Duet Bauman dan N'Douassel, Blunder Mahal Persib Bandung
Kehadiran penyerang asal Argentina, Jonathan Bauman, di dalam skuat Persib Bandung merupakan salah satu rekrutan terbesar di tahun 2018 lalu.
Bukan hanya kedatangannnya menggusur marquee player, Michael Essien, tapi memang jika dilihat dari performa musim lalu, Persib membutuhkan sosok striker yang dapat diandalkan.
Bauman menyeruakkan harapan tersebut di antara pendukung-pendukung Persib, Bobotoh. Bobotoh tidak sabar menantikan debut pemain yang diumumkan mendadak berbarengan dengan rilisnya seragam Persib ini.
Bagaimanapun, para penggemar diharuskan menanti sedikit lebih lama. Di pertandingan pertama Persib, melawan PS Tira, Bauman belum dapat diturunkan. Tersandung masalah izin, Bauman hanya dapat menyaksikan tim barunya tersebut ditahan imbang 1-1 oleh tim tamu.
1. Debut 2 Tombak
Debut Bauman akhirnya hadir di pertandingan kedua Persib, saat mengunjungi Sriwijaya FC di Stadion Gelora Sriwijaya. Penyerang berusia 27 tahun itu pun dikabarkan akan diduetkan di depan membentuk dua ujung tombak.
"Latihan kali ini sudah masuk taktik. Bisa dilihat seperti tadi, kami coba formasi 4-3-1-2 dan terlihat bagus. Dua striker ini konsisten dan bisa mencetak gol," ujar asisten pelatih Persib, Fernando Soler, dikutip dari laman resmi Liga 1.
Kalimat Soler ini menanggapi isu perubahan taktik Maung Bandung untuk menggunakan dua pemain di depan.
Ezechiel N'Douassel yang mulai menemukan sentuhan terbaiknya dalam laga-laga uji coba pramusim akan ditemani oleh 'si anak baru', Bauman.
Sebelum masuknya Bauman ke dalam pertimbangan, Persib menggunakan pola 4-3-2-1. Perubahan ini berarti Persib mengorbankan satu pemain lapangan tengahnya, demi menambah Bauman di depan.
Pada awalnya, semua berawal dengan cerah. Di pertandingan melawan Sriwijaya FC (01/04/18), kombinasi dua penyerang tersebut membawa Maung Bandung unggul di setengah jam pertama pertandingan.
Bauman yang berlari menuju gawang, melepaskan operan mendatar yang kemudian diselesaikan oleh N'Douassel. Persib meninggalkan lapangan untuk istirahat babak pertama dengan keunggulan berkat dua ujung tombaknya.
Namun, keunggulan tersebut tidak berlangsung lama. Tidak sampai lima menit babak kedua dimulai, Sriwijaya berbalik unggul melalui gol Esteban Gabriel Vizcarra dan Marckho Merajue.
Bukan hanya itu, di menit ke-66, Manuchekhr Dzhalilov menambah pahitnya kekalahan tim tamu dengan menambah keunggulan Laskar Wong Kito. Persib dikalahkan 1-3 -- terlempar ke peringkat 15 klasemen dengan hanya mengantongi satu poin dari dua pertandingan.
2. Menumpuk Tanpa Gagasan Jelas
Terdapat beberapa cacat yang tampak dalam formula baru yang digunakan Maung Bandung di pertandingan ini.
Pertama, tidak jelasnya peran kedua penyerang di depan. Dalam menduetkan dua pemain di depan, seorang pelatih biasanya memiliki rancangan jelas.
Contohnya menempatkan satu penyerang bertipe target man dengan penyerang yang gemar turun menjemput bola, misalnya Luis Suarez dan Lionel Messi di Barcelona atau David Trezeguet dan Alessandro Del Piero di Juventus di pertengahan tahun 2000-an.
Bagaimanapun, N'Douassel dan Bauman keduanya merupakan penyerang yang cenderung berada di kotak penalti. Keduanya tidak memiliki peranan yang saling melengkapi -- seperti bagaimana duet lini depan seharusnya.
Hal ini mungkin disebabkan oleh kurang matangnya persiapan. Baru bergabungnya Bauman tidak memberikan banyak waktu bagi kepelatihan Persib untuk benar-benar membuat semuanya 100%.
Karakteristik pemain seharusnya menjadi pertimbangan utama dalam menduetkan pemain. Bukan sekadar menambah jumlah penyerang dan berharap hal tersebut juga menambah jumlah gol dari lini depan.
3. Hilangnya Kekuatan Sayap
Kemudian masalah terdapat pada perubahan gaya permainan Persib dengan perubahan pola ini.
Pengurangan jumlah gelandang, membuat dua pemain yang seharusnya mengisi posisi sayap sedikit mundur ke belakang dan memiliki tanggung jawab bertahan yang lebih besar.
Febri Hariyadi dan Supardi yang diplot mengisi posisi gelandang sayap di pertandingan ini, tidak dapat bergerak bebas maju ke depan, mengingat risiko mengekspos Dedi Kusnandar di tengah lapangan.
Praktis Persib yang dulunya mengandalkan sisi sayap dalam menyerang, kini bergantung pada playmaker di tengah lapangan, Oh In Kyun.
Kurangnya asupan bola membuat tambahan penyerang tidak efektif. Sebanyak apapun Persib menumpuk pemain di depan, jika bola tidak mampu dialirkan, gagasan tersebut menjadi sia-sia.
Hal ini bukan berarti formasi dengan dua penyerang depan adalah perubahan yang buruk. Melainkan kritik terhadap perubahan sistem mendadak tanpa persiapan matang.
Kurangnya persiapan adalah masalah utama dan menurunkan sistem baru saat tim belum benar-benar familiar dengan sistem tersebut adalah blunder -- blunder mahal seharga tiga poin.