Kisah Miris Barito Putera, Penghasil Skuat Timnas yang Terseok-seok di Kompetisi
INDOSPORT.COM – Klub sepak bola Indonesia, Barito Putera sejatinya menjadi salah satu yang disegani di Liga 1 sebagai kompetisi sepak bola kasta tertinggi Indonesia. Namun nyatanya rasa segan klub lain belum mampu menunjang prestasi klub berjuluk Laskar Antasari tersebut.
Sejak promosi ke Liga Super Indonesia musim 2013, Barito Putera sempat menjadi kuda hitam dengan finish di peringkat keenam klasemen akhir. Prestasi tersebut menjadi catatan terbaik Barito sejauh ini, yang sayangnya belum pernah terulang kembali, apalagi menjadi lebih baik.
Pada kompetisi Liga 1 2018 lalu, Barito Putera sempat memuncaki klasemen sementara selama beberapa pekan, namun permainan anak asuh Jacksen F. Tiago terkesan buntu hingga kemudian tidak pernah mengemas kemenangan selama delapan pekan berturut-turut. Apa yang sesungguhnya terjadi pada Barito Putera?
Ya, setiap orang bisa saja berkilah jika beberapa pilar Barito dipanggil untuk memperkuat Timnas Indonesia, sehingga permainan tim menjadi tidak berimbang di putaran kedua Liga 1 2018. Terlebih manajemen klub juga selalu legawa saat pemainnya dipanggil Timnas, sebab kepentingan negara menjadi nomor satu bagi Barito Putera.
Sebut saja Hansamu Yama Pranata, Paulo Sitanggang, Gavin Kwan Adsit, serta Rizky Rizaldi Pora menjadi andalan Timnas di beberapa kesempatan. Teranyar, Evan Dimas dan Samsul Arif juga turut dipanggil untuk menjalani pemusatan latihan Timnas bersama Simon McMenemy.
Tak lupa dari kelompok usia muda, klub asal Kalimantan Selatan tersebut turut mengorbitkan Muhammad Riyandi, Rafi Syarahil, dan Dandi Maulana hingga kini ketiganya bersaing di skuat Timnas U-22 asuhan Indra Sjafri.
Rasanya wajar jika beberapa pesepakbola muda alumni Timnas U-16 berlomba-lomba merapat ke Barito, lantaran kualitas pembinaan pemain yang sudah diakui dan kelonggaran manajemen bagi pemain yang ingin membela Timnas Indonesia.
Bagas Kaffa, Bagus Kahfi, Yudha Febrian, dan David Maulana bahkan berani menekan kontrak jangka panjang bersama Barito, yakni dengan durasi tiga tahun hingga musim 2021 mendatang. Daya Tarik yang luar biasa dari sebuah klub Tanah Air.
1. Nihil Prestasi di Kompetisi
Namun jika berkaca pada statistik Barito Putera di kompetisi Tanah Air, mengapa klub dengan pembinaan pemain cukup baik tersebut nihil prestasi dan gelar?
Barito Putera menutup putaran akhir Liga 1 2017 di peringkat ketujuh, dan mengalami penurunan prestasi di Liga 1 2018 karena hanya mampu finish di peringkat kesembilan.
Tak hanya buntu di kompetisi resmi, Barito Putera bahkan tak mampu berbicara banyak di kompetisi lainnya. Pada ajang Piala Indonesia 2018/19, anak asuh Jacksen F. Tiago bahkan menjadi salah satu kontestasn dari Liga 1 yang tersingkir paling awal, yakni di babak 32 besar.
Belum lagi membahas ajang pramusim Piala Presiden, Barito Putera seakan mengalami kutukan di fase penyisihan grup. Pada Piala Presiden 2017 lalu, Barito finish di peringkat ketiga klasemen akhir Grup 4, dan gagal melaju ke babak berikutnya.
Demikian pula pada Piala Presiden 2018, di mana Barito Putera hanya mampu meraih posisi runner up klasemen akhir Grup B, namun belum memiliki kesempatan untuk masuk ke jajaran delapan besar.
Kejadian ini kembali terulang di Piala Presiden 2019, di mana Laskar Antasari lagi-lagi harus pulang lebih cepat lantaran hanya mampu mencapai posisi ketiga di klasemen akhir Grup E. sampai kapan kutukan ini menunda prestasi Barito Putera?
2. Timnas jadi Kendala?
Tak banyak pembelaan dari pihak Barito Putera terkait minimnya prestasi klub semenjak promosi ke Liga 1. Pelatih Jacksen F. Tiago memang sempat mengakui jika faktor klub yang bertabur ‘bintang Timnas’ sempat mengganggu keseimbangan tim.
“Saya bisa jadikan itu alasan prestasi Barito turun dan sudah tak bisa juara (Liga 1 2018). Tapi saya tak mau cengeng. Jadi kalau kami tak punya kendala-kendala itu, saya yakin Barito Putera bias juara musim ini karena kami sempat jadi pimpinan klasemen.”
Sementara dari pihak pemain, gelandang muda Nazarul Fahmi mengakui jika penggawa Barito sempat kehilangan semangat bertarung saat memasuki putaran kedua Liga 1 2018.
“Persiapan sangat luar biasa, tidak ada yang berubah dari awal kompetisi. Cuma kita kehilangan fighting spirit di lapangan, mikirnya kompetisi mau selesai. Harusnya tidak boleh terjadi sebelum liga berakhir, harus berjuang, pemain harus fighting spritinya lebih lagi.”
Namun apapun pembelaan dari klub, sebagai seorang penikmat sepak bola tentunya menantikan aksi dan prestasi Barito Putera untuk selanjutnya. Semoga kompetisi musim 2019 menjadi titik awal kebangkitan Barito Putera di pentas sepak bola Indonesia.
Ikuti Terus Update Informasi Seputar Liga 1 dan Liga Indonesia Lainnya Hanya di INDOSPORT.COM