Budaya Rokok, Kopi, dan Ojek dalam Sepak Bola Indonesia
INDOSPORT.COM - Pernahkah Anda melihat pangkalan ojek berisikan para pengemudi yang berkumpul, menyaksikan sebuah pertandingan sepak bola di televisi tabung sembari berbincang dengan ditemani kopi dan rokok?
Hal tersebut seakan menjadi sebuah pemandangan yang biasa dilihat oleh mereka yang tinggal di daerah perkampungan, atau setidaknya mereka yang hidup dekat dengan ojek pangkalan di sekitarnya.
Meminum kopi sembari merokok seakan menjadi hal yang lumrah untuk masyarakat Indonesia saat melakukan obrolan atau saat menonton bareng sebuah pertandingan sepak bola. Tanpa kopi, kebanyakan perokok menganggap ada yang kurang. Begitupun sebaliknya.
Situs doktersehat pun menjabarkan bahwa terdapat sebuah penelitian dari Universitas Bristol di Inggris, tentang keterkaitan konsumsi rokok dan kopi secara bersamaan.
Disebutkan bahwa penelitian tersebut menggunakan 250 ribu partisipan yang berasal dari Inggris, Denmark, dan juga Norwegia.
Dari 250 ribu orang tersebut, peneliti kemudian memilahnya dan hanya mengambil data dari mereka yang memiliki variasi genetik yang mampu memicu atau meningkatkan kebiasaan merokok. Singkat kata, peneliti memisahkan data perokok aktif dan bukan (hanya minum kopi).
Hasilnya pun dikatakan bahwa mereka para perokok aktif tersebut mampu mengonsumsi rokok sekitar 10 batang per hari, sambil mengonsumsi 1,5 cangkir kopi lebih banyak dibandingkan mereka yang hanya minum kopi saja (bukan perokok).
Namun uniknya, Profesor Marcus Munafo yang terlibat dalam penelitian tersebut juga mengatakan bahwa partisipan Inggris justru lebih banyak mengonsumsi rokok sembari minum teh, dibandingkan kopi.
Itu tak lepas dari budaya Inggris yang dikenal gemar mengonsumsi teh, dimanapun dan kapanpun. Hal ini-lah yang membuat Monafo menduga kebiasaan merokok sambil menikmati kopi terjadi karena faktor kebiasaan, termasuk di masyarakat Indonesia.
Lantas, apa hubungan antara kopi dan rokok dengan sepak bola di Indonesia?
1. Gojek 'Wajah Baru' dalam Sponsor Liga Indonesia
Sepak bola Indonesia tak lepas dari yang namanya sponsor. Tanpa adanya sponsor, kompetisi sepak bola di Indonesia tentunya tidak akan berjalan sesuai rencana, karena tidak adanya dana yang mendukung untuk menggelar kompetisi tersebut.
Benar adanya bila kompetisi kasta teratas sepak bola Liga Indonesia saat ini, Liga 1 2018, disponsori oleh transportasi online bernama Gojek. Startup buatan anak bangsa itu telah resmi menjadi sponsor utama Liga 1 Indonesia sejak tahun 2017 lalu.
Di sini, Gojek pun seakan menjadi ‘anak baru’ dalam wajah sponsor sepak bola Indonesia selama ini. Pasalnya, sepak bola Indonesia selalu dihiasi dengan ‘wajah-wajah’ lama, yang tak lain dari sebuah merek kopi terkenal, ataupun merek rokok terkenal.
2. Dominasi Rokok dan Kopi dalam Liga Indonesia
Kita ulas balik pada tahun 2005 hingga 2011. Liga Utama Sepakbola Indonesia kala itu bernama Liga Djarum Indonesia, karena sponsor utamanya dimiliki oleh rokok Djarum Super.
Saat itu pun terdapat dua kali pergantian nama pada kompetisi utama sepak bola Indonesia, terhitung sejak tahun 2005-2007 bernama Liga Djarum Indonesia, sedangkan 2008-2011 bernama Djarum Indonesia Super League.
Sebelum Djarum ‘merajai’ sepak bola Indonesia, terdapat pula merek rokok lainnya yang pernah menjadi sponsor utama Liga Indonesia kala itu. Dia adalah Dunhill dan Kansas, yang ‘merajai’ Liga Indonesia sejak 1994 hingga 1997.
Rokok Dunhill, yang merupakan rokok asal London, Inggris, mengubah Liga Indonesia menjadi Liga Dunhill Indonesia pada periode 1994 hingga 1996. Sedangkan Kansas merubah Liga Indonesia menjadi Liga Kansas Indonesia pada tahun 1996 hingga 1997.
Itu belum dihitung dengan kompetisi bernama Copa Dji Sam Soe, sebuah kompetisi yang disponsori oleh rokok Dji Sam Soe pada era 2006 hingga 2009.
Kompetisi tersebut diselenggarakan oleh PSSI, dan diisi oleh klub-klub yang bermain di berbagai divisi di Tanah Air kala itu.
Sedangkan yang terakhir adalah Kopi Torabika, pada pegelaran Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 lalu yang dimenangkan oleh Persipura Jayapura.
TSC sendiri merupakan kompetisi sepak bola pengganti sementara liga yang terhenti kala itu, yang digelar oleh PT Gelora Trisula Semesta (GTS).
Memang, tidak hanya rokok dan kopi saja yang pernah menjadi ‘wajah’ sepak bola Indonesia. Beberapa bank pun pernah menjadi sponsor utama Liga Utama Sepak bola Indonesia, seperti halnya Bank Mandiri dan Qatar National Bank (QNB).
Bank Mandiri pernah mensponsori Liga Indonesia pada periode 1999-2004, sedangkan Qatar National Bank (QNB) pernah merubah Liga Indonesia menjadi QNB League pada tahun 2015, setelah empat tahun lamanya Liga Indonesia berdiri tanpa sponsor pasca Djarum Super mengakhiri kerja samanya di tahun 2011.
Namun, pamor sponsor kedua bank tersebut tidak begitu melekat di kepala pencinta sepak bola Tanah Air. Kenapa? Ya karena rokok dan kopi lebih sering dijumpai dibandingkan kedua bank tersebut.
3. Sponsor Jadi Representasi Pencinta Sepak Bola Indonesia?
Kini di era modern, PSSI selaku induk sepak bola Indonesia pun mencoba ‘mengikuti arus’ perubahan zaman.
Gojek sebagai salah satu startup terbaik bangsa pun mereka gandeng sebagai sponsor utama, guna menarik para kaum Milenial yang juga mengonsumsi jasa transportasi online ini.
Selain itu, hadirnya gojek sebagai pendatang baru dalam ranah sponsor di Liga Indonesia juga tampaknya menandakan representasi dari masyarakat Indonesia itu sendiri.
Selain gemar meminum kopi sembari membakar rokok, para penikmat sepak bola pastinya sering kali menggunakan jasa transportasi ojek dalam keseharian mereka.