Jadi Pemilik Persija, Plt Ketua Umum PSSI Usung Ambisi Besar
Pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum PSSI, Joko Driyono, tidak menampik bahwa dirinya berada di belakang kepemilikan Persija Jakarta. Pria yang kerap disapa Jokdri ini pun mengungkap jika ia memiliki misi tersendiri untuk tim berjuluk Macan Kemayoran tersebut.
Dalam beberapa waktu terakhir memang muncul simpang siur mengenai sosok pemilik Persija Jakarta. Bukan Gede Widiade yang saat ini menjabat sebagai Direktur Utama Persija, melainkan Joko Driyono yang kini menjabat sebagai Pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum PSSI yang ternyata memiliki saham terbesar di Persija Jakarta.
Jokdri memang memiliki saham mayoritas dalam PT Jakarta Indonesia Hebat (JIH) yang menjadi pemilik di PT Persija Jaya Jakarta selaku pengelola Persija.
1. Joko Driyono Membenarkan Ia Sebagai Pemilik Saham Mayoritas Persija
"Yang ditulis di salah satu media, kemudian ramai di media sosial, 99 persen itu benar dalam konteks data legal. Yang tidak bisa kita hindarkan ialah spekulasi," ucap Jokdri.
Pria berkacamata itu juga menjabarkan alasannya mengambil alih Persija. Jokdri mengaku sudah mengamati cukup lama kesempatan untuk memiliki saham terbesar di klub Ibu Kota tersebut.
"Menjelang kompetisi 2017, saya secara pribadi, mengamati Persija, dalam kapasitas PSSI. Kita ingin Persija ini bisa keluar dari kesulitan 3-5 tahun belakangan, sekaligus bertransformasi menjadi klub profesional yang diharapkan," jelasnya.
2. Persija Sempat Kesulitan Keuangan
Persija dahulu di era Ferry Paulus sempat mengalami kesulitan keuangan, bahkan sempat menunggak gaji pemain. Kini selepas pengambilalihan di mana saham mayoritas Persija dikuasai Jokdri, kondisi Macan Kemayoran membaik. Ia pun memiliki misi khusus untuk mengembalikan kejayaan Persija sebagai salah satu klub raksasa Tanah Air.
"Posisi JIH 100 persen benar dan saya (Joko Driyono) di sana. Peran JIH adalah menjamin dan mengantar Persija melakukan transformasi dalam dua hal," beber Jokdri.
"Pertama restrukturisasi kepemilikan. Misinya adalah kepemilikan tunggal menjadi kepemilikan kolektif di sebuah klub. Proses ini butuh 2-5 tahun. Kami lakukan, memastikan Persija jangan sampai berpindah dari orang ke orang lagi, yang punya potensi merugikan klub," tutupnya
3. Pengakuan Gede Widiade
Direktur Utama Persija Jakarta, Gede Widiade, mengaku dirinya hanya sebagai pekerja profesional di Persija Jakarta. Sehingga dirinya memastikan bahwa dia bisa kapan saja terdepak dari klub berjuluk Macan Kemayoran tersebut.
Gede Widiade menyebut ia diminta untuk mengelola klub Ibu Kota tersebut. Pengusaha asal Bali tersebut menyatakan dirinya mendapatkan kontrak jangka panjang di Persija.
"Saya dikontrak jangka panjang, empat sampai lima tahun kalau yang ada di akta. Tapi sebelum itu habis saya bisa diberhentikan kapan saja, besok bisa, lusa juga bisa," ucap Gede.