Ironi Krzysztof Piatek dan Nasib Sial Nomor Sembilan di AC Milan
INDOSPORT.COM - Bagi Krzysztof Piatek, menggunakan nomor sembilan di AC Milan adalah ironi. Ia berani menelan ludahnya sendiri sekaligus nekat melawan nasib sial yang telah menghantui nomor keramat tersebut selama bertahun-tahun.
Bomber kelahiran Dzierzoniow ini dengan bangga mengumumkan sesuatu ketika kalender Masehi menunjukkan tanggal 9 Juli 2019. Ia memamerkan nomor punggung barunya sesuai dengan nomor tanggal yang sama.
Piatek seakan lupa dengan apa yang pernah diucapkannya. Ketika mendarat di Milan pada Januari 2019, ia ditawari nomor sembilan. Seakan mengetahui kutukan nomor tersebut di AC Milan, ia secara tegas menolaknya.
“Saya memutuskan untuk tidak memakai nomor sembilan karena bisa membawa nasib sial kepada striker AC Milan,” ucap Piatek dilansir dari laman sepak bola Calciomercato.
Saat itu, Leonardo yang masih menjabat sebagai direktur olahraga pun menyetujui keputusan Piatek. Pria asal Brasil itu merasa sang bomber harus terlebih dahulu ‘bekerja keras’ untuk meraih nomor sembilan, bukan pemberian semata.
Ternyata, takdir pun membawa Piatek ke tempat yang baik. Dengan nomor punggung 19, ia mengakhiri musim 2018/19 dengan catatan 0,5 gol per laga. Torehan 11 gol dari 21 penampilan membuatnya jadi oase di tengah sulitnya Rossoneri mencari pengganti Filippo Inzaghi.
Namun, nomor sembilan tetaplah nomor sembilan. Nomor inilah yang ikut menenggelamkan karier sepak bola Inzaghi, dan nomor inilah yang juga menenggelamkan reputasi delapan pemain ‘penerus’ Inzaghi.
Dengan ancaman nasib sial di atas, Piatek seolah tidak ada takut-takutnya. Karier delapan pemain yang mengenakan nomor ‘keramat’ pasca-Inzaghi tak kunjung kembali bersinar, bahkan setelah hengkang.
Sekadar informasi, usia Piatek masih 24 tahun dan sangat disayangkan jika ia gagal. Dalam semusim ke depan, publik sepak bola dunia akan melihat nasib yang akan dialami Piatek.
Jika tak mampu melawan nasib, dirinya mungkin saja kembali ke tim gurem Serie A Italia. Mungkin, seburuk-buruknya takdir, ia bakal terdepak ke tanah kelahirannya, Polandia.
1. Deretan Nasib Sial Nomor Sembilan, Ada Fernando Torres
Semenjak lepas dari Filippo Inzaghi pada musim panas 2012, tak ada yang bisa menyandang nomor sembilan di Casa Milan dengan gagah. Sederet nama besar dibuat lenyap hanya dengan sebuah 'nomor'.
Alexandre Pato menjadi korban pertama selepas Inzaghi. Si Bebek dari Brasil ini hanya menyarangkan dua bola ke jala lawan usai hanya bermain tujuh kali. Nomor sembilan akhirnya turut mendepak Pato dari San Siro ke Corinthians pada musim panas 2013.
Nasib sial berlanjut pada musim 2013/14. Milan memberikannya kepada Alessandro Matri. Jebolan akademi Milan ini didatangkan usai tampil menawan bersama Cagliari dan Juventus. Bisa ditebak, ia hanya mencetak satu gol dari 18 penampilan bersama Rossoneri.
Musim 2014/15 belum kunjung memutus rentetan kesialan. Fernando Torres dan Mattia Destro bergantian mengenakannya. Namun, dari keduanya, tak ada yang mampu tampil impresif.
Datang dengan status pinjaman pada Agustus 2014, Torres hanya mampu mengulang kisah Chelsea-nya. Ia cuma bisa mencetak satu gol dari 10 penampilan dan gagal mewujudkan ambisinya untuk menjadi seperti Inzaghi, lantaran hanya sanggup menjebol gawang tim kurcaci, Empoli.
2. Kutukan Nomor 9 di AC Milan yang Terus Berlanjut
Nomor sembilan kemudian dialihtugaskan kepada Destro pada paruh kedua. Mewarisi nasib Torres, ia mencetak gol pertamanya ke gawang Empoli.
Kesialannya setitik lebih baik dengan catatan tiga gol dari 15 laga, namun tetap saja itu bukanlah yang terbaik bagi seorang bomber Rossoneri.
Nasib Torres dan Destro menular ke Luiz Adriano. Nomor sembilan yang ia kenakan lagi-lagi membawanya mencetak gol debut Serie A Italia ke gawang Empoli, tapi ujung-ujungnya, dari 29 penampilan, striker yang didatangkan dari Shakhtar Donetsk ini cuma mampu mencetak enam gol.
Kutukan ini berlanjut kepada Gianluca Lapadula, Andre Silva, dan Gonzalo Higuain. Entah apa yang membuat AC Milan memberikan nomor sembilan ke Lapadula.
Mungkin, sebelumnya ia memang mencetak 27 gol dalam semusim bersama Pescara. Tetapi, sejak mendarat Milan hingga dilepas ke Genoa, ia tak mampu menembus 10 gol semusim.
Andre Silva yang diboyong dari FC Porto seharga 40 juta euro (631 miliar rupiah) mungkin tak menduga akan memiliki masa depan suram. Bayaran tersebut hanya membuat Milan mendapatkan sepuluh gol dari 40 penampilannya, padahal, dengan jumlah laga yang sedikit, Silva bisa mencetak 21 gol di Porto.
Catatan gol seorang Higuain pun menemui turunan tajam. Sebelum mendarat di Milan, ia mencetak 91 gol dari 146 laga untuk Napoli, serta 55 gol dari 105 penampilannya bersama Juventus. Namun, nomor sembilan di Milan membuat jumlah pundi-pundi golnya mengering.
Bayaran peminjaman 18 juta euro (285 miliar rupiah) per musim untuk Higuain hanya membuatnya mencetak delapan gol dari 22 penampilan. Hanya separuh musim, ia terdepak ke Chelsea dan hingga kini masih belum subur seperti sediakala.
Dengan rangkuman ‘mengerikan’ ini, publik sepak bola dunia sulit memastikan apakah Piatek bisa mengemban tugasnya dengan baik. Namun, para tifosi tentu ingin kembali melihat aksinya sebagai salah satu bomber tertajam Serie A Italia 2019/20.