3 Pelanggaran Brutal yang Pernah Terjadi dalam Dunia Sepakbola
Harus diakui juga jika pelanggaran merupakan bagian dari warna dalam pertandingan sepakbola, maupun cabang olahraga lain yang memiliki duel fisik, seperti basket, rugby, futsal, dan masih banyak lagi.
Lalu, bagaimanakah jika terjadi sebuah pelanggaran yang sangat tidak wajar alias sangat keras, bahkan bisa dikatakan sangat brutal?
Mungkin, dalam olahraga rugby atau American Football pelanggaran yang keras sudah biasa terjadi, lalu bagaimana dengan sepakbola? Ada beberapa pelanggaran yang dinilai sangatlah sadis yang terjadi dalam sebuah pertandingan.
- Jelang Laga Perdana di Bulan Puasa, Ini Kata Gelandang Persija Jakarta
- Jelang GP Prancis, 4 Data Ini Jadi Kunci Sukses Pembalap di Sirkuit Le Mans
- Difavoritkan Jadi Pengganti Wenger, Arteta Ingin Legenda Arsenal Jadi 'Pembantunya'
- Waspada, 3 Faktor Pemicu Ini Bisa Buat Persela Tumbangkan Persija
- Tak Hanya Klaim Gol, Harry Kane Juga Klaim Meghan Markle?
Berikut ini INDOSPORT merangkum 3 pelanggaran brutal yang pernah terjadi dalam dunia sepakbola.
1. Ben Tratcher vs Pedro Mendes
Bagi pencinta sepakbola sejati, khususnya Liga Primer Inggris pastinya lebih mengetahui jika sosok pemain yang dikenal brutal dalam melakukan pelanggaran adalah Joey Barton.
Selain dikenal brutal dalam melakukan pelanggaran, Barton juga tidak segan untuk mengajak berkelahi lawannya. Namun ternyata, selain Barton ada pemain yang lebih brutal darinya.
Dia adalah Ben Tratcher. Pada tahun 2006 lalu, Tratcher yang kala itu membela Manchester City pernah melanggar penggawa Portsmouth, Pedro Mendes hingga membuat sang pemain terkapar dan pingsan di pinggir lapangan.
Ya, saat itu keduanya sedang mengejar bola yang akan menuju ke garis lapangan. Mendes saat itu berhasil mendapatkan bola sedikit lebih cepat.
Namun Tratcher yang kurang lebih menyusul sekitar 1-2 detik datang bukannya menghindar, ia malah mengangkat tangannya dan sengaja menabrak Mendes dengan keras hingga menabrak papan iklan di pinggir lapangan.
Jika ia menghindar dengan menurunkan kecepatannya saat tahu dirinya telah gagal mendapatkan bola atau menaruh tangannya di belakang, Mendes pastinya tidak akan terkapar.
Parahnya, usai berbenturan Tratcher malah berjalan dan tidak menghiraukan Mendes. Ironisnya lagi, wasit yang memimpin laga tersebut, Dermot Gallagher hanya memberikannya kartu kuning.
Padahal, Mendes benar-benar harus mendapat perawatan medis dan semalamn harus dirawat di rumah sakit.
Situasi ini membuat Man City mengambil jalan untuk menghukum pemainnnya sendiri dengan larangan bermain sebanyak enam laga dan tidak digaji selama enam pekan.
Selain itu, Federasi Sepakbola Inggris, FA juga memberikan hukuman yang lebih berat, yaitu 15 larangan pertandingan yang setelah itu juga ditambah dengan larangan bermain sebanyak dua tahun.
2. Nigel De Jong vs Xabi Alonso
Final Piala Dunia 2010 yang digelar di Afrika Selatan kemarin antara Timnas Belanda melawan Timnas Spanyol menyisakan satu kisah yang pastinya tidak akan dilupakan oleh penggemar sepakbola.
Laga yang berlangsung dengan sangat keras dan dihujani dengan kartu kuning itu pastinya akan lebih dikenang dengan tendangan karate gelandang Belanda, Nigel De Jong ke dada gelandang Spanyol, Xabi Alonso.
Kejadian itu terjadi pada menit ke-27, di mana saat terjadi duel udara, De Jong malah menggunakan kaki dan bukan mengambil bola dengan kepalanya untuk beradu dengan Alonso.
Di saat yang bersamaan, ternyata kaki De Jong diangkat tidak terlalu tinggi hingga tepat mengenai dada Xabi Alonso yang kini telah pensiun.
Uniknya, wasit yang memimpin laga tersebut, Howard Webb tidak memberikan De Jong kartu merah, melainkan hanya kartu kuning.
Tidak heran para pemain Timnas Spanyol mengajukan protes keras terhadap wasit berdarah Inggris tersebut.
3. Roy Keane vs Alf-Inge Haland
Penggila sepakbola sejati manapun, pastinya tidak akan pernah lupa atau akan selalu diingatkan dengan pelanggaran yang sangat brutal yang dilakukan oleh legenda Man United, Roy Keane terhadap mantan pemain Man City, Alf-Inge Haland.
Kejadian ini bermula saat Haland yang masih memperkuat Leeds melanggar keras Keane hingga membuatnya menderita cedera lutut yang sangat serius di musim 1997/98.
Menariknya, saat Keane mengerang kesakitan, Haland menghampirinya dan berteriak ke Keane agar segera bangun kembali dan jangan berpura-pura cedera.
Meski mengerang kesakitan, rupanya ucapan dari Haland masuk ke telinga Keane dan tersimpan dalam otak hingga hatinya.
Pada musim 2000/01, hari pembalasan dendam Keane terhadap Haland pun tercipta. Saat itu, Haland telah pindah ke Man City dan keduanya terlihat akan berduel untuk mendapatkan bola datar.
Menariknya, Keane seakan ‘mengalah’ untuk tidak mengambil bola tersebut. Saat Haland berhasil membuang bola dan kakinya masih terayun ke atas, di saat itulah Keane menyerang lututnya dengan sangat keras dan membuat Haland langsung terkapar.
Uniknya lagi, Keane hanya terdiam dan tidak mengajukan protes kepada wasit yang memberikannya kartu merah.
Sebelum meninggalkan lapangan, Keane menghampiri Haland dan mengatakan jika dirinya telah ‘balas budi’ atas apa yang diperbuat Haland pada tiga tahun lalu.
Pada tahun 2002, Roy Keane telah merilis buku autobiografinya. Dalam buku tersebut, Keane secara jujur mengaku jika dirinya memang telah berniat atau merencanakan untuk membalas dendam untuk mencederai lutut Haland.