Septian David Maulana: Dulu Nangis Gagal Nonton PSIS Semarang, Kini Jadi Bintangnya
INDOSPORT.COM – Nama Septian David Maulana menjadi salah satu rekrutan baru PSIS Semarang pada musim kompetisi Liga 1 2019. Ia didatangkan bersama pemain lainnya untuk memperkuat pola permainan Laskar Mahesa Jenar yang memiliki target lebih tinggi musim ini dibandingkan tahun lalu.
Bergabungnya sang pemain ke Laskar Mahesa Jenar memiliki arti ia pulang ke kampung halaman sendiri. Pemain 22 tahun itu memang lahir dan dibesarkan di Kota Semarang dan mengenyam pendidikan di kota yang identik dengan bangunan Tugumuda tersebut.
Sebelumnya Septian David Maulana bergabung bersama Mitra Kukar sejak tahun 2015 dan menetap di Tenggarong hingga akhir musim kompetisi tahun 2018. Setelah ia gagal menyelamatkan Naga Meges dari jeratan degradasi, pilihan hatinya berlabuh di PSIS yang merupakan tim idolanya sejak kecil.
Nama pemain yang kerap menggunakan nomor 29 ini juga dikenal kerap berseragam Timnas Indonesia. Karirnya dimulai dari Timnas Pelajar hingga terakhir membela Timnas senior di ajang Piala AFF 2018.
Ia pun terdaftar menjadi salah satu pemain Timnas Indonesia U-23 yang bermain dalam ajang Asian Games 2018. Kepada INDOSPORT, Septian David Maulana bercerita tentang awal pemilihan sepak bola sebagai bidang yang ia tekuni sampai bisa mengenakan jersey PSIS yang kerap ia tonton sejak kecil.
Berikut petikan wawancara dengan Septian David Maulana pada Jumat (12/07/19) yang dilakukan di mess PSIS:
1.Ikut SSB karena Stick Billiard
INDOSPORT: Bagaimana perjalanan awal karir seorang Septian David Maulana di bidang sepak bola?
Septian David: Awal mulanya saya menempa sekolah sepak bola (SSB) di Baladika, Kota Semarang sejak kelas 4 sekolah dasar. Saat itu hampir semua olahraga bisa saya lakukan karena mendapat turunan dari Bapak yang memang gemar dan bisa berolahraga. Saat itu Bapak bilang “jika semua kamu tekuni tidak akan ada yang jadi, maka pilihlah salah satu.”
INDOSPORT: Mengapa sepak bola menjadi cabang yang dipilih?
Septian David: Saat itu saya pernah minta stick billiard dan dimarahin karena mungkin orang tua takut dampak negatifnya, setelah kena marah akibat stick billiard baru kemudian orang tua saya mencarikan sekolah sepak bola yang latihan perdananya di Stadion Jatidiri. Pemilihan sepak bola karena itu merupakan olahraga yang paling saya gemari.
2. Awal Perjalanan ke Timnas Indonesia
INDOSPORT: Bagaimana awal cerita Septian David bisa berkiprah di Timnas?
Septian David: Ketika saya mau masuk SMA, SSB Baladika mengikuti turnamen yang diselenggarakan Manchester United dan berhak mewakili Jawa Tengah ke tingkat nasional. Walaupun hanya juara tiga, Alhamdulillah saya dinobatkan menjadi pemain terbaik kala itu. Setelah itu mendapat panggilan Timnas pelajar dan mengikuti turnamen di Laos.
Tak selama setelah turnamen itu, Yeyen Tumena menelfon saya untuk seleksi dengan skuat SAD yang dikirim ke Uruguay. Saya kembali lolos dan berangkat kesana selama setengah tahun.
INDOSPORT: Bagaimana Indra Sjafri bisa tertarik memanggil Anda ke skuat Timnas U-19?
Septian David: Setelah saya pulang dari Uruguay kemudian bergabung dengan PPLP Jawa Tengah. Waktu tim PPLP uji coba dengan Porprov Pati ada coach Indra Sjafri yang menyaksikan langsung. Nah, setelah itu ada tiga sampai empat orang yang diundang mengikuti seleksi Timnas U-19 di Yogyakarta.
Awalnya kecoret, namun setelah itu Timnas U-19 justru beruji coba dengan PPLP Jawa Tengah dan saya dipantau lagi. Alhamdulillah akhirnya kembali mendapat panggilan dan bertahan hingga Piala AFF yang juara pada tahun 2013.
3.Awal Mula Kecintaan pada PSIS
INDOSPORT: Berapa kali diajak Bapak Nonton PSIS?
Septian David: Sudah tidak bisa dihitung juri, hampir setiap pertandingan selalu menonton PSIS main dan beberapa kali menjadi anak gawang karena kebetulan kan ikut SSB. Betapa senangnya bisa menonton dari dekat dan bertemu pemain idola seperti Maman, I Koman Putra, dan M. Ridwan
INDOSPORT: Apa momen yang diingat ketika nonton PSIS pada masa kecil?
Septian David: Saat itu momen final Liga Indonesia tahun 2006 dan berangkat ke Solo bersama Bapak naik motor. Setelah sampai sana tidak dapat tiket dan saya nangis. Setelah beberapa kali mencari tiket akhirnya dapat, namun setelah masuk justru di tribun fans Persik Kediri dan keluar lagi demi keamanan kami.
Akhirnya nonton di warung dekat Stadion Manahan sambil makan. Saya pun semakin tidak bisa menahan tangis. Setelah itu Bapak berpesan ke saya “Makane dadio pemain le”. Pesan itu sampai sekarang saya ingat dan Alhamdulillah terwujud hingga saya bisa seperti sekarang.
INDOSPORT: Bergabung dengan PSIS berarti memang cinta?
Septian David: Ya memang cintanya PSIS hingga saat ini.
4. PSIS sebagai Prioritas Utama
INDOSPORT: Bagaimana awal cerita bisa bergabung bersama PSIS?
Septian David: Sejak PSIS promosi tahun 2017 saya selalu menunggu tawaran serius dari manajemen. Sempet ada pembicaraan saat itu namun baru berjodoh pada tahun 2019 ini setelah beberapa petinggi klub seperti Bos Yoyok, Pak Khairul, dan Bos Liluk.
INDOSPORT: Mengapa langsung menyetujui untuk bergabung?
Septian David: PSIS merupakan prioritas utama dan saya memang ingin pulang. Setelah dilakukan beberapa pertemuan akhirnya kami menemukan kata sepakat. Orang tua pun sangat mendukung karena dekat dengan rumah juga kan. Suporter disini juga banyak dan setiap pertandingan selalu ditonton langsung oleh orang tua sehingga main benar-benar pakai hati.
INDOSPORT: Bagaimana proses adaptasi disini?
Septian David: Beberapa pemain PSIS merupakan rekan saya di PON Jabar 2018 seperti Rio Saputro, Soni Setiawan dan Heru Setyawan. Selain itu dulu saat libur juga sering main bola bareng di Semarang sama Hari Nur dan Fauzan Fajri. Jadi tidak menemukan kesulitan dalam beradaptasi.
INDOSPORT: Sering ngobrolin PSIS di Timnas sama pemain asal Semarang tidak?
Septian David: Beberapa kali sih sama Awan Setho dan Ricky Fajrin. Kami ngobrolin perkembangan PSIS, walaupun saat itu belum berseragam biru namun hati kami sebenarnya tetap biru.
INDOSPORT: Bagaimana rasanya dianggap sebagai wonderkid dan pemain bintang?
Septian David: Itu sebuah tantangan dan saya sendiri sebagai pemain ingin memberi efek positif bagi PSIS dan lebih berprestasi dari musim-musim sebelumnya.
INDOSPORT: Apa harapan untuk PSIS musim ini?
Septian David: Semua pemain ingin selalu menang, tetapi tetap butuh kerja keras dan semoga bisa melebihi target delapan besar yang ditetapkan manajemen. Dan semoga Stadion Jatidiri cepat selesai dan segera merumput di sana.
5. Alasan Nomor 29
INDOSPORT: Mengapa memilih nomor 29?
Septian David: Itu merupakan tanggal dan bulan kelahiran saya. 2 September sehingga 29 dipilih, sebenarnya sempat ingin nomor 9 tapi orang tua menyarankannya 29 sehingga kemudian mantap pilih nomor tersebut.
6. Ingin Selesaikan Kuliah
INDOSPORT: Apakah ingin menyelesaikan kuliah di UNY?
Septian David: Pastinya sangat ingin. Apalagi sekarang dekat dan orang tua memang selalu mendorong saya untuk menyelesaikan kuliah dan segera memperoleh gelar sarjana.