(Analisis) Ini Alasan Mourinho Selalu Bernasib Sial di Musim Ketiga
INDOSPORT.COM - Bagi penggemar sepak bola sejati, tentu tahu betul jika sosok pelatih bernama Jose Mourinho seakan kerap mendapat kutukan di musim ketiga pada setiap klub yang ia latih.
Hal ini karena pelatih asal Portugal tersebut kerap menuai hasil buruk di setiap musim ketiga ia melatih, baik itu di kancah domestik maupun Eropa di Liga Champions.
Tak heran jika pelatih berusia 55 tahun ini kerap dipecat baik saat masih menjalani musim ketiga yang diawali sejak dirinya melatih Real Madrid. Mungkin, banyak yang mengira kutukan tersebut didapat saat ia melatih Chelsea pada periode pertama.
Saat itu, Mourinho memang dipecat dari The Blues hanya saja pada pertengahan di musim keempatnya, bukan musim ketiga atau tepatnya di musim 2007/08. Namun, aroma-aroma kutukan pemecatan Mourinho di sini sudah mulai berhembus.
Apakah itu? Di sinilah INDOSPORT akan membahasnya. Sebutan kutukan itu tak akan ada jika Mourinho masih mendapat pemasukan yang tinggi seperti yang ia dapatkan saat pertama kali datang ke klub yang ia latih.
1. Awal Mula Munculnya Sebutan Kutukan Mourinho
Pada periode pertamanya di Chelsea, di musim ketiga dan keempatnya dapat dikatakan transfer pemain yang baru didatangkan bukanlah keinginan dari Mourinho. Pada musim ketiga di Chelsea atau tepatnya pada musim 2006/07, tim London Barat mendatangkan salah satu striker mematikan pada masa itu, yakni Andriy Shevchenko dari AC Milan.
Hadirnya Sheva dalam skuat The Blues sebenarnya tidak diinginkan oleh Mourinho yang saat itu lebih percaya dan lebih memilih kepada striker yang sudah ada dalam klubnya, Didier Drogba. Tak heran jika pada masa itu, Sheva jarang diberikan tampil sebagai starter yang pada akhirnya membuat pemilik Chelsea, Roman Abramovich menjadi berang.
Ya, kehadiran Sheva didasari karena Abramovich sendirilah yang mengidolakan mantan kapten Timnas Ukraina tersebut dan mewujudkan impiannya dengan memboyong sang pemain ke dalam klubnya. Imbasnya, ketajaman dari Sheva pun menurun drastis karena jarang mendapatkan kesempatan bermain agar bisa beradaptasi dengan sepak bola di Inggris.
Beruntung, sang pemain masih mampu beberapa kali mencetak gol serta pada musim tersebut Mourinho masih berhasil memberikan gelar Piala FA dan Piala Liga Inggris di musim 2006/07.
Pada musim 2007/08, barulah kutukan untuk Mourinho sudah dimulai namun belum diketahui secara meluas. Di musim 2007/08, salah satu bintang Chelsea, Arjen Robben dilepas ke Real Madrid. Padahal, Mourinho masih ingin mempertahankan pemain asal Belanda tersebut.
Mourinho lebih bersedia agar menukar Robben dengan bintang Madrid saat itu, Robinho. Sayangnya, keinginan Mou tak dipenuhi oleh manajemen Chelsea yang lebih memilih melepas Robben secara permanen. Di sisi lain, Mourinho tetap meminta agar Chelsea memboyong Robinho yang sejatinya juga mengaku tertarik untuk pindah ke klub London Barat.
Hanya saja, saat itu El Real memilih untuk melepasnya pada musim berikutnya. Tak ayal, Mourinho pun merasa kesal karena Chelsea sama sekali tidak melakukan negosiasi. Bahkan, bisa dikatakan pada musim 2007/08 satu-satunya pembelian Chelsea yang sukses didatangkan berdasarkan keinginan dari Mourinho adalah Florent Malouda.
Sementara pemain bintang yang didatangkan dari Barcelona, yakni Juliano Belletti juga hadir karena keinginan Abramovich yang mengharapkan aura juara Liga Champions sang pemain bisa ditularkan ke kubu Chelsea.
Mourinho juga mendatangkan striker lain dari Bayern Munchen dengan status bebas transfer, yakni Claudio Pizarro. Memiliki 3 striker di awal musim 2007/08 membuat manajemen Chelsea mengira Mourinho akan memainkan formasi 3 striker dengan memainkan, Didier Drogba, Andriy Shevchenko, dan Pizarro di lini depan.
Namun siapa yang sangka? Mourinho menerapkan 2 striker dengan menduetkan Drogba dan Pizarro, sementara Sheva yang diidolakan sang pemilik klub malah dijadikan penghias bangku cadangan.
Tak ayal, hubungan Mourinho dengan manajemen Chelsea pun menjadi buruk, ditambah saat itu juga hasil yang didapat oleh The Blues pada awal musim 2007/08 dianggap kurang memuaskan.
Sebenarnya, tim London Barat masih bisa bangkit, namun karena hubungan yang buruk dengan manajemen akhirnya memutuskan Mourinho harus dipecat dari kursi pelatih Chelsea. Usai dipecat dari Chelsea, Mourinho beristirahat kurang lebih selama satu tahun karena pada tahun berikutnya ia baru melatih Inter Milan selama 2 musim.
Bersama Inter, Mourinho terbilang sangat sukses, terlebih pada musim keduanya ia memberikan treble winner, yakni Serie A Italia, Coppa Italia, dan juga Liga Champions.
Pada musim ketiganya, Mourinho memilih untuk mengundurkan diri dan mencoba peruntungan dengan menerima tawaran dari Real Madrid di musim 2010/11.
2. Nasib Kurang Mujur di Real Madrid
Bersama Madrid, sebenarnya keinginan Mourinho untuk mendatangkan pemain selalu terpenuhi. Hanya saja, target Presiden Real Madrid, Florentino Perez yang ingin Mourinho bisa berikan gelar Liga Champions selalu gagal terpenuhi.
Pada musim ketiganya, Mourinho juga memiliki hubungan yang buruk dengan Perez. Tak hanya itu, di musim tersebut juga ia bersitegang dengan ikon klub Madrid, Iker Casillas. Hal ini akhirnya membuat Casillas untuk pertama kalinya lebih banyak duduk di bangku cadangan, padahal sedang dalam kondisi fit.
Sampai di situ saja? Jelas tidak, Mourinho juga kerap mengkritik permainan pemain megabintang Madrid yang juga pemain favorit Perez, yakni Cristiano Ronaldo.
Mourinho menilai jika Ronaldo terlalu egois sehingga membuat sejumlah peluang emas Los Blancos terbuang percuma. Situasi inilah yang membuatnya dipecat oleh Madrid di akhir musim 2012/13 atau musim ketiganya di Madrid.
Kembali ke Pelukan Chelsea dan Merasakan Kutukannya Lagi
Pada musim 2013/14, Mourinho kembali ke pelukan sang mantan, Chelsea. Di musim tersebut, ia dan manajemen The Blues sudah berdamai. Pada awal kedatangannya, ia tak terlalu banyak mendatangkan pemain karena melihat komposisi skuatnya saat itu dinilai sudah cukup.
Kala itu, pemain yang didatangkannya tak terlalu banyak, namun setidaknya pemain yang ia inginkan berhasil dipenuhi. Mulai dari Andre Schurrle, Willian, dan Samuel Eto’o.
Pada musim tersebut, Chelsea gagal ia berikan gelar juara karena memang saat itu melihat skuatnya belum mumpuni dan telah meyakinkan klub pada awal musim dirinya tak terlalu yakin bisa memberikan gelar juara.
Barulah pada musim kedua atau tepatnya di musim 2014/15, Mourinho mulai merombak skuat Chelsea dan sejumlah pemain yang didatangkan pun sesuai dengan keinginannya. Sebut saja seperti Diego Costa, Cesc Fabregas, Filipe Luis, dan Mourinho juga yang meminta agar Thibaut Courtois dipulangkan kembali dari klub peminjam, Atletico Madrid.
Hasilnya, gelar Liga Primer Inggris dan Piala Liga Inggris pun berhasil ia amankan di lemari koleksi gelar milik Chelsea. Pada musim ketiganya, lagi-lagi Mourinho bernasib apes. Sejumlah pemain yang ia inginkan tidak dipenuhi oleh manajemen klub.
Mulai dari mantan anak asuhnya di Real Madrid, yakni Raphael Varane, lalu bintang Madrid yang gagal bersinar di musim sebelumnya, yakni James Rodriguez, hingga keinginannya untuk mendatangkan kembali Kevin De Bruyne. Khusus De Bruyne, sepertinya Mourinho terkena karma, karena sang pemain pernah merasa sakit hati.
Ya, pemain asal Belgia itu pernah dilepas Mourinho secara permanen klub Jerman, Wolfsburg setelah sebelumnya dipinjam pada bulan Januari 2014. Akhirnya, pada musim 2015/16 Bruyne lebih memilih gabung ke Manchester City daripada bekerja sama kembali dengan Mourinho.
Tak ayal, musim 2015/16 bisa dibilang pencapaian terbutuk Chelsea dan Mourinho. Bayangkan, usai menjadi juara di musim 2014/15 saat memasuki pertenghan musim 2015/16, Chelsea berada di urutan ke-17 yang berarti nyaris masuk zona degradasi. Tak heran saat itu juga Mourinho langsung dipecat.
Situasi ini pun langsung membuat Chelsea ramai muncul di sejumlah berita sports dunia atas hasil yang mereka dapatkan tersebut.
3. Kutukan Berlanjut di Manchester United
Setahun berselang, Mourinho rupanya masih menetap di Inggris. Kali ini, ia menerima tawaran dari klub rival Chelsea, Manchester United. Tekad kuat untuk membalas dendam serta ingin membuktikan ke Chelsea jika mereka salah telah memecatnya pun langsung membumbung tinggi.
Ia pun langsung mendatangkan 4 pemain bintang, yakni Eric Bailly, Zlatan Ibrahmovic, Henrikh Mkhitaryan, dan pemain termahal klub, Paul Pogba. Pada musim 2016/17, Mourinho berhasil sumbangkan 3 gelar, yakni Piala Liga Inggris, Community Shield, dan juga Liga Europa.
Pada musim keduanya, Mourinho mendapatkan dana segar, namun sayang ia tak dapat belanja banyak pemain, karena saat itu ia hanya mendatangkan 2 nama besar, yakni Nemanja Matic dan Romelu Lukaku. Performa The Red Devils mulai menanjak dan akhirnya berhasil menempati posisi kedua klasemen sementara.
Meski tidak mendapatkan gelar, namun aura The Red Devils untuk kembali kejayaan di era Sir Alex Ferguson mulai terlihat. Sayangnya, lagi-lagi keinginan untuk merombak tim dan menambah pemain di musim ketiga harus terkendala dengan petinggi klub.
Ya, petinggi klub Man United, Ed Woodward tampaknya ingin berhemat karena sejumlah pemain yang diinginkan oleh Mourinho tak ada yang terealisasikan. Sejak awal musim 2018/19, Mourinho telah memahami jika tim besutannya lemah pada lini pertahanan, maka ia meminta untuk mendatangkan salah satu dari pemain incarannya.
Kala itu ada nama-nama seperti Harry Maguire dari Leicester City, Toby Alderweireld dari Tottenham Hotspur, hingga bek senior Timnas Italia, Leonardo Bonucci sebelum akhirnya ia kembali ke Juventus dari AC Milan.
Sampai disitu saja? Jelas tidak, Mourinho juga sempat ingin mendatangkan mantan anak asuhnya di Chelsea, Willian yang kala itu sedang bersitegang dengan juru taktik Chelsea saat itu, juga yakni Antonio Conte.
Hal yang sama juga terjadi dengan mantan striker andalan lainnya saat ia masih melatih Chelsea yang juga bentrok dengan Conte, yakni Diego Costa. Sebelum dikaitkan ke Atletico Madrid, Mourinho memang ingin mendatangkan Costa dalam skuatnya dan ingin diduetkan dengan Romelu Lukaku.
Lagi-lagi keinginan Mourinho tak dipenuhi. Pelatih asal Portugal ini juga sebenarnya yakin jika Manchester United mampu mengeluarkan uang banyak demi mendatangkan Kylian Mbappe sebelum ia bergabung dengan PSG.
Bahkan, pada musim panas kemarin juga sempat tersiar kabar jika Mourinho ingin mempertajam lini tengahnya dengan mendatangkan James Rodriguez yang dipinjamkan Real Madrid ke Bayern Munchen. Namun semua itu tak terjadi lantaran Woodward dilaporkan tak ingin mengeluarkan banyak demi memenuhi permintaan Mourinho tersebut.
Bisa dibayangkan, bagaimana jadinya jika nama-nama diatas berhasil direkrut semuanya oleh Manchester United? Sepertinya bisa saja mereka masih akan bersaing di papan atas Liga Primer Inggris, termasuk Liga Champions bukan?
Oleh karena itu, bisa dikatakan jika alasan mengapa Mourinho selalu mengalami nasib buruk di musim ketiga adalah karena ia tidak mendapat kepercayaan dari petinggi klub dalam hal mendatangkan pemain, serta kerap bersitegang yang membuatnya harus terdepak.
Seandainya saja ia diberi kemudahan seperti yang dirasakan oleh Pep Guardiola di Manchester City yang berani mendatangkan pemain, bahkan pemain berposisi sebagai bek sekalipun dengan harga tinggi. Rasanya, sampai saat ini Mourinho masih bertahan di Manchester United dan bisa bersaing di papan atas.
Ikuti terus berita sepak bola Liga Inggris dan berita olahraga lainnya di INDOSPORT.COM