Johan Cruyff, Bapak Sepak Bola Dunia dari Dulu hingga Kini
INDOSPORT.COM – Johan Cruyff merupakan salah satu legenda yang mungkin selalu diingat oleh penikmat si kulit bundar, khususnya sebelum era sepak bola modern. Karena dirinya menjadi salah seorang pemain dan pelatih yang terbilang sukses.
Namanya pun kini diabadikan menjadi sebuah stadion yang dijadikan markas oleh Ajax Amsterdam, yakni Johan Cruyff Arena. Itu dilakukan sebagai penghormatan atas jasa-jasanya di sepak bola Belanda, khususnya Ajax.
Penghormatan itu diberikan setelah Johan Cruyff menghembuskan nafas terakhir pada 24 Maret 2016 lalu. Dua tahun berselang, nama Johan Cruyff pun menggantikan markas Ajax, yang sebelummya bernama Amsterdam Arena.
Johan Cruyff sendiri sangat berjasa dalam kesuksesan Ajax pada eranya. Bagaimana tidak, ia pernah membantu tim berjuluk de Joden tersebut menyabet 17 gelar prestisius, baik di level domestik maupun internasional.
Tak lengkap rasanya jika Johan Cruyff disebut legenda tanpa mendapatkan penghargaan individu. Dirinya mampu membuktikan hal itu dengan menyabet gelar Ballon d’Or sebanyak tiga kali (1971, 1973, dan 1974).
Catatan itu sudah cukup membuktikan bahwa Johan Cruyff pantas menyandang status legenda sepak bola. Apalagi, pria yang lahir pada 25 April 1947 tersebut juga terbilang sukses ketika banting setir menjadi seorang pelatih.
1. Ajax dan Barcelona
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, Johan Cruyff pernah mengharumkan nama Ajax Amsterdam selama karier sepak bola profesionalnya. Tak hanya sebagai pemain, ia juga membuat Ajax menjadi tim yang cukup ditakuti ketika dirinya menjabat sebagai pelatih.
Terhitung, Johan Cruyff mampu mempersembahkan tiga trofi ketika menduduki kursi kepelatihan Ajax. Trofi tersebut adalaha KNVB Cup (1985/86 dan 1986/87) dan UEFA Winner’s Cup 1986/87.
Keberhasilannya di Ajax membuat Barcelona tergoda untuk memakai jasanya beberapa musim berselang. Johan Cruyff pun akhirnya menyetujui sodoran kontrak yang diberikan manajemen Barca.
Bersama Barcelona, namanya sebagai pelatih sepak bola pun semakin indah. Pasalnya, ia mampu mempersembahkan lebih dari 10 trofi untuk tim asal Catalan tersebut. Hebatnya, ia mampu meraih gelar LaLiga Spanyol selama empat kali beruntun (sejak 1990/91 – 1993/94).
Johan Cruyff sendiri memang bukanlah orang asing bagi Barcelona saat baru ditugaskan sebagai pelatih. Dirinya juga pernah berjuang sebagai pemain bersama Barcelona selama kurang lebih lima musim (1973-1978).
Oleh karena itu, keberhasilan Ajax dan Barcelona saat ini tidak terlepas dari sosok Johan Cruyff. Terasa spesial, kedua tim tersebut berpeluang untuk bertemu di final Liga Champions 2018/19, dengan catatan Ajax dan Barcelona sukses meraih kemenangan di babak semifinal.
2. Menjadi Bapak Sepak Bola
Johan Cruyff bisa disebut sebagai bapak sepak bola, karena idenya dalam memberikan gaya permainan terbilang cukup fantastis. Tak jarang, sejumlah pelatih di era sepak bola modern ini terinspirasi dari skema yang diterapkan Johan Cruyff.
Sebut saja Pep Guardiola. Pelatih yang saat ini menukangi Manchester City tersebut sukses mengikuti gaya ‘Total Football’ ala Johan Cruyff. Permainan Tiki-Taka yang melekat di tubuh Barcelona tak terlepas dari gaya Johan Cruyff.
Selain itu, sejumlah pelatih ternama di era sepak bola modern saat ini pernah merasakan langsung tangan dingin Johan Cruyff. Salah satunya adalah Ronald Koeman, Pep Guardiola, hingga mantan pelatih Timnas Indonesia, Luis Milla.
Bahkan, keberhasilan Ajax menyingkirkan Real Madrid dan Juventus di ajang Liga Champions musim ini juga tak terlepas dari ide-ide yang dituangkan Johan Cruyff. Pelatih Ajax, Erik ten Hag, mengadaptasi gaya permainan Johan Cruyff.
Terus Ikuti Sepak Bola dan Berita Olahraga Lainnya di INDOSPORT.COM