Eksklusif, Legenda Persib Bandung Bicara Rivalitas dengan Persija Jakarta
INDOSPORT.COM - Pertandingan Shopee Liga 1 2019 antara Persija Jakarta versus Persib Bandung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Rabu (10/7/19) dinilai sebagian pecinta sepak bola sebagai el clasico-nya Indonesia.
Hal itu tak lepas dari kurang harmonisnya hubungan suporter kedua kesebelasan, The Jakmania dan Bobotoh, yang membuat atmosfer duel Persija vs Persib terasa berbeda dengan laga lainnya.
Salah satu legenda Persib Bandung, Yudi Guntara, ikut bersuara soal rivalitas dengan Persija Jakarta. Ia mengaku tak pernah merasakan atmosfer sengit ini di era Perserikatan lantaran saat itu melawan Macan Kemayoran sama saja seperti pertandingan lain.
"Kalau dulu waktu zaman saya biasa saja sih, tidak menjadi suatu pertandingan besar. Kalau sekarang karena mungkin adanya rivalitas antarsuporter menjadikan di lapangan juga ikutan panas," kata Yudi kepada redaksi berita olahraga INDOSPORT, Selasa (9/7/19).
Selain itu, belakangan pemain kedua tim seperti memiliki motivasi berlipat ganda saat berhadapan satu sama lain sehingga jalannya pertandingan terasa lebih panas dari biasanya.
"Ada semacam kepuasan tersendiri sekarang, gengsi tersendiri kalau salah satu bisa mengalahkan. Itulah yang membuat pemain termotivasi untuk bermain maksimal di atas lapangan," cetus Yudi.
"Zaman dulu biasa saja, malah kami mengadu teknik di lapangan dan tidak menjurus kasar. Kalau sekarang kan ada bumbu-bumbu seperti itu sedikit," jelasnya.
Yudi menuturkan bahwa rivalitas yang ia rasakan saat masih menjadi pemain yakni ketika menghadapi PSMS Medan mengingat kedua raksasa Perserikatan ini memiliki catatan pertemuan yang selalu berlangsung ketat.
Sehingga, rivalitas yang terjadi antara PSMS dan Persib lebih ke arah gengsi dan adu prestasi untuk membalas kekalahan yang dialami pada pertandingan sebelumnya, terlebih final Perserikatan 1985.
"Dulu rival kami zaman perserikatan ya PSMS Medan, satu-satunya ya mereka. Karena mungkin punya sejarah, Persib seolah-olah tak bisa mengalahkan PSMS di final edisi 1984 dan 1985. Jadi ramai dulu," ujarnya.
"Penonton selalu saja penasaran kalau lawan Medan. Melawan Persija biasa saja, jadi rivalitas itu seharusnya terbangun karena prestasi di lapangan, bukan karena persitiwa di luar lapangan," tandasnya.