3 Fakta Mengejutkan Sutan Zico, Bomber Timnas U-16 Pencetak Gol ke Gawang Jepang

Timnas Indonesia U-16 kembali menorehkan prestasi. Tim besutan Fakhri Husaini ini melenggang ke babak final turnamen Jenesys setelah menaklukkan tuan rumah Timnas U-16 Jepang.

Bermain di Yamazakura Miyazaki Prefectural Comprehensive Sport Park Pitch 1, Timnas Indonesia penuh percaya diri menantang tuan rumah Jepang. Tim berjuluk Skuat Garuda Asia ini seakan tak gentar menghadapi Jepang yang bermain di rumah sendiri.

Bahkan Timnas Indonesia mampu unggul cepat saat laga baru berjalan sembilan menit. Adalah Sutan Zico pemain yang berhasil mencatatkan namanya di papan skor. Gol tunggal Sutan Zico membawa kemenangan bagi Timnas Indonesia U-16. Selain itu, gol ini juga membawa Indonesia melenggang ke babak final turnamen Jenesys.

Untuk mengenal lebih jauh sosok sang pencetak gol, berikut INDOPSORT telah rangkum 3 fakta tentangnya yang belum diketahui banyak orang. 

1. Gabung Akademi Chelsea

Pesona dari bomber Timnas Indonesia U-16 ini ternyata tak hanya dikenal di dalam negeri. Salah satu akademi Chelsea di Singapura (JSSL Chelsea FC) terangan-terangan menawarinya untuk mengikuti trial. Ia pun menerimanya dan kini Akademi Chelsea di Singapura tersebut menjadi salah satu tempat menimba ilmunya selain Sekolah Sepak Bola (SSB) Bina Taruna di Jakarta. 

2. Dijuluki Wonderkid Indonesia

Selain Egy, Sutan zico juga dijuluki sebagai wonderkid sepakbola Indonesia. Julukan ini salah satunya disematkan karena penampilan apik Zico bersama tim Garuda Asia di ajang kualifikasi Piala Asia U-16 2017. Di kompetisi tersebut, pemain bernama lengkap Sutan Diego Armando Zico ini menjadi top skor dengan 10 gol. Ia juga pernah membawa SSB-nya saat ini, SSB Taruna, menjuarai Liga Kompas Gramedia U-12. 

Selain itu, ia juga pernah berparistipasi di ajang Danone Nations Cup di Brasil mewakili ASAD 313. Penampilannya terus matang hingga di Timnas U-16 saat ini.

3. Pilih Bermain di Eropa ketimbang Indonesia

Sebagai pemain muda berbakat, Zico ternyata lebih memilih bermain di Eropa ketimbang di Indonesia. Ada ketakutan jika kariernya serta kemampuanna tidak bisa berkembang dengna baik jika tetap brelatih di klub lokal.