Hilangnya Peran Gelandang Bertahan Murni di Sepakbola Modern
Setiap pemain sepakbola mempunyai peran dan fungsi masing-masing dalam permainan. Seperti sudah diketahui, kiper bertugas untuk menjaga gawang agar tak kebobolan dan diberi keistimewaan untuk dapat menggunakan tangan.
Sedangkan penyerang atau striker sebaliknya, tugasnya adalah untuk membobol gawang lawan. Di lini tengah, gelandang serang berfungsi untuk mengkreasikan permainan atau disebut playmaker.
Sedangkan gelandang bertahan memiliki tugas untuk menjadi pemutus alur serangan lawan, membantu bek, dan banyak merebut bola. Namun, tugas gelandang bertahan murni itu perlahan mulai menghilang di sepakbola modern.
- Egy Maulana Vikri Buka Suara soal Gabung Klub Raksasa Portugal Usai Perkuat Lechia Gdansk
- Perkuat Lechia Gdansk, Ini Tampilan Apartemen Mewah Egy Maulana Vikri
- Akan Bertemu Presiden Benfica, Egy Disiapkan Jet Pribadi?
- Karena Egy Maulana Vikri, Situs Lechia Gdansk Siapkan Bahasa Indonesia
- Catat! Ini Tanggal Kepulangan Egy Maulana Usai Gabung Lechia Gdansk
Hal tersebut pun diamini oleh pelatih Barito Putera, Jacksen F Thiago.
"Pelatih sekarang lebih suka pemain yang bisa bermain di banyak posisi, makanya sudah jarang yang pakai gelandang bertahan murni," ujar coach Jacksen kepada INDOSPORT beberapa waktu lalu.
Coach Jackson juga menambahkan bahwa peran gelandang bertahan murni juga mulai menghilang, karena pemain di posisi lain juga sudah dituntut untuk membantu pertahanan.
Jika dulu kita mengenal Gattuso di AC Milan, atau Thomas Gravesen di Real Madrid, atau Patrick Viera di Arsenal yang merupakan gelandang bertahan murni. Sekarang sudah jarang kita menemui pemain bertipe gelandang bertahan murni.
Berikut ini INDOSPORT menyajikan transformasi perubahan peran gelandang bertahan di sepakbola modern.
1. Era Makalele's Role
Claude Makelele bisa dibilang sebagai orang pertama di sepakbola modern yang melakukan transformasi peran gelandang bertahan murni. Meski sebenarnya ia sempat mempraktekkan itu di Real Madrid, namun perubahan nyata itu baru terlihat saat ia berseragam Chelsea di musim 2003/04.
Meski saat itu posisi Makalele ada sedikit di depan garis pertahanan, namun ia tak hanya bertugas untuk membantu pertahanan, memutus serangan, dan merebut bola.
Makalele saat itu memperlihatkan bahwa gelandang bertahan bisa berfungsi sebagai deep-lying playmaker yang bertugas mengatur tempo permainan, memberikan passing yang efektif, serta menjadi jembatan antara lini belakang dan depan, dan mengalirkan bola.
Peran Makalele tersebut mirip dengan peran Andrea Pirlo di AC Milan dan Timnas Italia. Yang membedakan adalah Pirlo tak terlalu banyak membantu pertahanan karena ada Gattuso yang bermain bersamanya.
Dan formula Makalele's Role akhirnya banyak digunakan para pelatih untuk para pemainnya. Contohnya adalah Javier Mascherano di Liverpool, Alex Song di Arsenal, atau Michael Carrick di Manchester United.
2. Era Box to Box Midfielder
Era box to box midfielder dimulai setelah banyak pelatih sadar dan mengalami kesulitan bahwa tak semua pemain bisa menerapkan Makalele's Role.
Seperti yang disampaikan Jacksen F Tiago bahwa pelatih zaman sekarang menyukai pemain yang mampu memainkan beberapa peran. Peran tersebut juga dapat dilihat dari posisi box to box midfielder. Dimana seorang gelandang dituntut untuk dapat menyerang dan bertahan sama baiknya.
Peran ini lah yang dimainkan Xabi Alonso saat di Real Madrid, dan akhirnya diteruskan oleh Casemiro. Di AS Roma ada Daniele De Rossi, di Barcelona ada Sergio Busquets. Dan di Liga Primer Inggris posisi ini sekarang diisi oleh Ngolo Kante dan Paul Pogba.
Peran ini sering juga disebut sebagai gelandang pengangkut air. Karena selain membantu pertahanan, pemain juga dituntut untuk mengalirkan bola saat tim menyerang.
3. Sisa-sisa Defensive Midfielder
Di era modern ini, peran gelandang bertahan murni sudah mulai menghilang. Tak banyak pemain yang konsisten ditempatkan di posisi itu oleh para pelatih.
Peran gelandang bertahan murni terlihat hanya saat dibutuhkan dan dalam keadaan tertentu saja. Contohnya adalah saat Jose Mourinho menukangi Real Madrid di awal-awal kepelatihannya.
Saat itu, Real Madrid menjamu Barcelona. Jose Mourinho yang tak ingin kalah lagi dari Barcelona, menggunakan formasi 4-3-3 defensive. Saat itu, Mourinho menurunkan tiga gelandang bertahan sekaligus yaitu Sami Khedira, Xabi Alonso, dan Pepe.
Bahkan Pepe dan Alonso di plot untuk tidak maju melebihi garis tengah permainan dan lebih banyak bertugas untuk mengawal pemain lawan, serta memutus aliran serangan sejak awal. Dan akhirnya taktik tersebut membuat Madrid mampu menahan imbang Barcelona dengan skor 1-1.
Peran yang sama dimainkan Xabi Alonso kala menghadapi Mallorca. Madrid yang saat itu tertinggal 1-0 di babak pertama, hanya memiliki waktu 45 menit untuk memenangkan pertandingan agar bisa menjauhkan poin dari Barcelona.
Akhirnya Mourinho memasukkan Gonzalo Higuain dan Kaka untuk menambah penyerangan dan mengorbankan Lassana Diarra dan Arbeloa. Dengan ditarik keluarnya Diarra dan Arbeloa, maka Mourinho menugaskan Xabi Alonso menjadi gelandang bertahan murni.
Bahkan saat sedang melakukan sepak pojok. Alonso tak maju ke depan dan tetap ada di depan kotak penalti Real Madrid untuk mempersiapkan diri menghadapi serangan balik. Akhirnya Real Madrid mampu membalikkan keadaan dan menang 2-1 berkat gol Callejon dan Higuain.