x

Jelang Piala Dunia, Argentina adalah Kumpulan Bintang Tanpa Identitas

Rabu, 28 Maret 2018 20:47 WIB
Editor: Gerry Crisandy
Timnas Argentina tertunduk lesu saat mereka dikalahkan oleh Timnas Spanyol 1-6.

Jelang Piala Dunia 2018 Rusia, salah satu negara dengan kekuatan terbesar sepakbola, Argentina, harus tersungkur di hadapan suatu tembok. Tembok tersebut adalah Spanyol, yang pada Rabu dini hari lalu melumat Argentina dengan skor 6-1.

Stadion Wanda Metropolitano menjadi saksi bisu bagaimana finalis Piala Dunia 2014 harus melihat para pemain Spanyol melesatkan bola sebanyak enam kali melewati garis gawang Argentina, sementara Tim Tango hanya mampu membalas satu kali.

Stadion yang menjadi markas kebanggan tim Atletico Madrid tersebut pun bukan menjadi satu-satunya saksi yang tak mampu berbicara di pertandingan tersebut. Bintang Barcelona, Lionel Messi, juga berada di bangku penonton, sebelum akhirnya melangkah keluar usai menyaksikan gol keenam tim lawan.

Messi tidak berada di lapangan karena masih dalam pemulihan dari cedera hamstring yang dialaminya. 


1. Pertanyaan Utama untuk Argentina

Pelatih Argentina Jorge Sampaoli

Argentina adalah salah satu negara dengan bakat-bakat sepakbola yang mumpuni. Terutama di sektor serangan, Argentina bahkan seperti kelimpungan untuk menempatkan pemain-pemain menyerangnya -- terlalu banyak pemain bertipe menyerang untuk dimasukkan ke dalam satu tim.

Biasanya, hal tersebut adalah sebuah keuntungan untuk sebuah tim. Dengan begitu, seorang pelatih bisa memilih yang terbaik dari kolam opsi yang dalam, memiliki pelapis yang juga berada di level yang tidak begitu senjang, dan memiliki banyak pilihan taktis dengan berbedanya karakteristik pemain.

Pelatih Argentina, Jorge Sampaoli, justru diperingatkan oleh salah satu legenda Argentina, Hernan Crespo. Menurutnya, sang pelatih harus berhati-hati dalam menyusuk taktik yang sesuai degnan para pemainnya.

"Pemilihan pemain tergantung dari tipe sepakbola yang dimainkan oleh Sampaoli. Jika kita mengetahui itu maka saya bisa memberikan opini saya soal pilihan pemain terbaik yang sesuai dengan taktik," ujar Crespo kepada Goal.

"Misalnya, jika Anda ingin memainkan bola mendatar dan terobosan lewat tengah, maka saya kira Anda membutuhkan pemain-pemain seperti Aguero dan Higuain."

"Tapi jika Anda ingin mengembangkan permainan lebih melebar dan memanfaatkan umpan silang makan anda lebih baik memilih Icardi," tambah mantan penyerang Chelsea tersebut.

"Semuanya tergantung pada gaya sepakbola yang ia pilih. Malangnya kita belum mengetahui karena Sampaoli baru saja menangani tim nasional."

Crespo tidak dapat mengungkapkannya dengan lebih baik lagi -- ia langsung menuju poin utama mengenai permasalahan di tubuh Timnas Argentina saat ini: 'Apa gaya permainan yang diinginkan Sampaoli?'.


2. Idealisme Sampaoli

Alexis Sanchez kala membela Timnas Chile.

Untuk mengenal Sampaoli, kita harus kembali ke masa di mana ia menukangi Chile menuju trofi pertamanya, gelar Copa America di tahun 2015. 

Belajar dari mentornya, Marcelo Bielsa, Sampaoli ingin menekan dengan garis tinggi, mencekik lawan di setengah lapangannya sendiri dan menciptakan situasi dua lawan satu di sisi lapangan. Beruntungnya, di Chile ia diwarisi pemain-pemain energik seperti Alexis Sanchez dan Arturo Vidal yang mampu menjalankan idealismenya tersebut.

Sedangkan di Argentina, ia tidak memiliki banyak waktu untuk mencoba-coba ketika pertama kali duduk di kursi pelatih. Kala itu, Argentina berada di ujung tanduk kelolosan kualifikasi Piala Dunia 2018.

Meskipun berhasil membawa Argentina lolos, pertanyaan belum terjawab. Apa yang Sampaoli ingin mainkan di Argentina? Apa basis utama formasi yang akan ia gunakan? Bagaimana ia menempatkan pemain-pemain kelas dunia ini di dalam satu lapangan?


3. Argentina Tanpa Identitas

argentina

Rencana awalnya, Sampaoli ingin menggunakan Lionel Messi dan menambahkan dua talenta dari Serie A -- Paulo Dybala dan Mauro Icardi -- ke dalam tim. Tapi gagasan tersebut, tidak berakhir begitu baik.

Di pertandingan melawan Nigeria pertengahan November 2017 lalu, Argentina kehilangan keunggulan dua gol dan harus kalah 4-2 di akhir pertandingan. Barisan tengah tidak menekan secara konsisten -- mengekspos barisan belakang. Memaksakan sistem tiga bek tanpa diikuti dengan wingbacks yang mendukung, Sampaoli dipaksa memutar otak mencari solusinya.

Argentina sempat bangkit saat Sampaoli memutuskan untuk kembali menggunakan empat bek saat melawan Italia. Kemenangan 2-0 menyiratkan bahwa semuanya baik-baik saja, Tim Tango kembali ke jalur kemenangan. Tapi kekalahan memalukan dari Spanyol kembali mengemukakan masalah-masalah yang sebelumnya sempat disapu ke bawah karpet.

Dengan Piala Dunia yang hanya dalam hitungan bulan, Sampaoli memiliki tugas berat. Ia harus menemukan identitas Argentina di bawah asuhannya. Lawan-lawan beratnya di Piala Dunia kelak, seperti Spanyol, Jerman maupun Brasil adalah tim-tim yang memiliki identitas pasti. Argentina di lain pihak -- kumpulan bintang, tanpa sistem yang merupakan bagian dari eksperimen sang pelatih.

ArgentinaPiala DuniaPiala Dunia 2018Jorge SampaoliBola Internasional

Berita Terkini