Daley Blind, Bukti Buruknya Aksi Transfer Manchester United Pasca Sir Alex
INDOSPORT.COM - Media sosial seperti Twitter sontak ramai menghujat Manchester United selama dan bahkan usai duel Tottenham Hotspur vs Ajax Amsterdam pada leg pertama semifinal Liga Champions 2018/19, Rabu (01/05/19) dini hari WIB. Daley Blind penyebabnya.
Bertempur di Tottenham Hotspur Stadium, Ajax berhasil mengamankan kemenangan 1-0. Permainan solid di lini pertahanan menjadi kunci utama di balik hasil positif tim tamu.
Pujian pun dialamatkan kepada duet bek tengah Ajax, yakni Matthijs De Ligt dan Daley Blind. Keduanya tampil solid sehingga Tottenham hanya berhasil melepas satu tembakan akurat sepanjang pertandingan.
Terkait Blind, ia bukan figur asing bagi publik sepak bola Inggris. Dia bermain di Manchester United sejak 2014 sebelum hengkang pada musim panas 2018 untuk kembali ke Ajax.
Sejatinya, Blind berharap masih berseragam Manchester United. Akan tetapi, Manajer Iblis Merah kala itu, Jose Mourinho, memang jarang memainkannya.
Keputusan Man United melepas Blind sempat memicu banyak kontra dari para suporter, terutama karena nama-nama seperti Chris Smalling, Marcos Rojo, dan Phil Jones yang inkonsisten justru bertahan di klub.
Ada tiga alasan dari kekesalan fan. Pertama, Blind salah satu pemain yang performanya konsisten di klub itu.
Hal kedua ialah usia Blind yang sesungguhnya matang bagi pesepak bola saat meninggalkan Old Trafford, yakni 28 tahun.
1. Blind Si Serbabisa
Hal terakhir ialah karakter bermain Blind di mana ia seorang versatile. Pemain asal Belanda itu dapat beroperasi di setidaknya empat posisi, yaitu bek-sayap kiri, gelandang bertahan, bek kiri, dan bek tengah.
Peran pertama yang membuat nama Blind harum. Dia berperan sebagai wing-back kiri bersama Timnas Belanda di Piala Dunia 2014. Aksi yang paling dikenang kala itu ialah sebuah assist cantik untuk gol indah Robin van Persie melawan Spanyol di partai pembuka grup.
Untuk gelandang bertahan, Blind sering memerankannya sejak level junior hingga di musim-musim perdananya di Man United. Kemudian, ketika Louis van Gaal bertugas di Old Trafford, Blind kerap dipasang sebagai bek kiri.
Sementara itu, bek tengah juga dicicipi Blind di Man United ketika klub itu mengalami krisis pemain di posisi tersebut akibat cedera. Intinya, di posisi manapun, ia tidak mengecewakan para pelatihnya.
Ironis bagi Man United, gara-gara pertimbangan transfer yang tak matang, mereka gagal menikmati era keemasan Blind yang sekarang justru menguntungkan Ajax.
Legenda sepak bola Belanda, Marc Overmars, bahkan menyebut Blind sebagai kunci di pertahanan Ajax, bukan De Ligt yang belakangan dipuja banyak orang.
"Perekrutan Blind penting bagi De Ligt karena saya tahu ia senang bermain bersama Daley di Timnas Belanda," kata Overmars.
Maka, wajar fans Man United kembali meraung merindukan Blind usai gelaran leg pertama semifinal Liga Champions 2018/19 antara Tottenham vs Ajax.
Sementara Man United telah kebobolan 50 gol di EPL musim ini, terburuk sepanjang sejarah klub di era Premier League, mantan pemain mereka yang disia-siakan justru berada di ambang juara Liga Champions 2018/19.
2. Catatan Transfer Pemain
Daley Blind merupakan bukti lain dari buruknya strategi atau pemilihan transfer pemain Manchester United sejak pensiunnya sang manajer legendaris, Sir Alex Ferguson, pada 2013 lalu.
Tercatat sejak musim 2013/14, Man United telah menghabiskan dana sekitar 800 juta pound (hampir 15 triliun rupiah) untuk berbelanja 24 pemain.
Di antara mereka, yang tersisa tinggal Juan Mata, Luke Shaw, Ander Herrera, Rojo, Anthony Martial, Matteo Darmian, Paul Pogba, Eric Bailly, Romelu Lukaku, Nemanja Matic, Victor Lindeloef, Alexis Sanchez, Fred, Diogo Dalot, dan Lee Grant.
Ya, sejak Sir Alex pensiun, Man United menjelma menjadi klub boros belanja pemain yang tak segan mengucurkan banyak uang demi mendaratkan target. Hal ini sangat jarang terjadi di era Ferguson.
Tak cuma itu, catatan merah lain ialah dari tiga pembelian terakhir Man United. Fred (gelandang), Dalot (bek kanan) dan Lee Grant (kiper) bergabung pada 2018/19. Artinya, ketika melepas Blind, kubu Iblis Merah tidak mencari pengganti yang sepadan di posisi bek tengah.
Hal itu jadi blunder besar. Hanya Victor Lindelof yang diandalkan di jantung pertahanan. Smalling kerap bikin blunder, Rojo, Bailly, dan Jones adalah langganan cedera.
Dengan kemerosotan insting dari perekrutan pemain, maka sebaiknya Man United menunjuk Direktur Sepak Bola, sebuah wacana yang sudah mengemuka selama setidaknya semusim terakhir.
Keberadaan seorang Director of Football akan memudahkan Ole Gunnar Solskjaer ataupun pelatih Man United berikutnya dalam mendatangkan pemain sesuai kebutuhan tim.