Profil Stadion Maguwoharjo, Kandang PSS Sleman: Kental Nuansa Italia
INDOSPORT.COM - Setelah harus menunggu 11 tahun atau sejak 2007, PSS Sleman akhirnya bisa kembali merasakan bermain di kasta tertinggi kompetisi sepak bola Indonesia, Liga 1.
Kepastian tersebut didapat setelah klub berjuluk Super Elang Jawa itu, memenangkan final Liga 2 2018 melawan Semen Padang dengan skor 2-0, Minggu (02/12/18) di Stadion Pakansari, Bogor.
Usai memastikan diri promosi, manajemen PSS pun mulai berbenah diri khususnya dari segi infrastruktur. Stadion Maguwoharjo dinilai masih banyak kekurangan, sebelum diverifikasi kelayakannya oleh PT Liga Indonesia Baru (LIB).
Di luar faktor teknis tersebut, stadion dengan kapasitas 31.700 itu nampaknya akan jadi salah satu venue yang banyak menarik perhatian publik sepak bola Tanah Air.
Sebab, Stadion Maguwoharjo dikenal angker karena atmosfernya. INDOSPORT pun coba mengulik sedikit mengenai profil stadion kebanggaan warga Sleman ini. Berikut rangkumannya:
1. Profil Singkat
Stadion Maguwoharjo dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Sleman, pada tahun 2005 sebagai Stadion Tridadi yang dahulu digunakan sebagai homebase PSS untuk berkompetisi di Liga Indonesia.
Keputusan tersebut dilakukan atas pertimbangan sudah tidak layaknya Stadion Tridadi untuk menjamu tim-tim besar Liga Indonesia. Waktu pembangunan sendiri membutuhkan kurang lebih dua tahun, atau pada tahun 2006 telah rampung.
Baru juga selesai, stadion mengalami kerusakan parah akibat gempa bumi yang terjadi pada 27 Mei 2006. Tahun 2007 renovasi rampung, dan sudah bisa digunakan untuk kegiatan sepak bola.
Kabarnya biaya pembangunan Stadion Maguwoharjo ditaksir mencapai Rp100 miliar lebih. Stadion yang memiliki nama resmi Maguwoharjo International Stadium (MIS) ini, dianggap sebagai salah satu stadion terbaik di Indonesia.
2. Stadion San Siro-nya Indonesia
Sepintas, para pecinta sepak bola Tanah Air tentunya tidak asing dengan konsep bangunan Stadion Maguwoharjo. Ya, stadion kebanggaan Slemania itu mirip dengan Stadion San Siro di Milan.
Tak dipungkiri, karena sebelum pambangunan Ibnu Subiyanto (Bupati Sleman periode 2000-2010) memang sempat mengunjungi markas dari AC Milan dan Inter Milan itu.
Ada empat menara di empat penjuru stadion dengan tangga yang berputar, serta tanpa lintasan atletik. Jadilah Stadion Maguwoharjo seperti San Siro Mini yang ada di Indonesia.
"Sebelum pembangunan Maguwoharjo, pak Ibnu memang sempat ke San Siro. Saat itu dia bilang, 'kita akan buat San Siro-nya Sleman'," kata Asep Handi Kurniawan, mantan Plt Ketua Umum Slemania, (04/02/17).
Luas total kawasan stadion termasuk lahan parkir dan jalan, sekitar 25 Ha. Stadion Maguwoharjo terdiri dalam empat bangunan utama, yakni tribun barat terdiri 5 lantai,tribun timur 4 lantai, tribun utara dan selatan masing-masing 3 lantai.
Sedangkan untuk rumput lapangan, Stadion Maguwoharjo menggunakan rumput istimewa yang diimpor dari Italia. Jenis rumputnya adalah Sosiea Matrelialimer.
3. Penuh Kreatifitas
Selain karena bentuk bangunannya, daya tarik Stadion Maguwoharjo ini juga hadir dari militansi suporter setia PSS Sleman, Slemania.
Sejumlah kelompok Slemania yang bernama Brigata Curva Sud (BCS), kerap melakukan aksi koreografi menakjubkan tiap kali PSS berlaga. Aksi tersebut kerap kali mengundang decak kagum dari publik dalam negeri maupun luar negeri.
Koreografi dengan nyanyian dukungan tak pernah berhenti selama 2×45 menit juga bisa menjadi teror bagi kekuatan tim lawan. Bahkan, salah satu media ternama dunia, Copa90 terkagum-kagum melihat koreo BCS.