Hubungan Benci - Cinta Wartawan dan Dunia Olahraga
INDOSPORT.COM – Momentum Hari Pers Nasional (HPN) yang dirayakan setiap tanggal 9 Februari selalu menjadi ajang penghargaan bagi seorang wartawan, yang berjasa dalam kemajuan Indonesia di bidang informasi dan pemberitaan.
Hari Pers Nasional diselenggarakan untuk merayakan hari jadi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), didasarkan pada Keputusan Presiden Nomor 5 pada tahun 1985. Hal ini merupakan bentuk penghargaan bagi peran penting pers terhadap pembangunan Indonesia dan pengamalan Pancasila.
Di balik kesuksesan pers menyebarkan informasi ke seluruh penjuru Tanah Air bahkan hingga mancanegara, sosok wartawan adalah ujung tombak yang menentukan jalannya rutinitas pers.
Wartawan sebagai orang yang secara teratur menuliskan berita untuk dimuat di media massa, tentu menjadi gerbang utama sebuah informasi hadir di masyarakat. Tanpa kinerja wartawan, rasanya mustahil sebuah informasi ada di media dan menyebar ke seluruh Indonesia.
Khususnya dari dunia olahraga, wartawan tersedia selama 24 jam untuk menghadirkan informasi seputar olahraga dari dalam dan luar negeri.
Sebut saja pemberitaan terkait kompetisi sepak bola di Liga Premier Inggris, La Liga Spanyol, atau Serie A Italia yang bermain di luar waktu normal Indonesia.
Seperti misalnya pada pertandingan di waktu dinihari, maka seorang wartawan tentu harus siaga selama 24 jam untuk memberitakan terkait jalannya pertandingan dan hasil akhir laga tersebut.
Tak sebatas sepak bola, wartawan juga berjasa dalam pemberitaan cabang olahraga lainnya. Patut untuk diapresiasi bagaimana jasa para wartawan terhadap pemberitaan prestasi Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, yang kemudian keduanya menjadi ganda putra nomor satu dunia di cabang olahraga bulutangkis.
Namun wartawan juga seringkali mendapati perlakuan tak menyenangkan, lantaran ia adalah orang yang berhubungan langsung dengan narasumber di lapangan. Tak hanya sekadar merasakan penolakan permintaan wawancara, wartawan bahkan seringkali mendapat ancaman lantaran menulis informasi yang tidak dapat diterima oleh beberapa pihak.
Ada benci dan cinta yang dirasakan wartawan dalam menjalanikan profesinya, khususnya di dunia olahraga.
Berikut portal media olahraga INDOSPORT.COM mencoba menguak benci dan cinta profesi wartawan di dunia olahraga Tanah Air.
1. Persekusi dan Intimidasi Hantui Wartawan Olahraga
Maraknya pembongkaran kasus match fixing atau pengaturan skor dari Satuan Tugas (Satgas) Anti Mafia Bola menjadi ladang informasi bagi sejumlah wartawan olahraga.
Meski demikian, wartawan juga dibayangi ancaman dari beberapa pihak yang tidak diterima jika namanya jatuh di media, meski pernyataan dari wartawan adalah sesuai dengan fakta di lapangan.
Jika kasus tersebut terjadi, tentu wartawan yang menjadi sasaran kemarahan pihak-pihak yang dirugikan, hingga terancam pemecatan atau bahkan berakhir menjadi seorang tahanan.
Misalnya pada persiapan Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX 2016, seorang wartawan mendapat intimidasi dari orang tak dikenal setelah tulisannya menjadi headline di media cetak setempat.
Saat itu terdapat headline ‘Menpora Ingatkan PB PON: Hati-Hati Penggunaan Dana, Jangan Sampai Kasus PON Riau Terulang’ menjadi cikal bakal ancaman bertubi-tubi yang diterima sang wartawan melalui layanan pesan singkat dan telepon.
Tugas mulia seorang wartawan juga sempat ternoda oleh orang-orang yang bahkan tidak berkepentingan terhadap yang bersangkutan. Misalnya pada kerusuhan pertandingan sepak bola Liga 3 Persid Jember vs Sindo Dharaka di Stadion Jember Sport Garden, 4 Juli 2018 lalu.
Saat itu seorang wartawan menjadi sasaran amukan pemain tim Sindo Dharaka yang tidak terima akan keputusan wasit memberikan penalti pada Persid Jember dan berbuah gol. Para pemain mengejar sang wasit dan memukuli seorang wartawan yang mencoba mengabadikan peristiwa tersebut melalui kamera miliknya.
Kekerasan verbal dan fisik memang cukup menyakitkan bagi pribadi seorang wartawan. Namun ada satu hal yang jauh lebih tidak menyenangkan dan bisa saja dirasakan berlarut-larut, yakni serangan dari media sosial.
Misalnya saat mantan Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi melontarkan pernyataan menggemparkan terkait kinerja wartawan dan hubungannya dengan prestasi Timnas Indonesia.
“Wartawan harus baik. Ketika wartawannya baik maka Timnasnya baik,” cetus Edy Rahmayadi kepada wartawan yang sedang memberondongnya.
2. Cinta yang Menguatkan Wartawan Olahraga
Tak hanya mendapat tantangan berupa ancaman dan intimidasi di lapangan, wartawan nyatanya juga mendapat cinta yang tak ternilai harganya dari para pembacanya. Wartawan berjasa menghapus dahaga para pembaca di Indonesia akan informasi baik di dalam dan luar negeri.
Jelas, jika pembaca terlambat mengetahui informasi perihal klub favoritnya yang tengah bertanding di liga luar negeri, bukan tidak mungkin sebuah media dibombardir oleh pertanyaan dari para pembaca setia.
Sementara dari dalam negeri, jika sebuah klub atau seorang pemain sepak bola tengah bermain gemilang, bukan tidak mungkin jika wartawan mendapat banyak mention dari warganet untuk menaikkan pamor sang pemain di media, sehingga kemudian dilirik oleh dunia mancanegara.
Wartawan memang bukan detektif atau polisi yang berhak mengungkap kasus kejahatan. Namun wartawan bekerja dengan dokumentasi, sehingga kamera maupun alat perekam adalah bekal wajib seorang wartawan.
Banyak kasus-kasus kontroversi yang terjadi di dunia olahraga Indonesia, yang berhasil terekam terekam melalui kamera televisi atau potret seorang fotografer. Hal ini bias menjadi bukti untuk pelaporan satu pihak yang dirugikan, agar kasus dapat diusut tuntas dan olahraga Indonesia kembali berjalan baik.
Apresiasi akan menjadi hadiah tertinggi bagi para wartawan yang bekerja dengan sepenuh hati. Maka dari itu, selamat memperingati Hari Pers Nasional bagi seluruh wartawan di Indonesia.
Ikuti Terus Update Informasi Seputar Sepak Bola dan Cabang Olahraga Lainnya Hanya di INDOSPORT.COM.