'Deklarasi Kemenangan' atas Liverpool dari Lionel Messi Bukti Kesombongan Barcelona
INDOSPORT.COM - Kemenangan telak 4-0 Liverpool atas Barcelona pada leg kedua semifinal Liga Champions 2018/19, Rabu (8/5/19) WIB bak sebuah pernyataan bahwa pantang mendeklarasikan kemenangan terlalu dini sebelum hasil yang pasti.
Barcelona membuang keunggulan 3-0 pada leg pertama semifinal Liga Champions musim ini yang berlangsung di Camp Nou pekan lalu. Tanpa ampun, mereka dibantai empat gol tanpa balas oleh Liverpool di Stadion Anfield.
Sebelum duel ini berlangsung, Barcelona sepertinya merasa telah menjejakan satu kaki di final yang akan berlangsung di Stadion Wanda Metropolitano, Madrid, pada 2 Juni mendatang.
Kepercayaan diri yang terlalu tinggi dari Barcelona itu diwakilkan sendiri oleh kapten sekaligus sang megabintang tim, Lionel Messi.
Pada Agustus 2018, tepatnya sebelum melawan Boca Juniors di Joan Gamper Trophy, Lionel Messi memberikan pidato kepada para suporter Barcelona di Camp Nou. Pidato itu bak sebuah deklarasi kemenangan bahwa musim ini, Blaugrana akan kembali merengkuh trofi Liga Champions.
"Meskipun tahun lalu sudah bagus bagi kita di mana kita memenangi LaLiga dan Copa del Rey, kita masih punya bisnis yang belum terselesaikan di Liga Champions. Hari ini, kami berjanji bahwa tahun ini, kami akan mengerahkan segalanya untuk memastikan (trofi) Liga Champions kembali ke Camp Nou," ujar Messi yang kemudian disambut riuhan fans Barcelona.
Cuplikan pidato Messi tersebut mengemuka di media sosial usai Barca dipermalukan Liverpool dini hari tadi. Banyak yang mengolok-olok penyerang asal Argentina itu yang dinilai terlalu percaya diri, terlepas fakta pidato itu terjadi sebelum 2018/19 bahkan bergulir.
Meski begitu, pernyataan Messi seolah-olah mewakilkan sikap para pemain Barcelona lainnya yang merasa sombong telah menggenggam tiket ke final berkat kemenangan telak di leg pertama. Mereka tak mempertimbangkan bahwa sepak bola itu bundar, bahwa selalu ada kejutan, terutama di ajang sekelas Liga Champions.
1. Sinyal Bahaya Liverpool
Barcelona tampak mengabaikan bahaya yang sesungguhnya sudah Liverpool perlihatkan pada leg pertama, meyakini bahwa sang rival mustahil membuat comeback fantastis lagi.
Padahal, pekan lalu, Liverpool mampu mendominasi permainan di Camp Nou. Para bek Barcelona dibuat kewalahan dalam menghadapi kecepatan para pemain The Reds.
Terbukti, Liverpool mampu melepaskan 15 tembakan, tiga upaya lebih banyak ketimbang Barcelona selaku tuan rumah. The Reds juga membuat 52 persen penguasaan bola.
Gol-gol Barcelona kala itu mendapat bantuan dari kesalahan-kesalahan para bek Liverpool, selain kegemilangan seorang Messi.
"Kita lihat bagaimana Liverpool mengontrol pertandingan dan kecepatan yang mereka mainkan. Mereka menyulitkan kami," begitu komentar pelatih Barcelona, Ernesto Valverde, usai kemenangan 3-0 pekan lalu.
Valverde mungkin mendeteksi ancaman tersebut. Tapi, sekali lagi, kemenangan telak seperti membuat awak Barcelona terlena dan akhirnya tersandung di Anfield.
2. PR Tak Terselesaikan
Setelah leg pertama, Liverpool pulang ke Anfield bak memberi pekerjaan rumah kepada Barcelona, yaitu berupa bagaimana cara mengatasi kecepatan pemain Liverpool.
PR itu tak terselesaikan. Lebih parah, Barca justru masuk dalam strategi permainan Liverpool ala Jurgen Klopp.
Tidak seperti pekan lalu, Liverpool membiarkan Barcelona menguasai bola. Terbukti, tim tamu membuat 57 persen penguasaan bola.
Kemudian, berbekal kecepatan, Liverpool kembali memanfaatkan kesulitan para bek Barcelona lewat skema serangan balik. Sebuah kelemahan yang sudah terdeteksi awak The Reds dari leg pertama.
Sebaliknya, Liverpool menyelesaikan PR sendiri terkait haruskah mereka menjaga ketat Messi, sosok yang membobol gawang mereka dua kali pada leg pertama.
Jawaban dari persoalan itu berupa kata tidak. Ketimbang berkonsentrasi menjaga pergerakan Messi, Liverpool memilih fokus pada kekuatan sendiri sekaligus membenahi diri.
Virgil van Dijk dkk. membiarkan adanya ruang bagi Messi untuk mengancam, terbukti lewat lima tembakan yang berhasil sang megabintang lepaskan dini hari tadi.
Akan tetapi, Liverpool terus berpedoman pada kecepatan mereka yang merupakan kekuatan tim, sekaligus memastikan tidak ada kesalahan minor dari lini pertahanan.
Pada akhirnya, Barcelona mesti belajar dari kegagalan mereka ke final Liga Champions beberapa tahun terakhir. Kekalahan gara-gara comeback fantastis lawan mereka, yaitu AS Roma (perempatfinal 2017/18) dan Liverpool wajib dijadikan peringatan bahwa pantang berpesta sebelum kemenangan dipastikan.
Baca berita sepak bola Liga Champions dan olahraga lainnya di INDOSPORT.COM.