Asal Usul Kartu Kuning dan Kartu Merah dalam Sepakbola
Sulit membayangkan suatu pertandingan sepakbola tanpa kehadiran kartu kuning dan kartu merah di saku seorang wasit.
Bagaimana seorang wasit menjalankan tugasnya tanpa dua benda pipih berwarna kontras tersebut?
Kenyataannya, itu lah yang menghantui kepala Ken Aston, lebih dari lima dekade lalu.
1. Dari Guru Menjadi Wasit Top
Ken Aston adalah seorang guru di Essex, Inggris. Di Negara Ratu Elizabeth II tersebut, olahraga selalu menjadi aspek penting dalam kurikulum belajar mengajar.
Jika terdapat suatu pertandingan, guru lah yang akan ditunjuk menjadi pengadil lapangan. Begitu pula Aston di tahun 1935, ia diminta untuk untuk menjadi wasit untuk pertandingan siswa.
Menikmati tugasnya di atas lapangan, satu tahun berikutnya (1936), ia menjadi seorang wasit resmi dan terus beranjak hingga menjadi salah satu ofisial top di Inggris.
Di tahun 1966, tiga tahun setelah pensiun sebagai wasit, Aston kembali ditunjuk menjadi ofisial di pertandingan Piala Dunia antara tuan rumah, Inggris dan Argentina.
Pertandingan ini lah yang kemudian selamanya mengubah sejarah sepakbola dunia.
2. Sulitnya Mengusir Pemain Tanpa Kartu Merah
Kala itu, wasit tidak memiliki alat seperti kartu kuning dan kartu merah untuk mempermudah komunikasi dengan pemain -- terutama dengan tembok perbedaan bahasa.
Untuk memperingatkan pemain, seorang wasit harus mengisyaratkan dengan bahasa tubuh apa yang ada di kepalanya.
Untuk mengusir pemain dari lapangan, wasit harus melakukan perintah untuk meninggalkan lapangan layaknya seorang komandan tentara memerintahkan anggotanya.
Itu lah yang dilakukan oleh wasit Rudolf Kreitlein untuk memerintahkan kapten Argentina, Antonio Rattin, untuk keluar dari lapangan.
Rattin yang merasa tidak melakukan pelanggaran atau tackle keras apapun, tidak mengerti apa yang diminta oleh sang wasit.
Bahkan setelah Kepala Wasit di turnamen tersebut menjelaskan padanya bahwa ia diusir keluar, ia menolak untuk beranjak dari lapangan.
Polisi pun akhirnya dibawa ke atas lapangan untuk memaksa Rattin keluar. Tidak dengan mudah tentu saja, Rattin bahkan sempat duduk di atas karpet merah yang secara eksklusif disediakan untuk Ratu Inggris.
Selain menjadi tajuk utama media pada hari itu, insiden unik ini pula yang kemudian melahirkan sistem kartu yang kita kenal seperti sekarang ini.
3. Inspirasi Lampu Rambu Lalu Lintas
Di tahun 1970 hingga 1972, Ken Aston dipanggil oleh FIFA unutuk bergabung bersama Komite Wasit. Saat ia menduduki jabatannya ini lah ia memikirkan cara untuk menghindari kejadian seperti yang dialami Rattin terulang kembali.
"Saat saya mengemudi di sepanjang jalan Kensington Street, lampu rambu lalu lintas menunjukkan warna merah. Saya pikir, 'Kuning, berhati-hatilah; merah, berhenti, anda keluar," tutur Aston dikutip dari laman resmi FIFA.
Akhirnya kartu kuning dan kartu merah diperkenalkan di Piala Dunia 1970 Meksiko dan sejak itu menjadi aspek yang peran pentingnya kerap kita lupakan.
Aston telah wafat pada 23 Oktober 2001 silam di usia 86 tahun -- namun jasa dan andilnya dalam perkembangan sepakbola yang kita kenal takkan terlupakan.
Aston adalah seorang pengadil lapangan yang tidak melihat dirinya sebagai hakim di atas rerumputan hijau.
Ia pernah berkata, "Pertandingan seharusnya menjadi pertunjukan dengan 22 pemain di atas panggung dan wasit sebagai sutradaranya."
"Tidak ada naskah, atau alur, anda tidak tahu akhir ceritanya, tapi idenya adalah untuk memberikan kebahagiaan."