Sudah Saatnya Alvaro Morata Tertawa di Atas Penderitaan Si Bengal
INDOSPORT.COM - Mendengar kata Si Bengal tentu akan identik dengan sosok Mario Balotelli, bukan? Tidak salah, karena mantan pemain Manchester City dan Inter Milan itu memang dikenal sebagai sosok bengal di atas lapangan sepak bola. Namun dalam dunia si kulit bundar modern ini, Si Bengal tentu punya kawan ‘seprofesi’.
Siapa lagi kalau bukan Diego Costa. Pria kelahiran 7 Oktober 1988 itu seolah menjadi sebuah bumbu pembeda dalam hegemoni sepak bola saat ini. Bila kita bicara soal rekor mencengangkan, nama Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi tentu melekat di telinga Anda.
Namun bila kita bicara soal kasus, kontroversi, atau drama di atas lapangan, Diego Costa adalah salah satu ahlinya. Terkenal dengan emosi yang kerap meledak-ledak, striker Atletico Madrid itu dapat menjadi kawan maupun lawan untuk rekan setimnya.
Seperti kasus yang menimpa dia baru-baru ini saja, misalnya. Pada laga melawan Barcelona di LaLiga Spanyol pekan ke-31, Minggu (07/04/19) lalu, Costa kedapatan melakukan penghinaan kepada wasit Jesus Gil Manzano.
Salah satu media Spanyol, Marca, memberitakan ungkapan kotor yang terlontar dari mulut Diego Costa kala itu. Disebutkan bahwa kalimat kotor itu merupakan sebuah penghinaan kepada wasit dan ibu sang pengadil lapangan itu, karena merasa tak puas dengan keputusan yang diterima pasca menekel gelandang Barcelona, Arthur.
"Dia berteriak keras di depan saya, dengan kata-kata berikut: 'Anda adalah anak dari seorang pelac*r," ungkap Gil dalam laporan pertandingan kala itu.
Akibatnya, apa yang dilakukan oleh Diego Costa dapat berdampak pada lini depan skuat Los Rojiblancos ke depannya. Diego Costa resmi dihukum larangan bermain selama delapan laga, atau mengakhiri musim 2018/19 lebih cepat.
Benar adanya bila pada musim ini, mantan pemain Chelsea itu baru mencetak masing-masing dua gol dan assists saja dari 16 laga LaLiga Spanyol. Namun perlu diingat juga, hal itu terjadi karena dirinya mengalami cedera yang cukup lama pada awal Desember 2018 hingga pertengahan Februari 2019. 74 hari dirinya menonton rekan-rekannya dari pinggir lapangan.
Absennya sang bomber yang kerap tampil beringas dan meledak di kotak penalti lawan, tampaknya akan menjadi sebuah kerugian untuk Atletico Madrid. Dengan pengalaman yang dimilikinya selama ini, rival sekota Real Madrid itu seperti kehilangan sosok pengobrak-abrik jantung pertahanan lawan, sumber ‘kelicikan’ dalam mengelabuhi wasit selama ini.
Tapi, hal itu tampaknya tidak akan berlaku untuk seorang pria tampan berusia 26 tahun kelahiran Madrid, 23 Oktober 1992. Ya, pria tampan itu bernama Alvaro Morata.
1. Kesempatan Si Tampan Memperbaiki Performa
Dipinjamkan dari Chelsea pada awal tahun 2019 dengan harapan dapat kembali menemukan performanya, Alvaro Morata justru bersaing dengan Diego Costa dalam memperebutkan hati Diego Simeone.
Secara statistik, Alvaro Morata jauh lebih baik dibandingkan dengan Diego Costa musim ini. Datang pada tanggal 28 Januari 2019, dirinya telah mencetak empat gol dan satu assist dari Sembilan laga yang telah dilakoninya di ajang LaLiga Spanyol.
Kesampingkan dulu sosok Antoine Griezmann, yang menjadi penyelamat Los Rojiblancos musim ini dari melempemnya dua striker Atletico, dengan tampil prima bersama 13 gol dan 7 assists yang telah ia cetak musim ini. Atletico Madrid membutuhkan sosok striker utama yang mampu memecah kebuntuan sekaligus rekan Griezmann di lini depan.
Dalam hal ini, Alvaro Morata seakan tampil sebagai seorang pahlawan kesiangan dari kasus yang menimpa Diego Costa. Situs statistik sepak bola Whoscored pun mencatat bila Morata pada musim ini memang lebih layak bersanding bersama Griezmann di lini depan.
Whoscored mencatat, Morata memiliki kemampuan dalam mendribel bola, dapat bertarung di udara serta kerap membantu pertahanan. Satu-satunya kelemahan Morata adalah dirinya yang kerap lalai dari jebakan offside.
Sementara Diego Costa, sangat lemah dalam kedisiplinan. Whoscored bahkan mencatat bahwa penyelesaian akhir, duel udara, mempertahankan bola, hingga kesigapannya dalam jebakan offside di musim ini sangat lemah.
Bak pahlawan kesiangan, hal ini dapat menjadi kesempatan Alvaro Morata untuk menunjukkan tajinya sebagai salah satu striker tajam yang dimiliki Spanyol saat ini, seperti ketika dulu masih berada di Real Madrid pada musim 2016/17 yang mampu mencetak 20 gol dan enam assists dari 43 laga di semua ajang.
Dengan sembilan laga tersisa di musim 2018/19, Morata setidaknya harus membuktikan bahwa tanpa Costa, Atletico Madrid masih tajam. Setidaknya, Morata harus membantu Atletico Madrid berada di atas Real Madrid hingga akhir musim. Dan, bukan tidak mungkin ke depannya akan mendepak Diego Costa yang telah menua sebagai ujung tombak utama.
Sanggup, Morata?
Terus Ikuti Berita Sepak Bola Liga Spanyol Lainnya Hanya di INDOSPORT