Terkuak! Fakta Kasus Mafia Tiket di Juventus
INDOSPORT.COM – Juventus pernah tersandung kasus mafia tiket dan bersekongkol dengan salah satu kelompok ultras dan juga Presiden Bianconeri, Andrea Agnelli pada 2016 silam.
Kini telah beredar sebuah laporan investigasi menjelaskan bagaimana ultras Juventus datang untuk terlibat dalam sebuah tuduhan penjualan tiket mafia, dilansir dari laman berita olahraga, Football Italia.
Pada Juli 2016, salah seorang ultras Bianconeri, Raffaello Bucci, ditemukan tewas di bawah jembatan di Fossano, Italia. Ia diduga menjadi calo bagi Calabrian 'Ndrangheta, sebuah kelompok ultras dan kriminal di Italia untuk dijual kembali dan mendapatkan keuntungan.
Kala itu Bucci diklaim sebagai ‘kunci’ dari kasus ini karena keterlibatannya sebagai calo tiket dan juga kelompok mafia, di mana 'Ndrangheta mengendalikan hampir semua Ultras Juventus. Gerak-geriknya pun terbongkar oleh pihak polisi anti mafia Italia.
Sebab, ponsel Bucci telah disadap selama dua tahun. Akan tetapi ia tiba-tiba ditemukan tewas yang dipercaya dibunuh oleh 'Ndrangheta karena telah mengaku kepada kejaksaan Turin, dan data diponselnya juga menghilang tiga jam sebelum kematiannya.
Berdasarkan infomasi yang dihimpun dari data yang dibeberkan, kegiatan ‘kotor’ ini sebenarnya sudah ‘tercium’ sejak pertandingan antara Juventus vs AC Milan pada 2013, 'Ndrangheta yang mendapatkan tiket dengan mudah menjualnya kembali dengan harga tinggi demi menafkahi kelompok mafia tersebut.
1. Keterlibatan Keluarga Agneli
Juventus diklaim telah bertahun-tahun mengetahui bahwa ultras Bianconeri menjual tiket ilegal dan keluarga Agneli, yang merupakan pengusaha asal Italia juga terlibat dalam kasus ini.
Lapo Elkann, saudara dari Presiden Exor, John Elkann dan cucu dari Gianni Agnelli juga terlibat karena terlalu dekat dengan ultras yang diikuti oleh Bucci, Drughi. Ia diklaim meminta dukungan secara ilegal untuk menjadi Presiden Juventus pada 2009 dan bertemu dengan Rocco Dominello.
Elkann dikatakan telah meminta spanduk untuk ditampilkan membaca 'Lapo Presidente' di Stadio Olimpico saat Juventus bertanding. Padahal membawa spanduk berisi tulisan rasis atau berbau politik sangat dilarang, kemudian disusul dengan bukti rekaman penaikan spanduk tersebut.
"Dia bisa membuat janji jika dia menginginkan dukungan kami. Aku akan menyuruh mereka membuat spanduk dari satu sisi ke sisi lain, dan semuanya untuknya. Tapi dia harus memberitahuku betapa dia sangat peduli dengan kita,” ujar Dominello.
"Kau tahu apa yang dia minta. Selasa? Kita bisa naik ‘perahu’ Lapo dari St Tropez,” ujar Fabio Germani salah satu ultras yang telah terbukti bersalah.
Tak hanya itu, Presiden Juventus, Andrea Agneli juga terseret kasus tersebut. Agneli sempat mendapatkan hukuman dari Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) karena menjual tiket musiman kepada 'Ndrangheta.
Hukuman yang diberikan kepada Agnelli berupa larangan berkegiatan dalam sepakbola di Italia selama 12 bulan, dan denda sebesar 300 ribu euro (Rp4,7 miliar) pada 2017 lalu.
Apa yang tidak muncul dari kasus ini adalah bukti bahwa klub menyadari adanya infiltrasi kelompok mafia di tubuh ultras Italia. Menjual tiket untuk ultras secara ilegal adalah praktik umum, meskipun nyatanya itu melanggar peraturan, namun pemerintah Italia sendiri masih sulit untuk memberantasnya.
Terus Ikuti Perkembangan Sepak Bola Liga Italia Seputar Tim Juventus Hanya di INDOSPORT.COM.