Bahan Evaluasi Timnas Indonesia U-18 Usai Ditumbangkan Malaysia
INDOSPORT.COM – Timnas Indonesia U-18 gagal melangkahkan kaki ke final Piala AFF U-18 2019 setelah disingkirkan Malaysia pada babak semifinal. Tim Garuda Nusantara tumbang 3-4 atas rivalnya tersebut, Sabtu (17/08/19).
Padahal, Timnas Indonesia U-18 telah memainkan permainan cukup apik sepanjang pertandingan. Meski tertinggal lebih dulu, Bagus Kahfi dkk. tetap menunjukkan mental petarung pada laga tersebut.
Sayangnya, strategi yang diterapkan pelatih Malaysia Bradley Maloney begitu jenius hingga akhirnya membuat Timnas Indonesia U-18 tertunduk di akhir pertandingan. Ia sepertinya sudah memahami gaya permainan Timnas U-18, yang cenderung memanfaatkan kecepatan di sisi sayap.
Pelatih Fakhri Husaini pun seharusnya bisa belajar banyak dari kekalahan yang mereka alami di babak semifinal Piala AFF U-18 2019. Karena ada beberapa aspek yang harus dievaluasi oleh Fakhri Husaini untuk membawa Timnas Indonesia U-18 berbicara banyak di kancah internasional.
Fokus Pertahanan
Masalah fokus pertahanan nampaknya sudah menjadi sebuah penyakit kambuhan bagi Timnas Indonesia di semua level, termasuk U-18. Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi, jika pertahanan Timnas Indonesia begitu kendor ketika memasuki pertengahan laga.
Yang lebih menyakitkann, penyakit kambuhan ini menyerang sistem pertahanan saat Timnas Indonesia sedang unggul dari sang lawan. Sungguh sebuah penampakan yang nampaknya sudah bosan dinikmati oleh para penikmat sepak bola Indonesia.
Seluruh jajaran pelatih Timnas Indonesia di semua level, termasuk Fakhir Husaini pun harus mencari vaksin yang ampuh untuk membasmi virus di lini pertahanan tim. Salah satu cara yang mudah untuk membasmi penyakit ini adalah dengan meningkatkan fokus sepanjang laga.
Tak hanya sekedar fokus, namun para pemain bertahan Timnas Indonesia U-18 juga harus sedikit bersabar saat merebut bola dari kaki sang lawan, terlebih saat mereka berada di area penalti.
Apabila melihat dari apa yang terjadi pada laga Timnas Indonesia U-18 vs Malaysia U-18 kemarin, Dewangga Santosa dkk. Terlalu agresif saat mengantisipasi pergerakan lawan di daerah pertahanannya. Alhasil, cukup banyak pelanggaran yang akhirnya merugikan tim.
Hal itu terbukti ketika tiga gol yang dilesatkan Malaysia berawal dari bola mati, termasuk penalti. Berkaca dari hal itu, seharusnya Fakhri Husaini bisa meminta para pemain bertahan Timnas Indonesia U-18 lebih tenang dan fokus.
Berani Lakukan Perubahan
Fakhri Husaini tidak pernah melakukan perubahan skema sepanjang Piala AFF U-18 2019 ini. Bahkan saat sudah dipastikan lolos, mantan pemain PKT Bontang tersebut tetap menggunakan skema favoritnya, yakni 4-3-3.
Ahasil, secara tidak sadar gaya permainan Timnas Indonesia U-18 dapat dengan mudah dibaca oleh lawan. Itulah yang terjadi pada pertandingan semifinal Piala AFF U-18 2019 antara Timnas Indonesia U-18 vs Malaysia U-18.
Pelatih Malaysia Bradley Maloney meminta kiper Izhan Nazrel untuk rajin keluar dari sarangnya demi mengantisipasi ciri khas gaya permainan Timnas Indonesia U-18, yakni umpan-umpan direct yang ditujukan kepada winger cepat di sisi lapangan. Situasi ini membuat Timnas U-18 kesulitan membongkar pertahanan Malaysia.
Belajar dari kekalahan atas Malaysia ini, Fakhri Husaini pun disarankan untuk berani melakukan perubahan dalam gaya bermainnya. Hal ini perlu dilakukan agar sang lawan tidak bisa dengan mudah membaca permainan Timnas Indonesia U-18.
Maka dari itu, Fakhri Husaini harus berani melakukan perubahan dengan memanfaatkan kualitas pemain tengah Timnas Indonesia U-18, seperti Beckham Putra dan Brylian Aldama. Ditambah David Maulana yang kerap kali memberikan ancaman dari luar kotak penalti.
Daripada harus membiarkan Mochamad Supriadi lari-larian sepanjang laga, lebih baik Fakhri mencoba untuk mengeksploitasi permainan dari lini tengah. Karena beberapa kali gelandang Timnas Indonesia U-18 sangat rajin memberikan kontribusi nyata.
Dengan begitu, Fakhri bisa memainkan skema 4-2-3-1 agar para gelandang Timnas Indonesia U-18 lebih sering memainkan peran ketimbang melakukan direct ke sisi lapangan. Dengan kompsisi gelandang berkualitas dan agresif, tentu skema ini bisa berjalan dengan baik.