Ini Perbandingan Kualitas Wiljan Pluim dan Robert Taylor, Mana yang Terbaik?
INDOSPORT.COM – Klub sepak bola Indonesia, PSM Makassar, tengah dikaitkan dengan satu sosok pemain asing Timnas Finlandia bernama Robert Taylor.
Isu ini pertama kali muncul dan beredar di media sosial, khususnya akun Instagram pribadi penyerang asing anyar PSM Makassar, Eero Markkanen.
Markkanen terlihat mengunggah foto saat melakoni laga melawan Perseru Serui pada ajang Kratingdaeng Piala Indonesia. Ia sengaja mengunggah foto tersebut untuk merayakan quatrick yang dicetaknya.
"Sangat senang bisa mencetak empat gol. Dukungan hebat saya rasakan dari para fans hari ini," tulis Markkanen dalam caption unggahannya.
Pada kolom komentar unggahannya, Markkanen tampak mengajak seorang pemain Timnas Finlandia untuk turut gabung PSM Makassar. "@robitaylor ayo gabung PSM," tulis Markkanen.
Meski PSM Makassar telah memenuhi kuota pemain asingnya, bukan tidak mungkin jika Juku Eja melakukan perubahan komposisi pemain asing sebelum Liga 1 (kasta tertinggi bola Indonesia) 2019 dimulai.
Taylor diketahui berposisi sebagai playmaker. Di posisi yang sama, PSM Makassar telah memiliki sosok gelandang melankolis dalam diri Wiljan Pluim.
Pluim telah membela PSM Makassar selama hampir 3 musim dan masih akan bertahan hingga 2021. Terlepas dari itu, portal berita olahraga INDOSPORT berusaha mengulas perbandingan Pluim dan Taylor.
1. Tipikal Permainan
Wiljan Pluim terkenal dengan pemainannya yang stylish. Ia memiliki kemampuan menahan bola dan menunggu rekan lain berada di posisi tepat sebelum melepaskan umpan.
Gelandang asal Belanda itu mengandalkan kaki kirinya sebagai tumpuan di lini tengah. Pluim kerap maju dan melakukan tekukan mematikan sebelum akhirnya melepaskan tembakan melengkung.
Sementara itu, mengamati permainan Robert Taylor, ia tidak berbeda jauh dengan tipikal bermain yang ditunjukkan oleh Pluim di atas lapangan.
Taylor mengandalkan kaki kanannya untuk mengirim umpan matang, baik lewat skema permainan langsung atau bola mati. Ia tidak jarang melepaskan sepakan keras untuk memecah kebuntuan.
2. Pengalaman di Eropa
Pluim datang ke Indonesia lewat Vietnam. Sebelumnya, ia malang melintang di kompetisi sepak bola Belanda bersama Vitesse, Roda JC, PEC Zwolle, dan Willem II.
Berkarier sejak muda di Belanda tidak sempat membuat pria kelahiran Zwolle, Belanda ini membela Timnas sepak bola negaranya.
Berbeda dengan Taylor, pemain asal Finlandia ini belum lama sudah tampil bagi Timnas Finlandia pada ajang bergengsi UEFA Nations League bahkan Piala Eropa U-21 2017.
Dari segi usia, Taylor memang lebih muda dan segar jika dibandingkan dengan Pluim. Taylor masih berusia 24 tahun, sementara Pluim sudah memasuki kepala tiga.
3. Prestasi
Pluim sempat berkarier semusim di liga Vietnam sebelum mengadu nasib di Indonesia. Bermain semusim di Liga Vietnam bersama Becamex Binh Duong, Pluim mengoleksi satu gelar Super Cup (Piala Vietnam) pada musim 2016.
Pengalaman semusim membela Becamex membawa Pluim ke Indonesia. Ia lantas membela PSM Makassar dan meraih gelar runner up Liga 1 2018 pada musim keduanya di Indonesia.
Secara pengalaman, Taylor tidak kalah berprestasi dibandingkan dengan Pluim. Ia pernah membawa klub AIK finis di posisi runner up kasta tertinggi sepak bola Swedia (Allsvenskan) 2017 di bawah Malmo FF.
Meskipun demikian, Taylor memang belum teruji di kompetisi selain benua Eropa. Pengalaman Pluim di Vietnam setidaknya bisa menjadi modal bagi PSM Makassar untuk tidak mencari pemain asing lain yang belum teruji kualitasnya.
Namun demikian, membeli pemain asing yang belum pernah merumput di Indonesia bak kucing dalam karung. Kualitasnya bisa saja memberi kejutan bagi klub pesaing, namun tidak jarang berakhir mengecewakan.
Ikuti Terus Berita Sepak Bola Indonesia Lainnya di INDOSPORT.COM