3 Pelajaran yang Bisa Dibawa Chelsea dan Barcelona ke Leg Kedua
Chelsea dan Barcelona harus puas dengan hasil imbang di Stamford Bridge di leg pertama Liga Champions Eropa babak 16 besar. Masing-masing gol yang dicetak oleh Willian dan Lionel Messi memastikan laga berakhir dengan skor 1-1.
Barcelona memang membawa pulang bekal berharga -- satu gol tandang -- ke Camp Nou. Tapi keuntungan tersebut, seperti yang kita ketahui, masih jauh dari sebuah jaminan untuk lolos ke fase berikutnya.
Barcelona akan menjamu Chelsea pada 15 Maret 2018 yang akan datang dengan kemenangan sebagai target, begitu pula sebaliknya.
Berikut pelajaran-pelajaran yang bisa diambil oleh kedua tim dari pertandingan pertama keduanya Rabu (21/02/18) tadi, untuk dibawa ke persiapan leg kedua yang akan datang:
1. False nine tidak bekerja dengan baik bagi Chelsea
Rencana pelatih Chelsea Antonio Conte di pertandingan ini jelas -- membiarkan Barcelona bermain dengan bola, kemudian memberikan kejutan serangan balasan cepat ketika bola berganti ke kekuasaan anak-anak asuhnya.
Tapi dengan menempatkan dua penyerang murninya di bangku cadangan: Alvaro Morata dan Olivier Giroud, dan mengandalkan tiga penyerang lincah: Eden Hazard, Wiliian dan Pedro di lini depan, Chelsea kesulitan untuk memenangkan duel udara dan menahan bola di depan.
Sementara, setiap kali Barcelona menekan Chelsea di daerah pertahanan, Chelsea cenderung melepaskan bola jauh ke tengah lapangan. Tidak heran, Barcelona mampu menguasai lebih dari 70 persen penguasaan bola, sebab Barcelona pemain-pemain bertahan Barcelona superior dalam memenangkan bola udara.
2. Barcelona kehilangan sosok penyerang ketiga
Di pertandingan ini, Barcelona menggunakan formasi 4-4-2 dengan Luis Suarez dan Lionel Messi sebagai dua ujung tombak.
Chelsea yang menggunakan tiga bek tengah jelas unggul dalam jumlah dan menyulitkan duo penyerang Barcelona tersebut. Ditambah lagi dengan kecenderungan Messi untuk turun menjemput bola ke lini tengah. Suarez kerap terisolasi, bahkan di babak pertama gagal menyentuh bola di dalam kotak penalti Chelsea.
Paulinho beberapa kali mencoba berlari melebar, berperan sebagai penyerang tambahan, tapi pemain Brasil ini tidak mampu menggantikan peran pemain-pemain seperti Coutinho atau Dembele. Sedangkan Iniesta selalu ditempel ketat oleh Ngolo Kante maupun Cesc Fabregas.
Pekerjaan rumah bagi pelatih Ernesto Valverde bagaimana memberikan beban tambahan bagi pemain-pemain bertahan Chelsea, sebab, harus diakui, tanpa kesalahan bek Chelsea Andreas Christensen di depan gawang, Barcelona tidak memiliki kesempatan yang benar-benar mengancam gawang Thibaut Courtois.
3. Dua gelandang bertahan mampu mematikan kreativitas gelandang serang
N'golo Kante dan Sergio Busquets menjadi pion penting bagi masing-masing kubu di pertandingan ini. Keduanya memang tipe gelandang jangkar yang berbeda: Kante cenderung berlarian sepanjang pertandingan, terus membayangi lawannya; sementara Busquets lebih gemar membacara arah operan lawan dan memainkan bola di kakinya sebagai transisi dari bertahan ke menyerang.
Tapi keduanya memiliki satu kesamaan -- sama-sama mampu mematikan operan-operan mematikan yang kita harapkan dari pemain-pemain yang dimiliki Chelsea dan Barcelona.
Conte dan Valverde harus saling beradu pemikiran dalam memutari dua tembok di lapangan tengah ini. Misalnya memanfaatkan kelemahan Kante dalam menguasai bola dalam tekanan atau Busquets dalam kecepatan.