Arema Sayangkan Pelepasan Gas Air Mata dalam Kerusuhan Suporter di Laga Lawan Persib
Manajemen Arema FC secara jantan mengakui bahwa ada kesalahan yang diambil saat penanganan dalam kerusuhan suporter, ketika bermain imbang 2-2 lawan Persib Bandung di Stadion Kanjuruhan, Minggu lalu.
Setelah mengaku lalai dalam pengamanan secara umum, para petinggi klub berlogo kepala singa ini juga mengakui adanya kesalahan dalam hal tindakan. Fokus utama adalah ketika pihak kepolisian meletuskan tembakan gas air mata yang diarahkan kepada kerumunan massa.
1. Gas Air Mata Buat Aremania Tumbang
Meski bertujuan untuk membubarkan massa, namun hal itu berimbas pada tumbangnya ratusan Aremania maupun Aremanita. Para suporter itu lalu mendapat perawatan intensif di rumah sakit, hingga sebagian besar diantaranya kini sudah kembali ke rumah masing-masing.
Manajemen Arema pun cukup menyayangkan atas tindakan represif itu hingga menyebabkan para korban mengalami dampak buruk mulai gangguan mata hingga sesak nafas.
2. Arema Tak Cari Kambing Hitam
"Menurut kami, seharusnya pada situasi itu, aparat yang mengerahkan unit K-9 (anjing satuan Dalmas) lah yang perlu dikedepankan (daripada melepas gas air mata)," kata CEO Arema FC, Iwan Budianto.
Kendati demikian, figur yang juga menjabat sebagai Kepala Staf Ketua Umum PSSI tersebut menyebut kesalahan ada pada pihak Panpel. Pelepasan gas air mata itu juga terjadi atas andil Panpel yang lupa memberi peringatan atas kesalahan langkah antisipasi pada kemananan.
"Kami tidak mau mencari kambing hitam. Bahwa kesalahan ini kami ambil alih, dan kami mohon maaf atas kelalaian pada hal keamanan," ungkapnya.
3. Ikuti Standar FIFA
Pola pengamanan memang tidak bisa otomatis menyertakan kepolisian dalam langkah antisipasi. Match Steward menjadi garda terdepan dalam upaya menghalau berbagai gangguan penonton, baru kemudian dibantu oleh unsur polisi maupun TNI.
"Dalam kondisi itu, sebenarnya ada langkah sesuai standar AFC maupun FIFA yang sudah kami pelajari dalam workshop di PSSI," pungkasnya.