPORT berhasil merangkum sederet fakta soal UMS sebagai klub dengan pemain beretnis Tionghoa tertua yang ada di Indonesia hingga saat ini:


1. Eksis di Era Kekuasaan Hindia Belanda

Sepakbola UMS.

UMS terus eksis di dunia sepakbola Hindia Belanda. UMS menjadi klub yang paling gemar melakukan pertandingan kandang di luar Jakarta.Dalam perkembangannya terus tumbuh menjadi klub besar di tengah menjamurnya tim-tim sepakbola yang jika dilihat dari para personelnya berlandaskan etnis Tionghoa. 

Klub tersebut pada akhirnya terus mengembangkan sayapnya sebagai klub sepakbola etnis Tionghoa. Mereka bergabung dengan anggota Voetbal Bond Batavia Omstreken (VBO), perkumpulan sepakbola kaum Belanda, pada tahun 1920.

UMS lalu bergabung di bawah naungan West Java Voetbal Bond yang kemudian menjadi Voetbal Bond Batavia Omstreken (VBO), perkumpulan sepakbola kaum Belanda, pada tahun 1920. UMS mampu menjuarai kompetisi VBO pada tahun 1930, 1932, 1933, 1934, 1937, 1938, dan 1949.


2. Klub Penyalur Pemain Timnas Indonesia

Sepakbola UMS.

UMS yang sebelumnya bernama Pa Hoa FC tersebut menjadi klub yang paling banyak menyalurkan pemain berkualitas ke tingkat timnas Indonesia pada era mulai dari era 1930-an hingga 1970-an dulu. 

Tak dapat ditampik jika penggawa Timnas Indonesia dulu didominasi oleh para pemain dari etnis Tionghoa. Salah satu nama yang mencuat adalah Mohammad Djamiat Dalhar, orang pribumi pertama di UMS pada tahun 1950.

Djamiat bersama Andi Ramang pernah membawa Indonesia menahan imbang Uni Soviet 0-0 pada ajang Olimpiade Melbourne 1956 di Australia. Tak hanya Djamiat, UMS juga mengirimkan sejumlah nama ke kejayaan Timnas ketika itu, sebut saja (Alm) Drg. Endang Witarsah, hingga Kwee Kiat Sik dan Thio Him Tjiang.


3. Hubungan Mesra dengan Persija

Sepakbola UMS.

Klub elite Indonesia Persija Jakarta punya hubungan yang cukup erat dengan UMS. Hubungan tersebut berawal dari UMS dan klub etnis lainnya yang ikut dalam merajai kompetisi yang diadakan oleh Persija Jakarta pada 1952 dan 1953.

UMS berubah wujud menjadi klub yang merajai kompetisi Persija pada tahun 1952 dan 1953. Dari sanalah, jebolan pemain UMS masuk ke dalam era kejayaan Persija. Para pemain jebolan UMS pun masuk ke dalam bagian skuat Persija. Sebut saja A.W. Van der Vin, Djamiat Dalhar, Chris Ong, Thio Him Tjiang, dan Kwee Kiat Sek

Berkat sentuhan pemain UMS, Persija akhirnya mampu kembali menjuarai Perserikatan tahun 1954 dan 1964. Persija kembali menjadi juara Perserikatan tahun 1973, 1975, dan 1979. Satu figur kunci kesuksesan tim Oranye yang berasa dari jebolan UMS adalah Risdianto.


4. Aktor Utama di Balik Kejayaan Duet UMS-Persija

Sepakbola UMS.

Aktor utama kejayaan Persija dari UMS adalah (Alm) Drg. Endang Witarsa (Liem Soen Joe). Ia merupakan pelatih Persija dari tahun 1962 posisi Wuwungan yang dinilai gagal di kompetisi Perserikatan tahun 1958 dan 1959.

Penunjukan (Alm) Endang Witarsa sebagai pelatih Persija tak terlepas dari sukses UMS menjuarai kompetisi Persija di tahun 1960 dan 1961. Di bawah asuhannya, UMS menjadi juara tanpa kekalahan ketika itu.

Dengan materi pemain muda, dokter membuktikan tangan dinginnya mampu mengangkat prestasi Persija. Si Merah Putih dibawanya juara tanpa terkalahkan dengan rekor gol fantastis 34-3. Selain meraih predikat juara, gelar Persija terasa lengkap setelah Soetjipto Soentoro meraih gelar top skor dengan 16 gol. Musim yang lengkap bagi Persija dan Dokter pada Perserikatan tahun 1964.

Persija JakartaTimnas IndonesiaLiga IndonesiaUnion Makes Strength (UMS)

Berita Terkini