5 Alasan Kroasia Bisa Juara Piala Dunia 2018
Kroasia tampil perkasa dan membuktikan mereka menjadi kuda hitam di Piala Dunia 2018 di Rusia. Penampilan tim besutan Zlatko Dalic cukup mengesankan di grup merka, dengan mengalahkan Islandia, finalis Piala Dunia 2014 Argentina, dan Nigeria yang menjuarai Piala Afrika 2013.
Diam-diam tetapi menghanyutkan, Kroasia yang sering diremehkan nyatanya bisa menundukkan Denmark dan Rusia di babak 16 besar dan perempatfinal dalam pertarungan sengit yang berakhir adu penalti.
Luka Modric dkk juga menundukkan tim unggulan, Inggris dengan skor tipis 2-1 dan melangkah ke final untuk bertemu dengan Prancis sebagai bagian pamungkas dari turnamen musim panas.
TONTON VIDEO DOKTER SPORT: RESEP JITU ORANG INDONESIA MAIN DI LIGA PRIMER INGGRIS
Torehan Kroasia ini cukup membuka peluang mereka untuk memenangkan final nanti. Apa buktinya? Berikut INDOSPORT sajikan pembahasannya seperti dirangkum dari Sportskeeda:
1. 1. Dominasi Lini Tengah
Nyawa Kroasia tidak bisa dipungkiri berada di lini tengah, karena area ini menjadi gerbang antara pertahanan dan serangan.
Gelandang Kroasia seperti Luka Modric, yang secara konsisten bermain baik untuk Real Madrid dan Timnas, menjadi gelandang terbaik di dunia saat ini. Ivan Rakitic menjadi pekerja keras yang serbaguna di Barcelona, dan kapten Fiorentina Milan Badelj atau pemain Inter Milan Marcelo Brojovic sukses menjalani musim di Serie A Italia.
Kroasia menggunakan formasi 4-3-3 di turnaman musim panas ini, dengan lini tengah ditempat oleh dua gelandang tengah dan satu gelandang bertahan.
Luka Modric dan Ivan Rakitic adalah dua andalan gelandang tengah, dengan sang kapten menciptakan peluang untuk tiga pemain depan, sementara Rakitic memajukan permainan dari pertahanan ke lini tengah dengan umpan cepat.
Peran gelandang bertahan diambil oleh salah satu dari Milan Badelj dan Marcelo Brozovic, mereka memiliki peran berbeda setiap masing-masing dari mereka bermain.
Badelj adalan gelandang yang cukup defensif yang mampu mencegah setiap serangan balik dari lawan. Sedangkan Brozovic bermain di sisi dan maju ke depan dengan gelandang lainnya serta lebih banyak bermain box-to-box.
Apabila salah satu atau lebih dari gelandang itu gagal, Kroasia masih memiliki dua gelandang berbakat yang bisa menyelinap ke lini tengah. Mateo Kovacic dan Filip Bradaric akan berperan sebagai salah satu dari dua gelandang tengah, sementara Bradaric cukup fleksibel bermain di posisi manapun di lini tengah.
2. 2. Taktik Zlatko Dalic Sangat Teliti
Zlatko Dalic baru delapan bulan menukangi Kroasia pasca pemecatan manajer sebelumnya Ante Cacic lantaran keputusan taktisnya yang buruk dan menyebabkan kekalahan dari tim Islandia dan Turki. Ditunjuk di masa-masa berat itu, Dalic kenyataannya mampu memimpin Kroasia ke Piala Dunia dengan mengalahkan Yunani.
Keberhasilannya itu dikaitkan dengan cara mantan gelandang bertahan Kroasia merencanakan taktik dan strategi untuk setiap pertandingan dengan sangat cermat. Berbeda dengan manajer sebelumnya yang mengandalkan formasi 4-2-3-1 yang ketat, dia malah membuka sedikit celah dengan formasi 4-1-2-2-1.
Pemain sayap berperan sangat penting dalam strategi Dalic, dan lini tengah menjadi tumpuan bukan pada strikernya ketika membuat peluang. Sisi sayap dimanfaaatkan untuk membuat ruang dan mengumpan silang bola untuk striker. Sedangkan gelandang membuka ruang di tengah, melewati sayap untuk meregangkan pertahanan lawan.
Strategi ini terbukti berhasil berulang kali lantaran serangan Kroasia selalu mematikan di Piala Dunia dan para pemain memiliki peran mereka sendiri dalam tim.
Uniknya, Dalic juga akan mengubah taktiknya tergantung siapa lawannya. Dia akan mengubah cara Kroasia bermain namun tetap mempertahankan peran dasar yang dimiliki setiap pemain. Tergantung pada lawan, ia dapat mengubah seberapa tinggi garis pertahanan, seberapa agresif menekan lawan harus, dan seberapa ketat lini tengah seharusnya.
3. 3. Skuat Berpengalaman
Kroasia bisa dibilang satu-satunya tim yang didominasi oleh pemain-pemain senior dan membuat mereka lebih berpengalaman dibandingkan dengan tim lain. Rata-rata usia pemain 28 tahun dengan rata-rata 40 penampilan. Coba bandingkan dengan Inggris, rata-rata pemain mereka berusia 26 tahun dengan 20 penampilan.
Pengalaman bermain lebih banyak membantu sebagian besar pemain Kroasia bermain secara konsisten pada level tinggi bahkan ketika menghadapi tekanan. Kecuali untuk pemain muda, seperti Marko Pjaca yang masih berusia 22 tahun namun terus berkembang.
Di lini tengah ditempat oleh Luka Modric, Ivan Rakitic, dan Marcelo Brozovic yang tengah berada di puncak karier mereka dengan usia matang.
Modric dan Rakitic sendiri telah menjadi starter untuk dua klub terbesar di dunia, yakni Real Madrid dan Barcelona selama empat musim. Sedangkan Brozovic tampil secara regular bersama Inter Milan dan mengumpulkan lebih dari 100 penampilan dalam tiga musimnya.
Pemain cadangan di lini tengah seperti Mateo Kovacic dari Real Madrid, kapten Fiorentina Milan Badej, dan Vedran Corluka telah tampil lebih dari 100 kali untuk Timnas.
Belum lagi di lini serang dan pertahanan, seperti andalan Juventus Mario Mandzukic, dan penggawa Inter Milan Ivan Perisic, serta partner langganan Domagoj Vida dan Dejan Lovren di lini pertahanan. Danijel Subasic juga sudah bermain untuk kroasia sejak 2009 dan tampil lebih dari 50 kali dalam kariernya.
Jumlah penampilan tersebut tentunya tidak mudah dipatahkan oleh tim lain dengan pemain yang lebih muda di semifinal.
4. 4. Kekuatan Sayap-Sayapnya
Pada Piala Dunia 2014, Kroasia memang dinilai memiliki kelemahan di sisi sayapnya sehingga membuat mereka tereliminasi dari Brasil. Kala itu mereka hanya mengandalkan Luka Modric dan Ivan Rakitik untuk menciptakan peluang dari lini tengah.
Namun Zlatko Dalic mulai memperbaiki masalah ini dengan mengerahkan pemain regular Inter Milan Ivan Perisic, dan pemain muda Eintracht Frankfurt Ante Rebic di sayap kanan dan kiri. Mereka menjalin kerjasama di bagian sisi serangan dan secara konsisten menjadi bagian penting dari taktik sang manajer.
Dua pemain sayap Kroasia itu menciptakan peluang secara teratur, melalui serangan balik dan dengan cepat melaju untuk bermain dengan gelandang serang sambil menekan bek bertahan lawan secara terus menerus.
Perisic dan Rebic sangat lincah dan terampil, bahkan mereka bisa berlari ke luar lininya jika diperlukan, seperti ketika melawan Argentina yang membuat pemain sayap mereka tidak berkutik dan bek bertahan hanya bertahan di tempat.
Perisic dan Rebic juga bermain sangat fleksibel dan bisa dipasangkan di posisi lain. Sejatinya Perisic memulai di sayap kiri sementara Rebic di sayap kanan. Namun mereka bisa bertukar posisi bila diperlukan, seperti ketika melawan Nigeria dan membuat kubu lawan kebingungan.
Selain Perisic dan Rebic, Kroasia juga memiliki cadangan wonderkid Schalke, Marko Pjaca. Dengan tinggi mencapai 186 cm, Pjaca bisa menghadapi lawan 1v1 ditambah kecepatan dan keterampilan mengontrol bola.
5. 5. Lini Pertahanan yang Fleksibel
Lini pertahanan Kroasia sering diremehkan oleh tim lawan. Namun sebenarnya para pemain di area belakang memiiki kemampuan taktis yang fleksibel dan sangat berpengalaman meskipun mereka berusia di atas 29 tahun. Salah satunya kiper AS Monaco dan Kiper Terbaik Ligue 1 Prancis, Danijel Subasic.
Lini pertahanan Kroasia didominasi oleh pemain-pemain yang mulai menua dan dianggap melambat. Namun sejatinya mereka masih tampil beringas untuk menahan semua penyerang lawan yang mencoba mencetak gol.
Pemain full-back Sime Vrsaljko dan Ivan Strinik mampu menggetarkan lapangan dan berkontribusi pada serangan melalui sisi lapangan namun kembali ke belakang jika dibutuhkan. Bek tengah Domagij Vidaa dan Dejan Lovren memang lambat tetapi keterampilan teknis dan fisik mampu mengimbangi.
Tidak hanya itu, manajer Zlatko Dalic menempatkan mereka berempat sesuai kondisi pertandingan, sehingga setiap kali taktik berubah, empat bek itu siap untuk bekerja. Misalnya ketika harus berhadapan dengan Argentina, sebagian bek menandai Lionel Messi dan sebagian lagi menandai pemain Argentina lainnya.
Memang tidak selalu berhasil, seperti ketika mereka menghadapi Rusia, para bek kurang mampu mengejar kecepatan Aleksandr Samedov dan Denis Cheryshev, hingga kebobolan.
Berikut Dua Tim yang Berhasil Masuk ke Babak Final Piala Dunia 2018:
Ikuti berita terbaru INDOSPORT dengan topik: PIALA DUNIA 2018 RUSIA