3 Kegagalan Penalti Paling Pahit di Sejarah Piala Dunia
Tendangan penalti. Terlihat mudah dari sudut pandang penonton, dengan gawang yang terbuka lebar dengan satu penghalang seorang eksekutor dengan selebrasi di sudut lapangan, seorang penjaga gawang.
Penalti kerap dianggap sebagai 'jalan pintas' untuk seorang pemain untuk menambah pundi-pundi golnya.
Tapi 'jalan pintas' ini juga hadir dengan risiko yang begitu besar. Kegagalan adalah hal yang tidak dapat diterima.
Hujatan dan kecaman digaransi akan mengetuk pintu anda, bahkan membuat seseorang kehilangan istirahat dan tidur.
Terutama ketika tendangan penalti anda menentukan kiprah suatu negara di Piala Dunia. Bukan hanya harapan rekan-rekan satu tim yang berada di pundak, tapi seluruh penduduk negara.
Sebelumnya ada Lionel Messi, yang pada laga kemarin malam gagal menjadi eksekutor penalti saat melawan tim kuda hitam, Islandia di Piala Dunia 2018.
Namun selain Messi, terdapat tiga kegagalan penalti yang dapat dikatakan terpahit di sejarah Piala Dunia.
Berikut tiga kegagalan penalti terpahit di sejarah Piala Dunia yang dirangkum oleh INDOSPORT.
1. Asamoah Gyan (Ghana) vs Uruguay - 2010
Di Piala Dunia 2010, Asamoah Gyan berpeluang mencatatkan sejarah bersama Ghana.
Saat itu skor imbang 1-1 di babak tambahan di perempatfinal melawan Uruguay.
Handball di garis gawang oleh Luis Suarez membuat tim berjuluk Black Stars ini satu penalti yang seharusnya membawa Ghana ke semifinal, pencapaian terbaik negara Afrika di Piala Dunia.
Tapi sepakan Gyan membentur mistar gawang.
Ghana kalah 4-2 di babak adu penalti dan hingga saat ini belum ada tim Afrika lainnya yang mampu mendekati fase semifinal.
2. Michel Platini (Prancis) vs Brasil - 1986
Di tahun 1984, Michel Platini dielu-elukan sebagai salah satu pemain terbaik sepanjang masa.
Ia berhasil membawa Prancis -- yang kala itu menjadi tuan rumah -- menapakkan kaki di podium juara Piala Eropa, membukukan sembilan gol dari lima pertandingan di turnamen tersebut.
Tapi dua tahun berikutnya, di Piala Dunia 1986 Meksiko, Platini kesulitan mencapai ekspektasi begitu tinggi yang disematkan orang-orang padanya.
Didera cedera kunci paha (groin injury) dan bermain di bawah suntikan penghilang rasa sakit, Platini tetap mampu menorehkan dua gol.
Tapi tendangan penaltinya melawan Brasil di perempatfinal, justru menjadi kenangan yang paling diingat darinya di turnamen tersebut.
Prancis tetap lolos ke semifinal, tapi eksekusi penalti Platini tetap menjadi coreng di kiprahnya sebagai salah satu seniman terbaik lapangan hijau.
3. Roberto Baggio (Italia) vs Brasil - 1994
Jika membahas kegagalan penalti yang paling menyakitkan dalam sejarah, nama Robert Baggio pasti terlintas di pikiran
Baggio menjadi pahlawan Italia, menjadi pemain paling bersinar Gli Azzurri di Piala Dunia 1994, sekaligus penjahat negara di turnamen yang sama.
Italia saat itu tertinggal di babak adu penalti di partai final, setelah Franco Baresi dan Daniele Massaro gagal mengonversi sepakan 11 meternya.
Tapi kegagalan Baggio lah yang mengalungkan medali juara ke para pemain Brasil.
"Saya selalu bermimpi untuk bermain di final Piala Dunia sejak saya masih kecil, tapi saya tidak pernah berpikir akan berakhir seperti itu," kenang Baggio, dikutip dari Irish Post.
"Saya masih merasa kesulitan untuk menerima apa yang terjadi hari itu. Bagaimanapun, itu membantu saya untuk tetap rendah hati karena hidup adalah tantangan berkelanjutan dan anda tidak boleh menyakiti diri anda sendiri."
Berikut Jadwal Lengkap Siaran Langsung Piala Dunia 2018
Terus ikuti berita terbaru INDOSPORT dengan topik: PIALA DUNIA 2018 RUSIA