6 Pengkhianatan Terbesar Dalam Dunia Sepakbola
Di dalam dunia sepakbola, kesetiaan sepertinya bukanlah hal yang selalu dimiliki banyak pemain. Di saat kita melihat pemain-pemain yang loyal membela timnya seperti Fransesco Totti, Paolo Maldini, Paul Scholes, Steven Gerrard, Gianluigi Buffon, hingga Lionel Messi, kita juga dihadapkan pada pemain-pemain yang kerap berpindah-pindah klub.
Walau begitu, berpindah-pindah klub di sepakbola masihlah tetap dianggap wajar. Yang menjadi persoalan adalah ketika tim yang dibela pemain tersebut adalah klub rival.
Berbagai faktor seperti finansial dan kesempatan sukses bersama tim lain menjadi alasan umum dibalik hijrahnya seorang pemain ke klub rival. Bahkan, tak memandang apakah pemain itu sebelumnya menyandang sebagai pemain idola.
Berikut ini INDOSPORT telah rangkum enam nama pemain yang "tega" mengkianati klub yang membesarkan nama mereka baik itu demi kesuksesan, popularitas maupun finansial.
1. Luis Enrique
Luis Enrique merupakan mantan pelatih Barcelona yang sukes melanjutkan tonggak kejayaan Blaugrana di era Lionel Messi. Enrique melatih Barca dari musim 2014/15 hingga 2016/17 lalu dengan mempersembahkan 2 gelar La Liga, 3 Copa del Rey, dan 1 Liga Champions.
Semasa bermain, ia juga menghantarkan Barcelona ke era kesuksesan dengan mempersembahkan 2 gelar La Liga, 2 gelar Copa del Rey, dan 1 Piala Super Eropa.
Namun, ada catatan khusus tentang dirinya. Sebelum memperkuat Barcelona di tahun 1996, ia merupakan pemain dari klub Real Madrid. Enrique menjadi bagian dari Madrid di tahun 1991 hingga 1996. Berstatus pemain bintang, ia berhasil mempersembahkan 1 gelar La Liga dan 1 Copa del Rey.
Keputusannya membela Barcelona di tahun 1996 membuat hubungannya dengan fans Madrid hancur seketika. Enrique menolak perpanjangan kontrak dan menyebrang ke Barcelona dan bahkan menjadi pelatih Barcelona setelahnya.
2. Andrea Pirlo
Andrea Pirlo lama membela AC Milan, tepatnya dari tahun 2001 hingga 2011. Bersama Milan ia meraih segalanya mulai dari 2 scudetto, 2 Liga Champhions, 1 Coppa Italia, 2 Piala Super Eropa, dan 1 Piala Dunia Antraklub.
Ia pun menjadi pemain kunci di tiap kesuksesan tersebut. Namun, hal kurang mengenakan terjadi di tahun 2011 di mana ia menolak kontrak yang disodorkan Rossoneri. Diperkirakan, alasan penolakan kontrak tersebut disebabkan karena durasi yang ditawarkan MIlan hanya satu tahun.
Hal ini pun menjadi pro dan kontra di kalangan fans. Apakah Milan yang tidak menghargai Pirlo atau Pirlo yang mengkhianati Milan, karena setelah keluar dari San Siro, ia bergabung dengan rival Milan di Italia, Juventus.
Parahnya, di Juventus ia membawa tim menjuarai 4 scudetto beruntun. Kesuksesannya di Milan tetaplah dikenang, namun hal itu menjadi tercoreng karena keputusannya untuk pindah ke Juventus.
3. Dino Zoff
DIno Zoff mewakili kisah rivalitas Napoli dan Juventus. Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa Juventus memiliki rival bebuyutan selain Inter dan Milan, yaitu Napoli.
Napoli disebutkan mewakili kemakmuran Italia selatan dan Juventus mewakili kemakmuran Italia utara. Semua dikaitkan dengan masalah politik dan ekonomi di mana wilayah Italia selatan disebut lebih tertinggal ketimbang Italia utara. Hal ini pun merambah di dunia sepakbola.
Pada tahun 1972, Dino Zoff secara mengejutkan berganti seragam dari Napoli, klub yang dibelanya selama lima tahun, ke Juventus. Namun, pada saat itu alasan yang ada cukup rasional karena Napoli sedang kesulitan finansial.
Di Juventus, ia menjadi legenda besar dengan membawa rentetan prestasi dan rekor. Total, ia memberikan sembilan trofi untuk Juventus.
4. Luis Figo
Luis Figo adalah salah satu pengkhianat yang paling populer di dunia sepakbola. Pemain Portugal ini pernah membela Barcelona selama lima musim (1995-2000). Di Camp Nou, ia menjadi salah satu pemain sayap terbaik dunia.
Figo dicintai masyarakat Catalan. Namun, hal itu sirna seketika ketika ia memutuskan menerima pinangan Real Madrid yang rela mengaktifkan klausul pelepasan sebesar 37 juta pounds, angka yang fantastis ketika itu.
Dari dielu-elukan menjadi dicaci maki, itulah hal yang mesti diterima Luis Figo di Real Madrid. Dalam sebuah pertandingan El Clasico, suporter Barca bahkan tak segan menunjukan kekesalannya dengan melemparkan kepala babi ke arahnya ketika ia akan mengambil tendangan pojok.
Walau begitu, sama seperti di Barca, ia tetap menjandi pemain yang hebat dan sukses dengan mendapatkan banyak trofi maupun penghargaan pribadi seperti Ballon d'Or.
5. Giovanni Trapattoni
Tak diragukan lagi, Giovanni Trapattoni merupakan salah satu tokoh terbesar sepakbola Italia. Ia adalah sosok yang tak lepas dari sejarah sepakbola Italia, baik sebagai pemain maupun pelatih.
Sewaktu masih aktif bermain, ia merupakan salah satu legenda terbesar AC Milan. Menghabiskan hampir seluruh kariernya di AC Milan, ia mencatatkan 274 penampilan dan tiga gol untuk Rossoneri. Salah satu pemain belakang terbaik pada masanya itu mempersembahkan banyak trofi untuk AC Milan seperti 2 gelar Serie A, 2 gelar Piala Champions/Liga Champions, dan 1 Piala Interkontinental. Produk asli akademi Milan ini pun disejajarkan dengan legenda besar Milan lainnya seperti Cesare Maldini dan Gianni Rivera.
Namun, jasa-jasanya dan kecintaannya pada AC Milan ternyata tak berlanjut ketika ia menekuni bidang kepelatihan. Sempat melatih AC Milan selama empat tahun, ia memutuskan menyebrang ke kubu Juventus.
Hal yang membuat fans Milan sakit hati adalah, ia mengalami kesuksesan besar bersama Juventus. Bahkan, hingga kini ia dianggap sebagai pelatih tersukses Juventus melebihi Marcello Lippi. Ia turut andil membentuk sejarah hebat Juventus di Serie A. Selama 13 tahun melatih Juve, ia merengkuh 6 Scudetto, 2 Coppa Italia, 1 Liga Champions, 1 Piala Interkontinental, 1 Piala Super Eropa, 2 Piala UEFA/Liga Eropa.
Parahnya lagi, ia juga sempat membesut Inter Milan selama lima tahun dan membawa I Nerazzuri menjuarai Serie A tahun 1989. Setelah sukses di level klub, Trapattoni didapuk menggantikan Dino Zoff melatih timnas Italia di tahun 2000. Sayangnya, selama empat tahun di Italia, ia gagal mempersembahkan Piala Dunia maupun Piala Eropa.
6. Mo Johnston
Nama pemain satu ini mungkin asing di telinga pecinta sepakbola Eropa. Namun, kisah pengkhianatannya mungkin akan membuat kita selalu mengingat namanya.
Di Skotlandia terdapat dua klub raksasa asal Glasgow yang saling berseteru yaitu Rangers dan Celtic. Berpindah klub di antara kedua kesebelasan tentunya akan menjadi sensasi besar di Liga Skotlandia, dan Mo Johnston salah satunya.
Mo Johnston bermain gemilang untuk Celtic selama tiga tahun. Sebagai striker ia menyumbang 52 gol dari 99 penampilan dan mempersembahkan satu gelar Liga Skotlandia dan satu trofi Piala Skotlandia. Ia dipuja-puja sebagai pemain bintang.
Setelah dari Celtic, ia hijrah ke klub Prancis, Nantes. Namun selepas dua tahun di Prancis, ia secara diam-diam pindah ke klub rival abadi Celtic yaitu Rangers. Hal itu sendiri dianggap sebagai dosa besar di Skotlandia.
Parahnya, ia sempat mencetak gol kemenangan ke gawang Celtic dalam sebuah pertandingan derby antara Celtic dan Rangers. Sampai sekarang, namanya masih dibenci oleh fans Celtic.