3 Tugas Berat yang Menanti Teco Usai Resmi Jadi Pelatih Bali United
INDOSPORT.COM - Stefano Cugurra alias Teco secara resmi telah diperkenalkan pihak Bali United sebagai pelatih barunnya untuk Liga 1 2019, Senin (14/01/19).
Dengan label sebagai pelatih terbaik Liga 1 2018 usai membawa Persija Jakarta menjadi juara, pelatih asal Brasil ini hanya dibebankan manajemen Bali United untuk finish setidaknya di peringkat lima besar klasemen akhir Liga 1 2019.
Dengan kualitas Teco dan juga skuat Bali United yang banyak diisi pemain bintang, target tersebut rasanya tak akan sulit untuk bisa dipenuhi pelatih berusia 44 tahun ini.
Namun bukan berarti Teco juga akan mudah begitu saja memenuhi target di Bali United. Karena jika berkaca pada musim lalu, dengan skuat yang juga banyak diisi pemain bintang, Bali Unite dhanya bisa finish di peringkat 11 klasemen akhir.
Maka dari itu itu, Teco sangat perlu untuk bisa terlebih dahulu menyelesaikan beberapa masalah yang ada di Bali United sejak musim lalu. Agar nantinya bisa memenuhi target manajemen atau bahkan bisa meraih gelar juara.
Apa saja masalahnya, berikut INDOSPORT.com menjabarkan.
1. Chemistry Pemain Bali United
Chemistry atau saling pengertian antara pemain khususnya di atas lapangan jadi hal paling mendasar yang harus bisa diperbaiki Teco bersama Bali United.
Karena perihal Chemistry ini sebelumnya juga sudah pernah dikeluhkan pelatih Bali United musim lalu, Widodo Cahyono Putro.
Menurut Widodo, kala itu usia mengundurkan diri dari jabatan pelatih Bali United, perihal chemistry yang tak berjalan bagus terjadi karena banyaknya masalah cedera yang dialami bergantian pemainnya.
Sehingga sering kali Bali United harus tampil dengan skuat yang tambal sulam antara pemain inti dan pelapis, yang sayangnya belum memiliki kesepahaman yang baik di atas lapangan.
Untuk itu maka, selain harus bisa menguatkan chemistry antara pemain inti dan cadangan di Bali United, Teco juga harus pandai betul menerapkan strategi dalam bermain dan latihan agar anak asuhnya tak rentan mengalami cedera.
2. Transisi Menyerang ke Bertahan
Satu lagi masalah yang terang-terangan dikeluhkan Widodo C Putro saat melatih Bali United adalah perihal kemampuan skuatnya melakukan transisi dari bertahan ke menyerang.
Masalah ini jugalah yang akhirnya harus membuat Bali United mengalami kekalahan di beberapa pertandingan beruntun menjelang akhir musim.
Buat Teco, pekerjaan rumah ini tentu juga harus bisa diselesaikannya dengan cepat. Karena jika tidak, kemungkinan terburuk bisa saja terjadi, utamanya ketika Bali United menghadapi lawan kuat yang lebih offensif menyerang.
Dan di Bali United saat ini memang ada beberapa pemain tengah yang bisa diandalkan Teco sebagai pengatur transisi bertahan ke menyerang atau sebaliknya. Namun jika melihat secara kualitas, nama-nama yang ada belum secakap kualitas mantan pemain Teco yang biasa memainkan peran tersebut di Persija Jakarta, Rohit Chand.
Jadi pilihannya ada di Teco, apakah akan meningkatkan kualitas dan pemahaman pemain yang ada saat ini, ataukah merekrut pemain baru untuk berperan sebagi pengatur transisi di lapangan tengah. Misalnya saja merekrut Rohit Chand ke Persija Jakarta?
3. Tuntutan Suporter
Menukangi klub sebesar Bali United, tuntutan tentu akan banyak datang dari suporter yang menginginkan klub yang didukungnya berprestasi lebih.
Tuntutuan suporter tersebut sering kali juga menjadi pedang bermata dua. bisa mamantik semangat pelatih dan pemain di lapangan atau kadang juga justru merugikan saat tuntutan dilakukan dengan cara yang berlebihan.
Di musim lalu, Bali United sudah merasakan hal itu. Tuntutan suporter setia mereka Semeton Dewata di akhir musim berujung sanksi ratusan juta akibat adanya flare dan kembang api yang dinyalakan saat laga kontra Persija Jakarta.
Bukan hanya itu, Bali United juga mendapatkan sanksi bertanding tanpa dihadiri suporter dalam dua laga, yang sayangnya baru akan berlaku di era Teco memimpin nanti.
Harus mengalami dua laga kandang tanpa penonton di awal musim, Teco ke depannya juga harus bisa membuat Semeton puas akan penampilan Bali United id atas lapangan.
Tujuannya satu, yakni agar kejadian serupa tak kembali terulang dan akan merugikan kondusifitas tim Bali United dalam memenuhi target Liga 1 2019.