Nasib-nasib Juru Kunci Putaran Pertama, Bisa Hindari Degradasi di Akhir Musim?
INDOSPORT.COM - Kompetisi Shopee Liga 1 2019 telah menyelesaikan paruh musim dan Semen Padang keluar sebagai juru kunci. Akankah Kabau Sirah terdegradasi melihat nasib juru kunci putaran pertama pada musim-musim sebelumnya?
Putaran pertama Liga 1 2019 telah berakhir meski belum semua tim menjalani 17 pertandingan. Bali United berada di puncak klasemen, sementara Semen Padang menempati posisi juru kunci.
Semen Padang mengoleksi 11 poin dari 16 pertandingan dengan rincian dua kemenangan, lima imbang, dan sembilan kali kalah. Total 13 gol berhasil disarangkan berbanding 23 gol kemasukan dengan selisih gol minus 11.
Semen Padang bahkan baru bisa merasakan kemenangan setelah pekan ke-12. Sebagai imbasnya, pelatih Syafrianto Rusli mundur setelah kalah 1-3 dari Tira-Persikabo selepas laga tunda pekan ke-4.
Menjadi juru kunci paruh pertama bukanlah pertanda baik bagi Semen Padang. Di era Liga 1, juru kunci paruh pertama selalu terjerat degradasi.
Pada Liga 1 2018, PSMS Medan yang keluar sebagai juru kunci paruh musim (18 poin) akhirnya terdegradasi setelah mengakhiri kompetisi di urutan paling bawah (34).
Nasib sama juga dialami Persiba Balikpapan edisi 2017. Menjadi juru kunci paruh musim (7 poin), Persiba Balikpapan akhirnya terdegradasi di urutan dua terbawah (27 poin), hanya lebih baik dari Persegres Gresik United.
Pada Indonesia Super League (ISL) 2014 yang menggunakan sistem dua wilayah, nasib dua tim penghuni juru kunci paruh pertama, Persijap Jepara dan Persiba Bantul, semuanya berakhir dengan degradasi.
Persijap Jepara dan Persiba Bantul tidak beranjak dari posisi juru kunci sampai akhir musim dan terpaksa turun kasta ke Divisi Utama.
Jauh menilik ke belakang lagi pada ISL 2009/10, Persitara Jakarta Utara yang menjadi juru kunci paruh musim (15 poin) akhirnya terdegradasi di posisi buntut (28 poin).
Arema Indonesia (2011/12), Persija Jakarta (2013), dan Pelita Jaya (2010/11) menjadi klub yang berhasil selamat dari degradasi setelah menduduki posisi juru kunci paruh musim.
Khusus edisi 2010/11, hanya ada satu tim yang terdegradasi setelah PSM Makassar, Persema Malang, dan Persibo Bojonegoro memutuskan berhijrah ke Liga Primer Indonesia (LPI).
Jika ingin selamat dari degradasi setelah menjadi juru kunci paruh musim, Semen Padang harus mampu mengoleksi poin sebanyak-banyaknya di sisa pertandingan paruh kedua. Bagaimana caranya?
1. Semen Padang Lolos dari Degradasi?
Klub juru kunci paruh musim rata-rata hanya mampu mengoleksi 20 poin sebelum akhirnya terdegradasi. Torehan tersebut masih kurang jika melihat pencapaian Arema Indonesia dan Persija Jakarta.
Arema Indonesia sanggup menambah 24 poin untuk bisa lolos dari degradasi, sementara Persija Jakarta 30 poin. Catatan itu bisa menjadi patokan Semen Padang di paruh kedua nanti.
Semen Padang dapat memulainya dengan memaksimalkan delapan laga kandang tersisa di Stadion H. Agus Salim, Padang. Dari sana, Semen Padang bisa mengoleksi 24 poin.
Begitu juga dengan laga tandang, Semen Padang harus mulai menyulitkan tim tuan rumah. Usaha tersebut sudah terlihat di laga tandang terakhir melawan Madura United, Rabu (28/8/19) lalu, yang berakhir imbang 1-1.
Dari segi internal klub, Semen Padang harus segera mencari pelatih berkualitas, baik itu lokal maupun asing, yang bisa langsung memberikan dampak signifikan terhadap penampilan tim.
Artinya, Semen Padang butuh pelatih yang telah mengenal kultur sepak bola Indonesia. Jafri Sastra barang kali bisa direkrut kembali melihat rekam jejaknya musim 2018 lalu yang menyelamatkan PSIS Semarang dari jerat degradasi.
Setelah itu, Semen Padang hanya perlu memadukan permainan dengan pemain asing baru yang telah direkrut, yakni Yoo Hyun-koo, Thiago Moura, dan Henrique Santos.
Nasib kini berada di tangan Semen Padang sendiri. Akankah berakhir terdegradasi seperti juru kunci paruh musim lainnya atau menolak menyerah seperti Arema Indonesia dan Persija Jakarta? Jawabanya bisa diketahui di akhir Shopee Liga 1 2019.