3 Alasan Kegagalan Timnas Indonesia U-23 Tak Perlu Ditangisi
INDOSPORT.COM – Perjalanan tim nasional Indonesia U-23 di Kualifikasi Piala Asia 2020 telah usai setelah dihempaskan oleh Vietnam di Stadion My Dinh, Hanoi, Minggu (24/01/19). Hasil itu membuat pecinta sepak bola nasional menjadi patah hati.
Pasalnya sebulan sebelum turun gelangang ke kualifikasi Piala Asia 2020, Indonesia U-23 berhasil menjuari Piala AFF U-22 2019. Tapi tampaknya euforia berlebihan usai menjadi juara telah menjadi racun yang menghancurkan mimpi bermain di putaran final Piala Asia U-23.
Kekalahan dari Vietnam (0-1) dan Thailand (0-4) menjadi suatu tamparan keras kalau tak perlu euforia berlebihan ketika hanya menjadi juara di tingkat Asia Tenggara. Apapun itu, nasi sudah menjadi bubur dengan kegagalan Indonesia U-23 membuat para suporternya patah hati.
Meski begitu, sejatinya kegagalan Indonesia di kualifikasi Piala Asia U-23 2020 tak perlu ditangisi berlarut-larut layaknya diputusin oleh sang belahan jiwa. Pada dasarnya ada banyak alasan mengapa kita harus move on dari kegagalan mereka.
Berikut INDOSPORT coba merangkumnya dalam tiga alasan kegagalan Indonesia U-23 tak perlu ditangisi.
Ini Hanya Tingkat Junior Saja
Satu hal yang perlu dicatat adalah yang gagal itu adalah Timnas Indonesia U-23 yang notabene-nya merupakan tim di tingkat junior saja. Itu artinya tim junior itu hanya sebagai wadah untuk menyiapkan pemain untuk berkompetisi di tingkat senior.
Ibarat kata, di Spanyol ada sebuah tim raksasa bernama Barcelona, mereka pasti memiliki tim juniornya yaitu Barcelona B di La Masia. Kegagalan di tim junior di sana untuk meraih prestasi tidak terlalu dipusingkan oleh Barcelona karena itu hanya tingkat junior, yang penting para pemain muda itu bisa berkembang dan belajar dari kegagalan.
Memang gagal di tingkat junior dapat membawa pengaruh buruk pada mental para pemain muda, tetapi bukankah lebih buruk lagi kalau yang gagal itu adalah tim senior yang notabene timnas Indonesia.
Terlebih kegagalan di Indonesia U-23 dapat menjadi bekal berharga bagi para pemain untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama lagi saat naik di tim senior. Intinya tim junior gagal tidak masalah, asalkan mau belajar dari kesalahan itu dan berkembang ketika masuk di usia senior.
1. Pelajaran Tidak Boleh Euforia Berlebihan
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa euforia berlebihan usai menjuara Piala AFF U-22 2019 tampaknya menjadi racun atas kegagalan untuk lolos ke Piala Asia U-23 2020. Pasalnya, rasa senang yang berlebihan akan mengurangi tingkat kewaspadaan.
Itu bisa terlihat ketika Indonesia U-23 seperti kurang siap menghadapi Thailand dan Vietnam di babak kualifikasi. Padahal kedua tim itu sudah pernah mereka kalahkan di Piala AFF U-22 2019 sebulan yang lalu.
Memang benar Thailand dan Vietnam yang dihadapi kali ini jauh lebih hebat dibanding dengan yang dihadapi Indonesia U-23 di Piala AFF. Tapi justru karena sadar tim yang dihadapi jauh lebih kuar, mestinya tidak perlu ada euforia berlebihan yang hanya akan menurunkan rasa waspada.
Masih Ada Ajang Sea Games 2019 di Filipina
Alasan terakhir mengapa kegagalan Indonesia U-23 tak perlu ditangisi adalah karena masih ada satu turnamen bergengsi lain yang akan dihadapi. Ibarat sehabis diputusi oleh kekasih, hidup tetap terus berputar, bukan? Jadi segera move on itu penting.
Ajang bergengsi yang dimaksud adalah SEA Games 2019 di Filipina yang akan segera dilangsungkan pada akhir tahun ini, tepatnya 30 November. Di ajang itu, Indonesia U-23 bisa unjuk gigi dan menumpahkan rasa kesal disingkirkan di Piala Asia dengan meraih medal emas.
Sekadar informasi, terakhir kali Indonesia meraih medali emas di SEA Games adalah edisi 1991 di Manila, Filipina. Melihat venue multicabang yang sama dengan 1991, tentu ada harapan bahwa romantisme menjadi juara dengan mengalahkan Thailand di final bisa terulang.
Terus Ikuti Perkembangan Timnas Indonesia U-23 dan Olahraga Lainnya di INDOSPORT