x

Evaluasi Timnas U-23 di Kualifikasi Piala Asia U-23 2020: Suporter Indonesia

Rabu, 27 Maret 2019 16:43 WIB
Editor: Coro Mountana
Evaluasi Timnas U-23 di Kualifikasi Piala Asia U-23 2020.

INDOSPORT.COM – Perjalanan Timnas Indonesia U-23 di Piala Asia U-23 2020 tak disangka harus berakhir sejak di babak kualifikasi. Hanya meraih satu kemenangan dari 3 laga di babak grup tak cukup untuk menolong Timnas Indonesia U-23 lolos ke babak utama.

Padahal sebulan sebelumnya, Timnas Indonesia U-23 sedang di atas langit karena menjadi kampiun di Piala AFF setelah mengalahkan Thailand dan Vietnam. Ironisnya justru dua negara itu yang turut andil menyingkirkan Timnas Indonesia U-23 di babak kualifikasi Piala Asia U-23 2020.

Baca Juga

Kekalahan 0-4 dari Thailand dan 0-1 di Vietnam membuat Timnas Indonesia U-23 harus angkat koper dari persaingan menuju Piala Asia U-23 2020. Bahkan di laga terakhir babak kualifikasi tersebut, Timnas Indonesia U-23 harus bersusah payah untuk mengalahkan Brunei Darussalam dengan skor tipis.

Tersingkirnya Timnas Indonesia U-23 pun menjadi buah bibir di mana semua pihak mulai saling menyalahkan atas tragedi yang menimpa skuat asuhan Timnas Indonesia U-23. Para suporter Indonesia utamanya yang paling nyaring di media sosial menyalahkan pemain hingga pelatih Timnas.

Baca Juga

Tapi tampaknya sebelum menyalahkan pihak lain, rasanya para suporter Indonesia yang budiman perlu introspeksi diri terlebih dulu.

Pasalnya cacian dan pujian berlebihan dari para suporter bisa membunuh perkembangan para penggawa Timnas Indonesia U-23 di kemudian hari.


1. Loyalitas Suporter Indonesia yang Perlu Dipertanyakan

Suporter Timnas Indonesia.

Ibarat dalam hubungan mesra antara sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara, pastinya pernah terjadi pasang dan surut. Langgeng tidaknya dalam sebuah hubungan sendiri akan ditentukan setia atau loyalitas kedua sejoli itu saling ‘ada’ ketika sedang senang maupun sedih.

Hubungan antara sepasang kekasih itu persis dengan apa yang terjadi antara suporter dan klub itu sendiri (dalam hal ini Timnas Indonesia di berbagai usia). Idealnya setiap kali Timnas Indonesia sedang dalam kondisi terpuruk, para suporter perlu untuk tetap mendukung atau setidaknya tidak dinyinyirin.

Cacian netizen di kolom komentar Instagram PSSI

Faktanya, suporter Indonesia hanya ada atau dalam tanda kutip mendukung ketika Timnas juara, sedangkan ketika timnya sedang terpuruk, dukungan dan pujian itu berubah menjadi cacian, hinaan dan hujatan. Jika balik ke analogi dalam hubungan, pasti itu akan segera putus karena tak ada keseimbangan.

Baca Juga

Ketika Timnas Indonesia U-23 menjadi juara di Piala AFF, sejumlah apresiasi diberikan kepada Garuda Muda bahkan bisa dikatakan berlebihan. Akan tetapi begitu kalah di kualifikasi, mereka langsung dijauhi oleh para suporter.

Bukti dari Timnas U-23 dijauhi oleh suporter Indonesia dapat dilihat jelas saat laga terakhir melawan Brunei pada Selasa (26/03/19) kemarin. Tampak stadion My Dinh, Hanoi, Vietnam yang sering dipadati oleh ribuan suporter menjadi tak berpenghuni kala bersua dengan Brunei.

Stadion My Dinh kosong, suporter Timnas Indonesia U-23 tak ada yang menonton langsung laga melawan Brunei Darussalam.

Sudah pasti itu merupakan buntut dari kekecewaan para suporter Indonesia akan hasil mengecewakan Timnas U-23 kala bertanding dengan Vietnam dan Thailand. Suporter jengkel dengan permainan Timnas Indonesia U-23 yang jadi bulan-bulanan Thailand dan Vietnam.

Akibatnya mereka jadi tidak ingin datang ke stadion untuk mendukung Timnas U-23 bertanding dengan Brunei di laga terakhir. Padahal jika memang loyal sebagai suporter, ada baiknya untuk tetap ada di stadion mendukung hingga akhir.

Kekecewaan Greg Nwokolo

Baca Juga

Salah satu pelaku di dunia sepak bola yang tidak tahan dengan fenomena para suporter yang hanya ada pada saat menang tetapi menjauh ketika kalah adalah Greg Nwokolo. Dalam unggahannya di akun Instagram pribadinya, ia mengeluarkan unek-uneknya.

“Ketika kamu menang, mereka memujimu sedangkan ketika kamu kalah seakan memberikan kekuatan pada pembenci untuk berbicara dan menjatuhkan mentalmu,” tulis Greg Nwokolo.

Greg Nwokolo yang sempat bermain di luar negeri bahkan sampai membandingkan atmosfer sepak bola nasional dengan Thailand. Baginya di Thailand, para suporternya tetap loyal meski tim sedang main jelek, sedangkan di Indonesia selalu ada hujatan menanti ketika alami kekalahan.

Firza Andika Ngamuk

Tak hanya Greg Nwokolo, salah satu penggawa Timnas Indonesia U-23 juga ternyata ikut panas dengan kondisi tersebut yaitu Firza Andika. Bek kiri Timnas Indonesia U-23 itu bahkan sampai ‘ngamuk’ ke salah satu netizen yang menyebut dirinya terlena dengan banyaknya bonus yang diterima usai juara AFF.

“Saya tidak pernah puas atas apa yang saya raih karena kalau puas saya akan jatuh, sombong hanya milik Allah S.W.T, dengarkan ini baik-baik ya tante haha, saya tipe orang yang tidak suka hura-hura, aduh tante saya kirim aja ya bonusnya ke rumah biar bisa diem,” balas Firza Andik di Instagram.

Kolom komentar di aku instagram Firza Andika

Curahan hati dari Firza Andika menjadi representasi bahwa Timnas U-23 gerah dihujat sana-sini meski telah menampilkan yang terbaik. Perlu diketahui jika menghujat secara berlebihan dapat mematikan karier dari seorang pesepakbola.


2. Kasus Sardar Azmoun

Sardar Azmoun

Kasus yang paling anyar mengenai cacian suporter mematikan karier dari seorang pesepakbola adalah Sardar Azmoun selepas Piala Dunia 2018. Penyerang andalan Timnas Iran itu memutuskan untuk pensiun di usia 23 tahun karena merasa sangat tertekan.

Peristiwa itu bermula saat Iran tersingkir dari babak grup Piala Dunia 2018 setelah kalah saing dari Spanyol dan Portugal. Akan tetapi hujatan dari fans Iran sangat deras terutama ke media sosial Sardar Azmoun yang membuat sang ibundanya jatuh sakit karena tak tahan melihat anaknya dihina.

Baca Juga

Sontak Sardar Azmoun yang tidak sampai hati melihat ibundanya jatuh sakit memutuskan untuk pensiun. Tetapi beruntung pelatih Iran, Carlos Queiroz bisa membujuknya kembali untuk memperkuat timnas di Piala Asia 2019.

Pengalaman Justinus Lhaksana

Tidak hanya soal mencaci yang berlebihan, sikap suporter Indonesia soal euforia tidak pada dosis yang pas saat Timnas U-23 juara juga dinilai menjadi racun membunuh perkembangan tim. Menurut pengalaman pelatih timnas futsal Indonesia, Justinus Lhaksana, euforia berlebihan bawa dampak buruk.

Pengamat sepak bola Justinus Lhaksana

“Jangan diberi euforia berlebihan, itu secara psikologis sangat berpengaruh. Kalian mungkin tidak tahu, gue mengalami sendiri saat 5 tahun menjadi pelatih timnas futsal, kalau euforia berlebihan, bonus berlebihan, pasti gagal,” ungkap coach Justin dalam akun Youtube-nya.

Belajar dari Suporter Vietnam

Pada akhirnya suporter Indonesia memang perlu banyak belajar dari negara lain seperti yang pernah diungkap oleh Greg Nwokolo bahwa di Thailand tidak ada cacian yang berlebihan. Selain Thailand, sikap sportif seperti yang dilakukan oleh suporter Vietnam berikut ini patut kita tiru.

Video tersebut diambil di salah satu sudut tribun stadion My Dinh, Hanoi, ketika itu sedang berlangsung pertandingan Timnas Indonesia U-23 vs Thailand. Meski begitu pendukung Vietnam justru menunjukan jiwa ksatrianya untuk membantu Indonesia dalam memberikan dukungan ke Timnas U-23.

Mendambakan Timnas Indonesia dapat maju ke taraf yang lebih baik memang menjadi harapan semua suporter. Tetapi alangkah baiknya hal itu diawali oleh para suporter untuk lebih dewasa dalam menyikapi keberhasilan dan kegagalan timnas dengan tidak euforia dan cacian berlebihan.

Suporter Timnas Indonesia di Gelora Bung Karno

Padahal suporter Timnas Indonesia sebelumnya sudah memberi contoh yang baik ketika mendukung skuat asuhan Luis Milla di Asian Games 2018. Ketika itu, para suporter tetap mendukung Timnas Indonesia U-23 hingga menit akhir ketika harus kalah dari Uni Emirat Arab di babak 16 besar.

Tidak ada cacian dan euforia berlebihan ketika Timnas bertanding saat itu. Sungguh sebuah kerinduan melihat tingkah laku suporter dapat bersikap sedewasa itu ketika ajang Asian Games 2018 yang lalu.

Mari suporter Indonesia tunjukan sikap dewasanya ketika mendukung tim sepak bola kepada khalayak dunia, niscaya Timnas akan sadar bila mereka tidak boleh tampil mengecewakan lagi, hingga gelimang prestasi akan mengalir dengan sendirinya nanti.

Terus Ikuti Perkembangan Seputar Timnas Indonesia U-23 dan Berita Olahraga Lainnya di INDOSPORT.COM.

IranVietnamThailandTimnas Indonesia U-23Sardar AzmounSuporterJustinus LhaksanaTimnas IndonesiaIn Depth SportsPiala Asia U-23 2020Kualifikasi Piala Asia U-23 2020Bola Indonesia

Berita Terkini