3 Faktor Kunci yang Bisa Bantu Persib Bangkit di Liga 1 2018
Kompetisi Liga 1 musim 2017 lalu bisa dibilang bukanlah momen terbaik Persib Bandung. Tidak mengherankan memang mengingat saat itu mereka hanya bisa finish di peringkat 13, berselisih enam poin saja dari zona degradasi.
Dari total 34 pertandingan yang mereka jalani, Persib hanya mampu merasakan sembilan kemenangan saja. Sedangkan sisanya dihiasi 14 kali hasil imbang dan 11 kekalahan yang membuat mereka cuma bisa mengoleksi 41 poin saja.
Kini, menatap musim baru Liga 1 2018, adalah hal yang wajar jika tim berjuluk Maung Bandung itu berharap bisa bangkit dan menjadi salah satu pesaing kuat gelar juara.
Selain demi memuaskan para penggemarnya, kebangkitan Persib juga dinantikan lantaran sejak 2015 lalu, Persib sudah merasakan puasa gelar. Ya, sejak menjadi kampiun Piala Presiden 2015, Persib seolah tenggelam dan menemui kesulitan untuk tampil.
Bahkan di Piala Presiden 2018, mereka sudah tersingkir di fase penyisihan grup. Padahal mereka saat itu berlaku sebagai salah satu tuan rumah.
- Kick Off Sempat Tertunda, Persib Tetap Main demi Bobotoh di Tasik
- Lawan Persib, Perserang Dapat Dukungan dari Fans di Sudan
- Bentangkan Bendera Persija di Old Trafford, Bastian Steel Khianati Persib?
- 3 Momen Indah Persib Bandung dalam Sejarah Sepakbola Indonesia
- 4 Kenangan Manis Persib Bandung di Stadion Siliwangi
Agar harapan Persib untuk bisa bangkit di musim 2018, mereka memerlukan beberapa faktor penting. Apa saja faktor tersebut? Berikut INDOSPORT telah merangkumnya:
1. Tangan Dingin Roberto Carlos Mario Gomez
Setelah sempat lama tidak memiliki pelatih kepala dan hanya ditangani caretaker pasca ditinggal Djajang Nurdjaman, Persib Bandung akhirnya resmi mendatangkan pelatih asal Argentina, Roberto Carlos Mario Gomez.
Pria kelahiran 27 Februari 1957 itu sendiri memiliki karier yang mentereng sebagai seorang pelatih. Prestasi terbaik yang pernah diraih oleh Gomez sendiri terjadi ketika ia menjadi arsitek permainan klub Malaysia, Johor Darul Ta'zim (JDT).
Melatih JDT sejak 2015, Gomez mampu membuat klub berjuluk Harimau Selatan itu perkasa di Liga Super Malaysia dengan menjadi kampiun tiga tahun berturut-turut. Bahkan di musim 2016, Gomez mampu membuat JDT menjadi klub Malaysia pertama yang menjuarai liga tanpa pernah sekalipun menelan kekalahan.
Keperkasaan Gomez selama menjadi pelatih JDT pun tidak hanya berlangsung di level domestik. Pasalnya, ia mampu membuat JDT mencetak sejarah baru sebagai klub Asia Tenggara pertama yang mampu meraih gelar juara Piala AFC pada 2015 lalu.
Rentetan prestasi gemilang itu jelas membuat Persib benar-benar membutuhkan tangan dingin pelatih yang sudah melatih sejak 1997 silam.
2. Kedewasaan Bobotoh
Kehadiran suporter bagi sebuah klub saat bertanding sangatlah penting. Nyanyian dan yel-yel dukungan yang mereka berikan sepanjang pertandingan jelas bisa menambah semangat pemain untuk berjuang meraih kemenangan. Tidak heran jika ada istilah bahwa suporter adalah pemain ke-12 sebuah klub saat bertanding.
Namun, ibarat pedang bermata dua, suporter juga tidak jarang bisa membuat sebuah klub merugi karena tindakan-tindakan mereka saat pertandingan. Persib sendiri menjadi salah satu klub yang merugi karena ulah pendukung setianya, Bobotoh.
Dalam laman resmi klub, Persib menjabarkan bahwa selama kompetisi Liga 1 musim 2017 berlangsung, tim yang diperkuat Michael Essien itu harus membayar denda sebesar Rp1,2 miliar.
Sedihnya, lebih dari 70 persen denda tersebut mereka dapatkan karena aksi sejumlah oknum Bobotoh yang menyalakan flare dan smoke bomb, melempar botol ke dalam lapangan, dan berbagai pelanggaran lain.
Tidak tanggung-tanggung, jumlah denda yang harus dibayar Persib oleh ulah Bobotoh itu mencapai Rp910 juta, sebuah angka fantastis yang jelas akan lebih berguna untuk memperbaiki kualitas tim ketimbang membayar denda.
Untuk itu, diharapkan dalam pargelaran Liga 1 2018, Bobotoh bisa lebih dewasa dalam menyaksikan pertandingan. Jangans sampai aksi melanggar peraturan yang mereka lakukan menghambat keinginan Persib untuk bangkit dan bersinar di kancah sepakbola Tanah Air.
3. Jadwal Liga yang Lebih 'Manusiawi'
Meski akhirnya bisa bergulir dari awal sampai akhir, kompetisi Liga 1 musim 2017 dinilai sejumlah pihak memiliki berbagai masalah. Selain kinerja wasit, salah satu masalah yang menjadi perhatian semua pelatih klub peserta adalah padatnya jadwal.
Persib sendiri menjadi salah satu tim yang pernah merasakan padatnya jadwal pertandingan. Tepatnya pada Juli 2017 lalu, dalam waktu sepekan, Maung Bandung dipaksa melakoni tiga pertandingan menghadapi PSM Makassar (05/07/17), Madura United (09/07/17), dan Persela Lamongan (12/07/17).
Kondisi itu jelas tidak ideal bagi sebuah klub karena membuat pemain kurang istirahat dan kurang waktu latihan. Hasilnya, dari tiga pertandingan itu Persib hanya mampu merebut empat poin setelah hanya meraih satu kemenangan (vs PSM), sekali kalah (vs MU), dan sekali imbang (vs Persela).
Untuk itu, Persib jelas berharap PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) selaku operator dan penyelenggara Liga 1 2018 agar lebih memperhatikan jadwal pertandingan. Jangan sampai kejadian yang sama di musim 2017 harus mereka lalui kembali.