10 Kiper Asing Terbaik yang Pernah Berkiprah di Liga Indonesia
Kiprah pemain asing di Indonesia sedikit banyak memengaruhi kemajuan sepakbola Tanah Air. Faktor skill, pengalaman dan profesionalisme mereka bisa ditularkan ke pemain lokal.
Kehadiran pemain asing di Liga Indonesia diharapkan mampu menambah kualitas liga itu sendiri dan bisa dijadikan contoh agar lebih maju, baik secara individu maupun tim. Selain itu, dari sisi non teknis, legiun asing juga menarik minat penonton ke stadion maupun melalui layar kaca.
Tidak seperti pemain di posisi lain, pemain asing yang berposisi penjaga gawang, sampai Liga 1 tahun 2018 ini masih dapat dihitung jari. Penyebabnya mungkin karena pelatih-pelatih klub Indonesia lebih percaya dengan kemampuan penjaga gawang dalam negeri.
Indonesia memang kaya akan kiper-kiper lokal yang punya kemampuan luar biasa. Nama-nama seperti Hermansyah, Hendro Kartiko, Kurnia Sandi, Markus Horison, Kurnia Meiga hingga Andritany Ardhiyasa kerap menghiasi skuat Tim Nasional (Timnas) Indonesia. Namun tak jarang klub-klub di Liga Indonesia dari edisi perdana sampai Liga 1 sekarang memilih untuk merekrut kiper asing untuk menjamin keamanan gawang mereka.
Berikut ini INDOSPORT merangkum 10 kiper asing yang pernah dan sedang meniti karier di Liga Indonesia.
1. 1. Darryl Sinerine
Namanya mungkin sangat asing untuk pecinta sepakbola nasional. Kiper asal Trinidad & Tobago ini, merupakan pionir penjaga gawang asing di liga Indonesia. Memperkuat Petrokimia Putra pada Liga Indonesia edisi perdana tahun 1994/ 1995, Darryl menjadi andalan klubnya saat itu.
Kehebatannya di bawah mistar gawang berhasil membawa tim asal Gresik itu melaju ke partai puncak kompetisi yang saat itu masih bernama Liga Dunhill. Bertemu Persib Bandung di final, Petrokimia kandas, namun Darryl tetap menjadi andalan selama beberapa tahun berikutnya dan selalu menjadi pilihan dalam setiap laga perang bintang.
2. 2. Mbeng Jean Mambalaou
Mbeng Jean yang datang pertama kali ke Indonesia pada musim 1997/98 ini bermain selama empat musim bagi klub ibukota. Ketika itu, ia datang dengan usia yang sangat muda untuk seorang pemain asing, yaitu 19 tahun.
Kiper asal Kamerun ini menjadi bagian dari Persija atas keberhasilan meraih gelar juara Liga Indonesia pada musim 2000/2001. Kecepatan dan ketangguhannya menghalau bola serta keberaniannya berduel dengan lawan membuat Persija menjadi salah satu tim dengan pertahanan terbaik di musim itu. Total mereka hanya kebobolan sebanyak 18 gol sepanjang musim.
Cukup lama ia berseragam Persija, sebelum akhirnya hengkang ke PSPS Pekanbaru dan PSMS Medan. Saat ini Mbeng tidak lagi bermain di Indonesia. Sekarang, Mbeng Jean berdomisili di Paris dan memiliki sekolah sepakbola di sana.
3. 3. Mariusz Muscharski
Mariusz Muscharski datang sebagai bagian dari kuartet Polandia yang didatangkan untuk mendongkrak prestasi Persib pada tahun 2003. Kuartet tersebut terdiri dari pelatih Marek Andrez Sledzianowsk, Kiper Mariusz Mucharski, Gelandang Piotr Orlinski dan penyerang Maciej Dolega.
Memiliki wajah sangar dengan postur tinggi besar, awalnya Bobotoh sempat berharap banyak pada kiper asal Polandia tersebut. Sayang, ekspektasi tak sesuai harapan, Persib Bandung malah sering kebobolan. Musim 2003/2004 merupakan musim pertama dan terakhir Mariusz.
4. 4. Sergio Vargas
Sergio Vargas datang ke Indonesia dengan membawa 'CV' pernah memperkuat Timnas Chile di Copa America 2001. Ia pernah memperkuat PSM Makassar pada tahun 2004. Kariernya di Indonesia terbilang singkat, maklum, ia hanya menghabiskan sisa-sisa tenaganya di Tanah Air. Kendati begitu, ia berhasil membawa PSM keluar sebagai runner up dan pernah merasakan berlaga di turnamen Piala Champions Asia.
Pada tahun 2013 silam, sebenarnya PSM Makassar nyaris mendaratkan kembali kiper asing, yakni Griffin McMaster asal Australia. Namun ada beberapa pihak menilai hal itu sebagai hal yang mubazir, padahal Griffin sudah melakukan seleksi.
"Sebaiknya cari pemain asing di posisi gelandang saja. Jangan sampai kuota asing kita mubazir. Apa lagi kondisi finansial manajemen saat ini kurang sehat, lebih baik benahi fasilitas tim dari pada merekrut mahal kiper asing," kata JD Bosco, pengamat sepakbola Makassar.
"Kalau kemampuannya seperti Vargas kenapa tidak. Tapi semua tergantung pelatih dan manajemen. Saya hanya sekadar menyarankan saja," ujarnya lagi menekankan kehebatan Sergio Vargas di masa lampau.
5. 5. Zheng Cheng
Ditinggal kiper utama saat itu, Hendro Kartiko, yang hengkang ke Persija pada tahun 2005, manajemen Persebaya memutuskan untuk mendatangkan Zeng Cheng. Tak banyak rekam jejak mengenai Zeng Cheng saat datang karena memang kiper asa; China ini datang di usia yang masih sangat belia yakni 18 tahun.
Zeng Cheng langsung menaruh perhatian para Bonek selain karena performa apiknya dalam menjaga gawang Green Force, Zeng Cheng juga berparas cukup menawan.
Sayang, Cheng hanya bertahan satu musim di Persebaya. Setelah masa peminjaman habis, dia kembali ke China. Namun, siapa sangka karir Cheng melejit setelah berlatih dan bermain bersama Persebaya.
Di tahun 2018 ini, Zheng Cheng meperkuat klub raksasa China, Guangzhou Evergrande yang dilatih oleh Fabio Cannavaro. Laporan dari Bivisport menyebutkan, Cheng masuk dalam jajaran kiper termahal di Asia khususnya di Liga Super China.
Hal tersebut diketahui dari nilai transfernya yang mulia meroket. Menurut data dari Transfermarkt, Cheng saat ini memiliki nilai transfer sebesar 650 ribu euro atau sekitar Rp10,84 miliar.
Untuk pemain asal Asia, nilai tersebut sudah terbilang cukup mahal. Selain itu, Cheng juga saat ini menempati urutan ketiga sebagai kiper termahal di China. Kiper yang kini berusia 31 tahun ini juga sudah masuk skuat Timnas China sejak tahun 2009.
6. 6. Sinthaweechai Hathairattanakool
Sinthaweechai Hathairattanakool atau lebih dikenal dengan nama Kosin Hathairattanakool pertama kali mengijakkan kaki di Indonesia pada tahun 2006 bergabung dengan Persib Bandung. Selain Kosin, tercatat Persib juga merekrut rekan senegara sang kiper yang bernama Nipont Chanarwut dan berposisi sebagai pemain belakang.
Pandai membaca bola, penempatan posisi yang baik, dan tangguh dalam situasi one on one, Kosin langsung menjadi idola pada musim pertamanya. Semusim membela Persib, Kosin mencatatkan 33 pertandingan mengawal gawang Maung Bandung.
Begitu kontrak semusimnya untuk Persib berakhir, bakat Kosin yang tampil gemilang bersama Persib, tercium oleh salah satu klub besar tanah kelahirannya, Chonburi FC menariknya kembali ke Negeri Gajah Putih.
Selang tiga tahun kemudian, Chonburi memutuskan untuk mengembalikkan Kosin ke Persib dengan status pinjaman. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Kosin. Kosin kembali bergabung bersama Persib Bandung bersama rekannya Suchao Nuntcnum pada musim 2009/2010.
Kosin yang mengganti namanya menjadi Sinthaweechai Hathairattanakool mampu menghadirkan kembali penampilan apiknya bersama Persib, dan menjadi bagian tak terpisahkan Persib Bandung. Kosin tampil pada 14 laga untuk Maung Bandung pada putaran pertama Indonesia Super League. Namun ternyata musim itu, Kosin hanya tampil sampai putaran pertama, karena statusnya hanya pinjaman dari klub Chonburi FC Thailand.
7. 7. Evgeny Khmaruk
Evgeny Khmaruk tentu tak asing di telinga pecinta Persija Jakarta. Ia merupakan bagian skuat Macan Kemayoran di Liga Indonesia musim 2007/2008. Penjaga gawang asal Moldova itu punya tinggi badan nyaris 2 meter. Berdasarkan data, ia memiliki tinggi 190 cm.
Ketangguhannya bahkan mulai dibanding-bandingkan dengan Mbeng Jean Mambalaou, kiper asing yang pernah membawa Persija menjadi penguasa Liga Indonesia.
Namun, karena kekisruhan antar pemain dalam pertandingan Grup B menghadapi Persik Kediri yang melibatkan namanya, mencoreng nama besar Khmaruk. Seperti diketahui, ia terlibat gesekan dengan penyerang Persik Kediri saat itu, Cristian Gonzales.
Perkelahian Evgeny Khmaruk dengan Gonzales memunculkan respons dari Komite Disiplin PSSI, sehingga keduanya mendapatkan hukuman larangan bermain. Pada Maret 2008, nama Evgeny Khmaruk masuk dalam daftar hitam. Ia dimasukkan dalam kategori 2 sebagai pemain yang tidak direkomendasikan untuk direkrut di Liga Indonesia musim berikutnya.
8. 8. Yoo Jae-Hoon
Dari sedikit kiper asing di Indonesia, Yoo Jae-Hoon adalah yang terbaik. Selalu menjadi pilihan utama Persipura sepanjang musim, kiper asal Korea Selatan ini memiliki skill di atas rata-rata.
Sejak bergabung dengan Mutiara Hitam pada 2010 silam, Yoo sudah sukses mempersembahkan tiga gelar domestik, di antaranya Indonesia Super League (ISL) 2010/11 dan 2012/13, serta Indonesia Soccer Championship (ISC) A 2016.
Pada tahun 2014, Yoo turut berkontribusi membawa Mutiara Hitam menapak semifinal Piala AFC 2014 sebelum dikalahkan Al-Qadsia SC dengan agregat 2-10.
Kebersamaan Yoo dengan Boaz Solossa dan kawan-kawan harus berakhir setelah dirinya memutuskan untuk mencari pengalaman baru untuk membela Bali United (dulunya Persisam) untuk kompetisi Liga Indonesia musim 2014/15.
Usai gagal membawa Bali United berprestasi dan vakumnya sepakbola nasional pada tahun 2015, di musim 2016 ini sang kiper memutuskan untuk kembali ke Persipura.
Pada Liga 1 2018 ini, Yoo Jae-Hoon kembali meninggalkan Persipura dan bergabung dengan Mitra Kukar. Yoo juga sempat mengungkapkan ingin gantung sarung tangan atau pensiun di Indonesia.
9. 9. Alexander Vrteski
Alexander Vrteski juga salah satu kiper asing di Liga Indonesia. Kiper asal Makedonia keturunan Australia ini pernah memperkuat Solo FC di Liga Primer Indonesia pada tahun 2010.
Sebelum ke Indonesia, Aleks pernah memperkuat klub Australia, Perth Glory dan klub Makedonia, FK Pobeda. Kiper yang kini berusia 29 tahun itu juga sempat berseragam Timnas Australia U-17 dan U-20, serta Timnas Makedonia U-21 pada 2009 lalu.
10. 10. Deniss Romanovs
Penjaga gawang asal Latvia ini pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 2011 dan bergabung dengan klub Liga Primer Indonesia asal Papua, Cendrawasih FC.Sebelum kemudian berpindah ke Arema Indonesia dan Pro Duta.
Kesuksesan di Liga Indonesia baru diraih kiper yang mencatatkan 5 caps bersama Timnas Latvia ini bersama Pelita Bandung Raya pada gelaran Indonesia Super League.
Tampil dengan tim yang bermaterikan pemain muda dan tidak diunggulkan, Romanovs tampil menawan dan menjadi salah satu kunci kelolosan PBR hingga babak empat besar berkat beberapa penyelamatan gemilangnya pada tahun 2014.