Tampil Buruk di Liga 1 2019, Ada Apa Dengan Semen Padang?
INDOSPORT.COM - Awal Shopee Liga 1 2019 menjadi musuh terbesar Semen Padang. Tercatat dari 8 pertandingan yang telah dijalani, klub sepak bola berjuluk Kabau Sirah ini tak mampu meraih satu kemenangan pun dan harus berada di dasar klasemen. Tentu hasil ini membuat orang bertanya-tanya, ada apa dengan Semen Padang?
Hingga pekan ke-10 Shopee Liga 1 2019, Semen Padang hanya mampu mengumpulkan tiga poin saja. Itupun didapatkan dari tiga hasil imbang kontra Persib Bandung, Persipura Jayapura dan PSS Sleman. Sisanya, berakhir dengan kekalahan.
Hasil minor ini turut diikuti dengan permainan para punggawa Kabau Sirah yang dinilai masih jauh dari kata memuaskan, khususnya para pemain asingnya Karl Max Barthelemy, Marcio Barcia, dan Jose Sardon. Mungkin hanya Shukurali Pulatov saja yang masih sedikit lebih baik dari ketiganya.
Dengan catatan tersebut sang pelatih, Syafrianto Rusli, terpaksa menanggalkan jabatannya setelah dikalahkan 1-3 dari Tira-Persikabo di pekan ke-6 Shopee Liga 1 2019.
Asisten pelatih, Weliansyah pun ditunjuk sebagai pelatih sementara dan telah resmi diperkenalkan sebagai pelatih utama pada Jumat (26/07/19). Namun catatan minor Semen Padang nyatanya masih tetap berlanjut di bawah tangan dingin Welliansyah.
Hal tersebut membuat orang bertanya-tanya, ada apa dengan Semen Padang pada musim ini? Apa yang salah dari klub kebanggaan Urang Awak tersebut?
1. Minimnya Kontribusi Pemain Asing
Hingga pekan ke-10, para pemain asing Semen Padang bisa dikatakan belum bisa memberikan kontribusi yang berarti untuk Kabau Sirah. Barcia dan Karl Max yang digadang-gadang akan menjadi tulang punggung, justru melempem sepanjang Shopee Liga 1 2019 berlangsung.
Bahkan untuk Barcia, ia lebih banyak naik meja operasi dibandingkan bermain di lapangan hijau pada awal musim ini. Tercatat gelandang asal Argentina tersebut baru memainkan dua pertandingan saja.
Sedangkan Karl Max, ia belum bisa menjalankan tugasnya sebagai juru gedor dengan apik sepanjang tujuh pertandingan yang telah dimainkan. Bahkan, Karl Max baru bisa mencetak gol pada pekan ke-8 kontra Bhayangkara FC.
Bagaimana dengan Sardon dan Pulatov? Keduanya bisa dikatakan masih sedikit lebih baik dari dua nama yang sebelumnya disebutkan. Namun, Pulatov dan Sardon juga masih jauh dari kata memuaskan.
Catatan ini sejatinya menjadi pekerjaan rumah untuk tim pelatih, serta manajemen Semen Padang. Setidaknya sebelum putaran 1 berakhir, mereka wajib melakukan evaluasi terhadap pemain asingnya.
Tekanan Para Suporter
Kembalinya Semen Padang ke kasta tertinggi sepak bola Indonesia, nyatanya memang sangat membanggakan. Namun, perlu diingat, Semen Padang adalah salah satu tim promosi dari Liga 2. Artinya, di atas kerta secara komposisi, Kabau Sirah masih di bawah dari klub-klub Liga 1 yang sudah terlebih dahulu ada di kasta tertinggi.
Sayang, hal tersebut belum bisa diterima oleh para penggemar Semen Padang yang menutut tim kesayangannya ini bisa bermain apik sejak awal musim. Tuntutan ini wajar-wajar saja sebenarnya, namun melakukan protes pada turnamen pra-musim lah yang tidak wajar.
Seperti yang sudah diketahui, pada gelaran Piala Presiden lalu, suporter Semen Padang lantang menyuarakan adanya pergantian pelatih di kubu Kabau Sirah. Mereka tidak yakin dengan kualitas Syafrianto Rusli yang kala itu menjabat. Padahal Syafrianto lah yang membawa Semen Padang kembali ke Liga 1.
Pada laga Piala Presiden 2019 kontra Bali United. Para kelompok suporter Semen Padang yang datang ke Stadion Patriot Candrabhaga, secara mengejutkan terlibat perselisihan dengan pemain Semen Padang.
Kejadian tersebut disinyalir dengan adanya nyanyian 'ganti pelatih' yang disuarakan mereka saat para pemain masuk ke ruang ganti. Hal tersebut berhasil menyulut emosi para pemain Semen Padang. Perselisihan pun tak terhindarkan lagi.
Syafrianto sendiri pernah menanggapi hal ini dengan mengatakan untuk bersbar, mengingat masih banyak persipan yang harus dilakukan. Dirinya siap mundur apabila mengalami tiga kekalahan secara berturut-turut.
"Saya ini seperti bangun tim lagi, dari Liga 2 2018 hanya tinggal Irsyad Maulana saja."
"Saya terima saja kalau dinilai tidak mampu di Semen Padang, saya siap mundur. Bahkan dalam perjanjian kontrak bila saya kalah tiga kali berturut-turut di Liga saya mundur."
"Saya bilang, tim ini masih dalam persiapan dan pemainnya juga belum lengkap. Ke depannya saya akan bicara ke manajemen, kalau suporter mau duduk bersama ya silahkan saja," ucapnya.
Bisa dibilang tekanan inilah yang secara tidak langsung membuat Semen Padang tidak konsisten sepanjang putaran Liga 1 2019 berlangsung.