Seret Gol di Copa America 2019, Ada Apa Denganmu, Messi?
INDOSPORT.COM – Di balik keberhasilan Argentina lolos ke semifinal Copa America 2019, terdapat setitik noda yang cukup mengganggu tim Tango yaitu seretnya gol dari Lionel Messi.
Dalam 4 laga yang telah dilalui, Lionel Messi rupanya baru mencetak sebiji gol saja, itupun terjadi melalui eksekusi tendangan penalti. Memang benar, seretnya gol Messi tidak akan menjadi masalah asalkan Argentina bisa terus melaju di ajang Copa America 2019.
Tapi, perlu diingat bahwa lawan Argentina selanjutnya adalah Brasil yang hingga babak 8 besar kemarin, masih belum kebobolan. Alasan di balik tangguhnya pertahanan Brasil tentu akibat kehadiran Alisson Becker yang tampil begitu prima kali ini.
Melihat gawang Brasil masih ‘perawan’, tentu Argentina perlu mencari cara khusus untuk membobol gawang Alisson Becker.
Namun, seperti yang sudah dijelaskan tadi, bahwa Messi sendiri sedang seret gol. Artinya, Argentina berada dalam bahaya jelang melawan Brasil.
Di saat Argentina sangat membutuhkan gol, La Pulga (si kutu) malah sedang seret, ada apa denganmu, Messi?
1. Copa America 2019 Adalah yang Terburuk?
Lionel Messi memulai kiprahnya bersama Timnas Argentina di Copa America pada edisi 2007. Saat itu, Messi yang masih sangat muda hingga babak 8 besar telah mencetak 1 gol dan 1 assist bagi Argentina.
Lanjut ke Copa America 2011, Argentina memang langsung tersingkir pada babak 8 besar. Tapi, Messi masih sempat membuat tiga asissts. Pada edisi 2015, Messi ternyata hanya mencetak satu gol saja hingga babak 8 besar.
Sedangkan pada edisi yang terakhir yaitu Copa America 2016, Messi hingga babak 8 besar berhasil membuat 3 gol dan 2 assist. Dari data yang sudah dipaparkan tadi, tampak jelas bahwa penampilan buruk Messi pada Copa America 2019 pernah terjadi juga pada edisi 2015.
Dengan indikator hanya membuat 1 gol saja, penampilan Messi di Copa America 2019 pernah sama buruknya dengan edisi 2015. Tapi, menurut penuturan Messi sendiri, rupanya ia menganggap bahwa edisi 2019 bukan merupakan Copa America terbaik baginya.
“Ini bukan Copa America (2019) terbaik saya, tak seperti yang saya ekspektasi,” ungkap Messi, seperti yang dinukil dari Marca.
Lantas jika Messi menganggap bahwa Copa America 2019 adalah bukan yang terbaik baginya. Apa alasannya?
2. Mengungkap Alasan Atas Buruknya Penampilan Messi di Copa America 2019
Setidaknya ada 2 alasan yang mungkin bisa menjawab betapa buruknya penampilan Messi di Copa America 2019, yaitu jeleknya kualitas lapangan dan dirinya yang tidak mendapatkan teman.
Lapangan Jelek
Seusai Argentina menghempaskan perlawanan Qatar dengan skor 2-0, Messi pernah menyebut alasan mengapa dirinya tampil buruk dan gagal mencetak gol di pertandingan itu.
“Semua lapangan tempat kami bermain buruk. Bola memantul banyak dan anda perlu kontrol ekstra untuk menghentikannya,” cerita Messi seusai laga melawan Qatar di Porto Alegre, Senin (24/06/19) lalu.
Kontur lapangan yang buruk memang acap kali menjadi alasan klise dari para pemain sepak bola terkait penampilannya yang jelek. Memang benar bahwa kontur tanah yang tidak rata menyulitkan pemain untuk menguasai bola.
Bahkan, pelatih Brasil, Tite, juga mengakui bahwa lapangan di Copa America 2019 begitu buruk.
Tapi tentu permukaan lapangan yang tidak rata ikut dirasakan juga oleh pemain lainnya sehingga seharusnya itu tidak menjadi alasan. Karena pada dasarnya sebagai pemain profesional, seharusnya Messi sanggup beradaptasi terhadap segala jenis kondisi termasuk lapangan jelek.
Messi Membutuhkan Teman
Mungkin alasan kedua ini agaknya cukup bisa menjawab alasan di balik seretnya gol dari Messi. Yaitu, Lionel Messi membutuhkan seorang teman yang bisa membantunya mengkreasi serangan dari lini tengah.
Perlu diketahui pada laga pertama melawan Kolombia, Messi seperti bertarung sendirian di lini tengah melawan kerumunan lawan. Sergio Aguero yang menjadi tandemnya di lini depan hanya berdiri mematung saja di lini depan menunggu suplai bola.
Melihat skema memasangkan Messi-Aguero tidak berjalan mulus, pelatih Argentina, Lionel Scaloni mengganti duet penyerang di laga kedua melawan Paraguay. Scaloni menempatkan Lautaro Martinez menggantikan Aguero untuk menemani Messi.
Hasilnya, lini serang Argentina menjadi lebih hidup karena Lautaro mau turun ke belakang membantu Messi membangung serangan. Namun, masalah lain timbul setelah itu. Ketika Lautaro membantu Messi, tidak ada penyerang yang berdiri mematung di depan.
Scaloni pun mengubah skema tersebut dengan memainkan tiga penyerang sekaligus pada laga selanjutnya melawan Qatar yaitu dengan memainkan Lautaro-Aguero-Messi. Skema itu pun dipertahankan hingga laga melawan Venezuela tadi.
Hasilnya, Argentina sukses mencetak 4 gol dalam dua laga terakhir yang mengantarkan mereka ke babak semifinal. Tapi, tetap saja Messi masih belum mampu mencetak gol meski telah ditemani Lautaro dan Aguero.
Untuk masalah itu, kita perlu melihat bahwa Scaloni selalu mengubah pakem di lini depan yang tentu membuat Messi perlu beradaptasi lagi. Selain itu, sangat terlihat jelas bila Scaloni membangun timnya hanya untuk menopang potensi Messi.
Jika begitu, tentu rasanya seperti harapan rakyat Argentina yang mencapai 44,2 juta (pada tahun 2017) dibebankan pada seorang Lionel Messi saja. Itu bukan hal yang baik karena membebani Messi dan membuatnya tidak lepas ketika bermain.
Jika itu berlanjut terus, rasanya Argentina bakal kesulitan ketika bertemu dengan Brasil yang secara permainan lebih kompak karena tidak ada bintang yang begitu menonjol. Atau Argentina bisa saja berharap agar Messi bisa main lebih lepas dan mengamuk di semifinal nanti.