Jika Gelarnya Dicabut, Persija Senasib dengan 3 Klub Ini
INDOSPORT.COM - Beberapa waktu lalu, dunia sepak bola Indonesia sempat dihebohkan dengan pernyataan manajer klub PS Mojokerto Putra, Vigit Waluyo terkait adanya pengaturan skor yang terjadi di Liga 1 dan Liga 2 musim kemarin.
Dalam jumpa pers usai diperiksa oleh Satgas Antimafia Sepak Bola, Vigit mengungkapkan ciri-ciri tim yang terlibat praktik kotor tersebut.
"Saya jelaskan sedikit, jawaban itu (ciri tim yang telah diketahui sebagai juara) harus dijawab PSSI sendiri, mereka yang lebih paham tentang awal penjadwalan dan penugasan wasit." jelas Vigit Waluyo.
"Karena dalam jadwal itu terlihat sekali, siapa yang bertanding di awal dan bertanding pada penutupan terakhir biasanya didukung untuk prestasi yang baik." tambahnya.
Sontak, pernyataan Vigit Waluyo itu telah membuat sebuah opini di masyarakat kalau juara di Liga 1 dan Liga 2 musim ini telah diatur.
Hal itu membuat publik mendesak agar PSSI menghukum tim yang terlibat, jika gelar juaranya telah disetting, salah satunya adalah Persija Jakarta yang menjuarai Liga 1 2018.
Jika hal tersebut terjadi, dimana gelar juara Persija Jakarta dicabut mereka akan bernasib sama dengan tiga klub ini. Berikut INDOSPORT merangkumnya:
1. Juventus
Juventus mengalami nasib sial pada tahun 2006 silam. Klub berjuluk La Vecchia Signora itu harus terdegradasi ke Serie B, menyusul keputusan pengadilan yang menyatakan Juventus terlibat Calciopoli atau pengaturan skor.
Tak hanya degradasi, FIGC juga mencabut dua gelar Scudetto Juventus yang diraihnnya dalam dua musim beruntun yakni pada 2004/05 dan 2005/06.
Gelar Scudetto pada musim 2004/05 diputuskan tak diberikan pada tim mana pun, sedangkan gelar musim 2005/06 diberikan pada Inter yang ketika itu finis di posisi ketiga. Sebab, AC Milan yang finis di posisi kedua juga diputuskan terlibat dalam skandal Calciopoli.
2. Shanghai Shenhua
Skandal pengaturan skor juga rupanya terjadi di dunia sepak bola China, adalah Shanghai Shenhua yang terlibat di dalamnya. Mantan klub Didier Drogba dan Nicolas Anelka itu terbukti melakukan pengaturan skor dalam pertandingan China Super League (CSL).
Konsekuensinya, gelar juara Liga Super China milik Shanghai Shenhua musim 2003 dicabut oleh Federasi Sepak Bola China (CFA).
Selain itu, mereka dikenai denda senilai 120 ribu euro (setara Rp1,5 miliar) dan pengurangan enam poin di musim 2013, serta menghukum orang-orang yang terlibat yakni larangan berkecimpung seumur hidup di dunia sepak bola China.
3. Jeonbuk Hyundai
Jeonbuk Hyundai harus menerima kenyataan pahit pada tahun 2017 lalu. Klub asal Korea Selatan itu mendapat hukuman berupa pencabutan gelar dan pengurangan poin di K-League.
Jeonbuk terbukti melakukan kecurangan karena salah satu perwakilan mereka ketahuan membayar seorang wasit pada 2013.
Sebagai hukumannya, poin Jeonbuk pada klasemen K-League 2016 dikurangi sembilan angka. Mereka juga dikenai denda sebesar 100 juta won Korea Selatan (Rp 1,1 miliar), serta gelar juara Liga Champions Asia 2016-nya resmi dicabut oleh AFC.