Dianggap Tak Memenuhi Syarat, Ini Fakta Liga Libya yang Pernah Dijamah Amido Balde
INDOSPORT.COOM - Amido Balde menjadi buah bibir belakangan ini berkat aksi gemilangnya bersama klub sepak bola Indonesia yang ia bela, Persebaya Surabaya.
Namun pemain berkebangsaan Portugal tersebut tengah dilema lantaran statusnya yang dianggap tidak sah di mata regulasi Liga 1 sebelumnya.
Melansir dari laman resmi Liga Indonesia, disebutkan jika PT LIB memberikan standar tinggi bagi pemain asing yang ingin berkarier di kasta teratas Liga Indonesia, dalam hal ini adalah Liga 1.
Para pemain asing yang hendak direkrut tersebut, harus melewati verifikasi strata kompetisi liga yang mereka ikuti sebelumnya berdasarkan zona konfederasi.
Polemik pun muncul pada diri Amido Balde, di mana pemain berusia 28 tahun tersebut terakhir kali memperkuat tim asal Libya, Al-Nasr Benghazi.
Di mana negara Libya masuk dalam konfederasi sepak bola Afrika (CAF), dan celakanya tim Liga 1 yang ingin mengontrak pemain dari konfederasi CAF harus berasal dari strata satu kompetisi negara Tunisia, Mesir, Republik Kongo, Aljazair, dan Sudan.
Sedangkan Libya tidak termasuk dalam negara yang masuk dalam daftar yang dituliskan oleh PT LIB. Andai benar peraturan tersebut tetap berlaku, tentu akan sangat disayangkan mengingat Balde sangat impresif di tiga laga perdananya.
Meski tak masuk dalam verifikasi Liga 1, berikut INDOSPORT coba mengulas beberapa fakta dan data dari Liga Libya, kompetisi dimana Amido Balde pernah berkarier yang mampu menarik perhatian dan sayang untuk dilewatkan.
1. Pernah Terhenti Akibat Perang
Liga Primer Libya pertama kali bergulir pada 1963 lalu, namun selama musim bergulir kompetisi ini pernah terhenti sebanyak 6 kali bahkan salah satunya berhenti akibat perang.
Tercatat pada musim 1978/79 1979/82, 2010/11, 2011/13, 2014/15, dan 2016/17 kompetisi di negara tersebut tak diselanggarakan.
Di musim 2010/11 kompetisi tersebut terhenti akibat perang yang berkecambuk pada 15 Februari hingga 23 October 2011. Peperangan tersebut berakhir usai pemimpin Libya, Muammar Gaddafi meninggal dunia.
2. Al-Ittihad Klub Tersukses
Sepanjang sejarah bergulirnya, Al-Ittihad menjadi satu-satunya klub tersukses hingga saat ini. Dimana tim asal Tripoli tersebut telah memenangi Liga Primer Libya sebanyak 24 kali, dan meraih 7 gelar runner up.
Pesaing terdekatnya adalah Al Ahli yang juga tim dari Tripoli, dengan catatan 12 gelar juara dan 9 kali meraih runner up. Sedangkan Al Nasr, tim yang dibela Amido Balde musim lalu cuma mengoleksi 2 gelar juara dan 4 runner up.
Bahkan pada musim 2017/18 lalu, Amido Balde turut serta dalam membantu Al Nasr meraih gelar kedua mereka usai unggul tiga angka atas Al-Ahly Benghazi di papan klasemen.
3. Suporter Fanatik
Selain Liga yang telah lama bergulir, kehadiran para suporter pun menjadi daya tarik tersendiri bagi kompetisi sepak bola tertinggi di negara ini.
Meski tak banyak didengar, namun rivalitas antara Al Ittihad dan Al Ahli, sebagai dua klub tersukses sekaligus dua tim yang berasal dari kota yang sama yakni Tripoli, membuat aroma persaingan keduanya sangat kental terasa.
Ibaratkan di Eropa, persaingan kedua klub tersebut serupa dengan Real Madrid vs Atletico Madrid di La Liga Spanyol, atau AC Milan vs Inter Milan di Serie A Italia.
Dengan besarnya kedua klub tersebut, tak jarang seisi stadion selalu penuh sesak kala dua tim raksasa di negara Libya ini bertemu, bahkan hanya untuk ajang persahabatan sekalipun.
Terus Ikuti Berita Sepak Bola Bola Internasional Lainnya Hanya di INDOSPORT