Profil Klub Liga Primer Inggris 2019/20: Manchester United, Raja Inggris yang Realistis
INDOSPORT.COM - Kompetisi sepak bola kasta tertinggi di Inggris, Premier League musim 2019/20 kurang beberapa hari lagi akan segera dimulai, tepatnya pada 11 Agustus 2019 mendatang.
Tim-tim peserta pun sudah mulai berbenah dan mempersiapkan diri demi mengejar ambisi meraih prestasi, serta hasil maksimal pada akhir musim nanti salah satunya adalah Manchester United.
Sebagai tim tersukses di Liga Primer Inggris dengan koleksi 20 trofi, serta sederet pemain bintang yang dimilikinya, The Red Devils sudah selayaknya bangkit dan mengakhiri puasa gelar sejak tahun 2013.
Musim lalu, Manchester United hanya mampu finis di posisi ke-6 dengan koleksi 66 poin hasil dari 19 kali menang, 9 kali imbang dan 10 kali kalah.
Hal tersebut membuat mereka harus absen di gelaran Liga Champions musim ini, dan hanya bisa tampil di Liga Europa yang pernah mereka menangkan pada tahun 2017 lalu.
"Kami harus memiliki target lebih dari sekedar finis empat besar. Saya lebih suka menjadi orang yang optimis tapi salah daripada menjadi pesimis tapi benar. Saya memang tidak terbiasa finis di posisi kelima atau keenam, tapi di sanalah kami berada saat ini," ujar pelatih Man United, Ole Gunnar Solskjaer dilansir dari BBC Sports.
Karenanya demi mewujudkan ambisi tersebut, Soslkajer pun berharap anak asuhnya tampil konsisten di setiap pertandingan.
Di sisi lain, dirinya juga realistis melihat peta persaingan musim ini, karena beberapa tim rival masih dalam level permainan yang konsisten meski tidak banyak membeli pemain bintang.
"Kami harus bermain dengan sangat konsisten. Anda bisa lihat dua tim teratas musim lalu (Liverpool dan Man City), mereka benar-benar bermain dengan konsisten,"
"Kami harus bisa membawa diri kami seperti mereka, sehingga kami bisa belajar dari mereka dan itu akan menjadi pengalaman yang sangat bagus untuk kami," katanya.
Lebih lanjut, juru taktik asal Norwegia itu membeberkan bahwa untuk mencapai konsistensi yang ia inginkan, sesi tanding di pramusim akan memegang peranan yang krusial.
Dan benar saja, hasilnya cukup memuaskan. Dari enam pertandingan yang dilakoni selama jeda pramusim, Manchester United berhasil menyapu bersih dengan kemenangan.
Termasuk menang atas Inter Milan 1-0, Tottenham 2-1, dan AC Milan dengan skor akhir penalti 5-4 di ajang International Champions Cup (ICC) 2019.
"Tentu saja pra musim ini sangat penting karena kami menanamkan fondasi permainan kami dan juga memulihkan kebugaran kami."
"JIka kami bisa mempelajari taktik dengan baik dan memiliki mentalitas yang tepat, maka kami bisa menyatukan tim ini menjadi satu dan itu sangat penting bagi kami," tandasnya.
1. Bedah Taktik dan Skuat
Berbeda di musim-musim sebelumnya, kali ini Manchester United di bawah asuhan Ole Gunnar Solskjaer tidak banyak melakukan pergerak di bursa transfer musim panas ini.
Hal itu bisa dilihat dari tiga pemain yang baru didatangkan, yakni Aaron Wan-Bissaka dari Crystal Palace, Daniel James dari Swansea City dan Harry Maguire dari Leicester City.
Kendati baru mendatangkan tiga pemain anyar, Solskjaer nampaknya merasa cukup puas dengan kondisi timnya saat ini setelah melakoni enam pertandingan di pramusim yang berhasil disapu bersih dengan kemenangan.
"Kami terlihat bagus. Tentu saja kami masih mengerjakan beberapa hal selama musim panas. Itu tidak pernah mudah," ujar Solskjaer kepada Sky Sports News.
"Klub sudah sangat bagus dan bursa sangat sulit. Kami sedang mencoba untuk sampai di awal musim dengan skuat yang kami inginkan."
Meski menuai hasil positif, bukan berarti The Red Devils sempurna. Sebab masih ada beberapa hal yang harus diperbaiki Solskjaer, jika ia ingin mengangkat trofi di akhir musim nanti.
Jika dilihat dari pemain yang diturunkan pada turnamen pramusim ICC 2019, susunan starting XI intu United sebenarnya sudah terlihat jelas. Meski tak menutup kemungkinan akan melakukan beberapa perubahan, karena mereka masih memburu beberapa pemain baru seperti Paulo Dybala dan Harry Maguire.
Poros Ganda Lini Tengah Jadi Mesin Utama
Mengandalkan formasi 4-2-3-1, Man United mengandalkan dua pemain tengah untuk tampil spartan, sebagai kunci permainan. Posisi tersebut ditempati oleh Scott McTominay/Nemanja Matic dan Paul Pogba.
Ketiganya mempunyai tugas yang sebarnya hampir sama, yakni memenangi bola di lini tengah sehingga bisa menguasai jalannya pertandingan. Hanya saja, perannya yang berbeda.
Nemanja Matic dan Scott McTominay yang mempunyai postur badan cukup tinggi, berperan sebagai ball-winning midfielder. Fokusnya lebih ke menjaga kedalam, dan mematahkan setiap serangan lawan.
Maka dari itu kita bisa lihat baik Matic maupun McTominay, jarang berada di area sepertiga akhir kecuali situasi bola mati.
Sementara Paul Pogba, punya peran lebih kompleks. Meski sama-sama berfokus jadi lini penyeimbang, hanya saja ia lebih konsentrasi untuk menyerang. Selama ini peran seperti itu biasa disebut dengan istilah gelandang box-to-box.
Pada saat mendapatkan bola di tengah, Pogba dapat melewati lawan atau memenangi duel lainnya. Sehingga ia punya opsi terbuka terhadap gawang, untuk kemudian menembak atau memberi umpan.
Keleluasaan Pogba terhadap taktik bermain yang diterapkan oleh Manchester United, membuatnya tampil trengginas. Hal itu bisa dilihat ketika Solskjaer masuk menggantikan Jose Mourinho pada Desember 2018 lalu.
Berdasarkan catatan Opta, Paul Pogba terlibat dalam empat gol (2 gol dan 2 assist) yang diciptakan Manchester United di dua laga kepemimpinan Solskjaer. Sementara torehan yang sama (1 gol dan 3 assist) tersebut baru bisa diciptakan pemain asal Prancis itu di 12 laga bersama Mourinho.
Hal semacam ini yang tak dipunyai pemain Man United lain (dalam tiga musim terakhir), sehingga pilihannya hanya memberi umpan ke sayap, bahkan ke belakang.
Mencari Variasi Lini Serang, dan Menutupi Boroknya Lini Belakang
Meski skema utama Manchester United sudah terbentuk seperti yang dijabarkan di atas, Solskjaer tetap saja tetap membutuhkan variasi serangan, untuk diperlukan ketika berhadapan dengan lawan yang memiliki taktikal bertahan cukup kuat dan serangan yang mematikan di lapangan.
Hal ini sudah diuji ketika mereka berhadapan dengan Barcelona di perempatfinal Liga Champions serta melawan Liverpool dan Manchester City di Liga Primer Inggris musim lalu.
Penetrasi yang dilakukan belum berhasil menciptakan banyak peluang matang, serta sulitnya membongkar pertahanan lawan sehingga membuat Romelu Lukaku terbelenggu di lini depan.
Di sisi lain, kelemahan lainnya juga ada di lini bertahan yang digawangi oleh Phill Jones, Chris Smalling, Marcos Rojo, Victor Lindelof, dan Eric Bailly musim lalu.
Tiga nama awal kerap melakukan blunder-blunder fatal, dan hanya Lindelof yang mampu bermain konsisten bersama Eric Bailly.
Sayangnya, Bailly harus absen di awal-awal musim ini karena cedera di pramusim. Namun, masalah tersebut bisa diatasi dengan kehadiran Maguire dan Wan-Bissaka yang tampil mengesankan selama pramusim.
Skuat Manchester United di Liga Primer Inggris 2019/20 (per 6 Agustus 2019)
Kiper: David De Gea, Sergio Romero, Joel Pereira, Lee Grant
Bek: Victor Lindelof, Eric Bailly, Phil Jones, Chris Smalling, Marcos Rojo, Axel Tuanzebe, Luke Shaw, Ashley Young, Aaron Wan-Bissaka, Diogo Dalot, Matteo Darmian, Timothy Fous-Mensah, Harry Maguire.
Tengah: Nemanja Matic, Paul Pogba, Fred, Scott McTominay, Juan Mata, Andreas Pereira, Daniel James, Jesse Lingard.
Depan: Anthony Martial, Marcus Rashford, Romelu Lukaku, Alexis Sanchez.
2. Pelatih: Ole Gunnar Solskjaer
Musim ini Manchester United akan menapaki asa baru bersama sang legenda mereka, Ole Gunnar Solskjaer. Pelatih berusia 46 tahun itu ditunjuk jadi pelatih menggantikan Jose Mourinho pada Desember 2018 lalu.
Awalnya, Solskjaer didapuk sebagai caretaker untuk sisa pertandingan musim lalu. Akan tetapi kehadirannya membawa dampak positif dan mengembalikan Paul Pogba cs ke jalur kemenangan.
Salah satu catatan mengejutkannya adalah ketika membawa United tidak terkalahkan dalam 11 pertandingan secara beruntun, serta mampu menyingkirkan Paris Saint-Germain di babak 16 besar Liga Champions 2018/19.
Terkesan dengan hasil tersebut, manajemen pun memutuskan untuk menaikan status menjadi pelatih permanen. Ia dikontrak hingga tahun 2022 mendatang dengan target juara di setiap kompetisi yang diikuti.
Akan tetapi keputsan memberi kontrak pelatih permanen terhadap Solskjaer sempat mendapat kritikan, khususnya di kalangan fans Setan Merah.
Apalagi setelah performa tim mengalami penurunan di 12 pertandingan akhir, terutama usai dikalahkan Arsenal di Liga Primer Inggris dengan skor 0-2.
Sejak saat itu, United hanya bisa meraih 2 kali kemenangan dan dua hasil imbang di semua kompetisi. 8 laga sisanya berakhir dengan kekalahan.
Hal tersebut membuat Solskjaer dinilai bukanlah sosok yang tepat, karena ia minim pengalaman menangani tim sekelas Manchester United meski pernah melatih di Inggris.
Kala itu ia sempat menangani Cardiff City pada musim 2013/14. Sayang, dirinya gagal menyelamatkan Cardiff dari degradasi pada musim tersebut, di mana saat itu finis di dasar klasemen.
Dari 30 laga yang dilaluinya bersama The Bluebird, ia hanya mencatatkan sembilan kemenangan, lima imbang, dan 16 kalah.
Namun mantan pemain Manchester United, Robin van Persie meminta para pendukung untuk sabar dan tetap mendukung Ole Gunnar Solskjaer. Karena menurutnya, sukses membutuhkan waktu.
"Standar sukses yang ditetapkan di MU sangat tinggi. Terlihat kejam memang meski mereka sudah meraih gelar di luar Premier League," kata Van Persie seperti dilansir BT Sports.
"Manchester United harus meniru Manchester City dan Liverpool yang memberikan kesempatan untuk mengembangkan filosofi manajernya. Mungkin pada musim pertama mereka meraih gelar, musim berikutnya tidak sama sekali, atau musim selanjutnya meraih tiga gelar sekaligus," paparnya.
Pemain Bintang: David De Gea
David De Gea diyakini masih akan jadi pemain kunci di Manchester United musim depan, dalam upaya mereka bersaing merebut gelar Liga Primer Inggris.
Ketangguhannya di bawah mistar gawang dan mempunyai refleknya yang luar biasa, membuatnya kerap jadi figure penting dalam mendapatkan poin meski lini bertahan timnya yang kadang-kadang tampil melawak.
Musim lalu, penampilan De Gea memang sedikit meredup karena hanya mampu menciptakan 7 kali clean sheet. Hal itu juga tidak lepas dari performa buruk yang ditampilkan oleh rekan-rekannya di lini belakang.
Karena itulah De Gea sering berjibaku menyelamatkan gawangnya dari serangan-serangan lawan. Ia bahkan menempati urutan ke-4 sebagai kiper yang banyak melakukan penyelamatan, dengan 122 saves.
Namun, dengan kehadiran dua pemain belakang baru Wan-Bissaka dan Harry Maguire, serta sudah mulai beradaptasinya Victor Lindelof bukan tidak mungkin lini pertahanan Manchester United musim depan, bisa tampil jauh lebih baik dan tangguh dengan kehadiran David De Gea.