Sosok Sani Rizki Fauzi, Si 'Penghancur' Mimpi Thailand di Mata Sang Ibu
INDOSPORT.COM - Mulai berlatih sepak bola secara serius sejak usia 9 tahun, tepatnya ketika di bangku kelas 3 SD di SSB PSPB Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat, usaha tersebut pun mulai menuai hasil. Kini Sani Rizki Fauzi dikenal sebagai salah satu pemain andalan di Timnas Indonesia U-22.
Namanya semakin dikenal luas oleh masyarakat Indonesia sejak debut gemilangnya di Timnas Indonesia U-22 pada kompetisi Piala AFF U-22 2019. Terutama pada momen yang baru saja terjadi pada, Selasa (26/02/19), di babak final. Sani berhasil mencetak sejarah dengan membobol gawang Thailand untuk pertama kalinya.
Untuk mengenal Sani lebih jauh, INDOSPORT.com menghubungi Ibunda Sani, Ida Kusumawati melalui telepon dan juga berbincang tentang perasaan bangganya atas prestasi yang ditorehkan oleh sang anak tercinta.
“Alhamdulillah, rasanya senang dan bangga sekali di debutnya di Timnas Indonesia ini Sani bisa cetak gol dan bisa bawa Indonesia menang,” tutur Ida kepada INDOSPORT.com.
Dengan antusias, Ia juga bercerita bahwa di tempat asal Sani, Cicurug, Sukabumi, warga sekitar rumahnya ramai mengadakan nonton bareng.
“Pas Sani mencetak gol, saya menangis terharu, tidak menyangka,” ungkapnya.
Di mata Ida, pesepak bola yang juga anggota polisi bergelar Bripda ini merupakan anak lelaki yang baik dan sangat mencintai keluarganya.
“Alhamdulillah ya, Sani itu anak yang punya tata krama, orangnya sholeh, taat beragama, dan sayang sekali sama ibu dan keluarga,” jelas Ida.
Ketika berbincang dengan Ida, terungkap fakta menarik bahwa darah sepak bola Sani justru turun dari sang Ibunda yang merupakan mantan pemain sepak bola di klub Persikabumi di era 1987 – 1992.
1. Usaha Terbaik untuk Cita-Cita Sani
Selain itu, Ida juga bercerita bahwa Sani berasal keluarga yang sangat sederhana. Sang Ayah, Edi Riyadi tidak mempunyai pekerjaan tetap, terkadang menjadi tukang ojek, pengepul barang bekas, juga kuli bangunan. Sedangkan sang Ibu masih bekerja menjadi petugas kebersihan di salah satu bank swasta di Sukabumi hingga sekarang.
Pernah merasakan kesusahan ekonomi dalam mendukung kiprah Sani di dunia sepak bola, tidak membuat Ida gentar dan patah semangat. Ida dan suami terus berjuang untuk memberikan yang terbaik untuk anak keduanya tersebut.
“Alhamdulillah, Sani itu dari kecil rezekinya digampangkan, selalu dapat beasiswa terus, di SSB juga begitu, ketika Ibu sedang tidak pegang uang Ibu jujur saja ke pelatihnya, karena melihat Sani punya potensi besar kadang dibantu dan dibolehkan ikut kompetisi tanpa biaya,” kenang Ida.
Meski belum menyiapkan hadiah spesial dalam menyambut kepulangan pemain Bhayangkara FC itu ke Tanah Air, Ida berencana akan mengadakan syukuran atas bentuk rasa bangga dan terima kasih kepada Tuhan atas kemenangan yang baru saja Sani raih.
“Tidak ada hadiah spesial, tapi kalau untuk sambutan ya ada sih, sudah disiapkan berupa syukuran kecil-kecilan dengan warga sekitar,” papar Ida.
“Semoga saja ke depannya Sani jadi lebih baik lagi, kemampuannya meningkat, dan bisa bermain di AFC dan Sea Games ya, dan bisa melaju ke Timnas Senior ketemu Coach Simon Mcmenemy lagi,” begitu harapan Ida untuk sang anak tercinta.
Terus Ikuti Perkembangan Sepak Bola Seputar Liga 1 Hanya di INDOSPORT.COM