Piala Dunia 2018: Wasit Berhak Stop Laga Jika Ada Aksi Rasisme
Presiden FIFA, Gianni Infantino, menegaskan bahwa wasit memiliki wewenang untuk menghentikan jalannya pertandingan di Piala Dunia 2018 jika ada insiden rasisme yang terjadi.
Rusia akan menjadi tuan rumah turnamen tahun ini dan muncul kekhawatiran tentang bagaimana fans dalam negeri memperlakukan pemain terutama banyak kejadian rasis di ranah sepakbola negara ini.
1. Anggap Masalah Serius
Soal rasisme ini memang cukup menggangu. Bahkan bek Inggris, Danny Rose, menyatakan bahwa keluarganya tidak berangkat ke Rusia karena ia khawatir mereka akan menjadi sasaran pelecehan.
Namun, Infantino menekankan bahwa FIFA mengangap rasisme adalah masalah serius yang harus diatasi segera.
"Saya tidak akan mengatakan bahwa kami prihatin soal diskriminasi, hak asasi manusia dan keamanan tetapi kami menganggap hal-hal ini sangat serius. Kami telah mengambil langkah yang tepat dalam proses persiapan,” ujarnya seperti dikutip dari Sports Mole.
2. Dapat Dihentikan Wasit
Karena masalah rasisme yang semakin berbahaya, FIFA bahkan memutuskan bahwa wasit bisa menghentikan pertandingan seandainya insiden rasisme terjadi.
"Kami memiliki prosedur yang jelas, termasuk langkah-langkah agar wasit dapat menghentikan, menangguhkan atau bahkan meninggalkan pertandingan bila terjadi kasus diskriminasi. Kami memiliki sistem pemantauan dan kemudian sanksi langsung hal tersebut terjadi,” papar Infantino
3. Berharap Tak Terjadi
Infanito menambahkan FIFA berharap kejadian ini tak akan lagi terulang karena ada konsekuensi serius yang diiterima.
"Kami jelas berharap itu tidak terjadi. Semua orang telah diperingatkan bahwa jika itu terjadi akan ada konsekuensi serius," jelasnya
FIFA pernah mendenda Federasi Sepak Bola Rusia sebesar 22.000 poundsterling atau sekitar Rp410 juta karena para pendukung melagukan nyanyian rasis yang ditujukan pada pemain Prancis selama pertandingan pada Maret lalu.
Berikut Jadwal Resmi Piala Dunia 2018.
Terus ikuti berita terbaru INDOSPORT dengan topik: PIALA DUNIA 2018 RUSIA.