PSMS Medan Era Perserikatan: Raksasa Indonesia yang Disegani di Asia!
INDOSPORT.COM - Gelaran kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia, Liga 1 musim 2018 telah memasuki pekan-pekan terakhir penyelenggaraan, dan akan segera menemui sang jawara di Indonesia dalam beberapa pekan kedepan.
Jelang berakhirnya kompetisi musim ini, sejumlah fakta dan cerita unik berhasil terjadi yang mampu menghibur para pencinta sepak bola nasional khususnya yang berada di Tanah Air.
Salah satu ceritanya datang dari PSMS Medan yang besar kemungkinan akan degradasi dari Liga 1 musim depan, karena tengah menduduki dasar klasemen hingga memasuki pekan ke-32.
Hal tersebut tentu menjadi sebuah kejutan jika mengingat sejarah panjang yang dimiliki tim asal Sumatera Utara tersebut, di mana selama era perserikatan berlangsung, tim PSMS Medan mampu menjadi klub yang paling disegani di Indonesia bahkan di Asia.
Sebagai contoh, Laskar Ayam Kinantan itu pernah meraih enam gelar juara Liga Perserikatan (kompetisi sepak bola tertinggi di Indonesia saat itu) dan bahkan sempat menuliskan tinta emas di beberapa kompetisi level Asia.
Untuk mengenang prestasi dan raihan impresif PSMS Medan jelang berakhirnya kompetisi Liga 1 musim ini, berikut INDOSPORT.COM mencoba mengenang status PSMS Medan dahulu kala yang sempat disebut sebagai raksasa Asia.
1. Sejarah PSMS Medan
Klub sepak bola kebanggaan warga Sumatera Utara tersebut, sejatinya lahir jauh sebelum Indonesia merdeka tepatnya sejak Tanah Air masih di bawah masa penjajahan Belanda.
Pada tahun 1930 terdapat sebuah klub sepak bola bernama Medansche Voetbal Club (MSV), yang diduga kuat menjadi cikal bakal dan embrio dari PSMS Medan hingga era sekarang.
Klub PSMS Medan sendiri terbentuk dan diresmikan pada tahun 1950, usai dua tim sepak bola yakni Rumah Susun Footbal Club (RSFC) dan Oost Sumatra Voettbal Bond (OSVB) bergabung serta mengalami perubahan nama menjadi Persatuan Sepakbola Medan dan Sekitarnya atau disingkat menjadi PSMS.
Tim PSMS Medan berkantor di Makodam I / BB Jl. Gatot Subroto , pangkalan militer Sumatra Utara. Memiliki logo daun tembakau, lantaran kota Medan dikenal dunia karena perkebunan tembakau Delinya.
2. Banjir Prestasi di Indonesia Hingga Asia
Sejak awal berdirinya PSMS Medan, tim berjuluk 'ayam kinantan' tersebut mampu mendominasi kompetisi tertinggi sepak bola Indonesia, bahkan sempat membawa nama Indonesia di kancah Asia.
Tercatat selama era perserikatan, PSMS Medan mampu meraih enam gelar terhitung dari musim 1966–67, 1969, 1971,1973–75, 1982–83, 1984–85, dan meraih empat gelar runner-up pada musim 1954, 1957, 1978–79, 1991–92.
Di kompetisi domestik pun PSMS Medan terbilang menjadi raja usai memenangi hampir semua turnamen sepak bola yang pernah digelar di Indonesia.
Jongkok : Nirwanto, Sunardi A, Suheri, Amrustian, Sakum Nugroho.
Sebut saja beberapa gelar di turnamen bergengsi macam Marah Halim Cup, President Soeharto Cup, Bang Yos Gold Cup, Jusuf Cup, Tugu Muda Cup, Surya Cup, Walikota Padang Cup, Kemerdekaan Cup, dan Fatahillah Cup.
Tak hanya di Indonesia, PSMS Medan juga menjadi klub yang cukup disegani hingga di kawasan Asia. Terbukti, Laskar Ayam Kinantan tersebut pernah meraih juara di kompetisi Aga Khan Gold Cup tahun 1967 di Bangladesh
Selain di Bangladesh, klub PSMS Medan juga pernah meraih gelar runner-up Korea President's Cup tahun 1974, dan mendapat peringkat keempat di ajang AFC Champions League tahun 1970.
3. Pertandingan Bersejarah vs Persib: GBK Dibanjiri Manusia!
Meski menjadi tim yang paling disegani pada era perserikatan, namun terdapat satu laga yang paling diingat oleh seluruh pencinta sepak bola Indonesia, khususnya bagi mereka yang kini telah berumur diatas 40 tahun.
Tepatnya pada pertandingan final Divisi Utama Perserikatan musim 1985, di mana dalam partai puncak tersebut PSMS Medan berhadapan dengan tim paling mentereng di provinsi Jawa Barat, Persib Bandung.
Pertandingan yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta tersebut menjadi final ulangan pada edisi dua tahun sebelumnya (1983), yang juga pernah terjadi dan mempertemukan duel kedua tim.
Laga sengit tersebut pun mampu menyedot ribuan pendukung kedua tim dan ditaksir disaksikan lebih kurang 150 ribu penonton dan bahkan sampai masuk Museum Rekor Indonesia (MuRI) sebagai pertandingan yang menyedot penonton terbanyak sepanjang sejarah sepak bola dalam negeri.
Bahkan partai final tersebut hampir dibatalkan, akibat banyak penonton yang memaksa masuk ke stadion yang saat itu hanya berkapasitas 100 ribu kursi.
Dalam laga tersebut PSMS Medan kembali mempertahankan trofi juara, di mana mereka mampu menang 4-3 melalui adu penalti setelah bermain imbang 2-2 selama 120 menit kontra Persib.
Terus Ikuti Update Liga 1 dan Berita Sepak Bola Indonesia Lainnya di INDOSPORT.COM