Cara yang Belum Dilakukan AC Milan untuk Bangkit
INDOSPORT.COM - AC Milan lagi-lagi harus menelan kekalahan kala melakoni laga tandang ke markas Torino di Stadion Olimpico Grande Torino, Jumat (27/09/19) dini hari WIB.
Ini adalah kekalahan beruntun Milan setelah pekan sebelumnya dihajar Inter 2-0 dalam laga Derby della Madonnina.
Sinyal tanda bahaya pun mulai dibunyikan. Sportitalia melaporkan selepas kekalahan atas Inter, manajemen langsung menggelar pertemuan dengan Marco Giampaolo.
Dalam pertemuan itu, manajemen memberi ultimatum kepadanya untuk meraih hasil bagus di tiga laga berikutnya. Sayang, baru juga lawan Torino, Giampaolo sudah kehilangan poin.
Dua kemenangan dan tiga kekalahan dari lima laga awal Serie A bukanlah hasil yang diinginkan oleh Milan yang memiliki target lolos ke Liga Champions. Fans pun patut khawatir musim ini tim favoritnya kembali menemui kegagalan.
Tujuh tahun sudah Milan menjalani hidup sebagai tim medioker. Terakhir kali Milan kompetitif dan mampu bersaing di tiga besar adalah pada musim 2011-2012.
Selepas itu, Milan selalu finis di luar empat besar. Bahkan pada musim 2014/15, I Rossoneri finis di posisi kesepuluh. Posisi terburuk dalam hampir tiga dekade terakhir.
Berbagai usaha sebetulnya sudah dilakukan untuk membangkitkan AC Milan. Misalnya dengan membeli pemain-pemain baru, gonta-ganti pelatih, menginvestasikan 200 juta euro, sampai mengganti presiden dan jajaran direksi.
Namun, hasilnya nihil. Milan tetap saja gagal tembus Liga Champions dan meraih trofi bergengsi. Apa sebenarnya yang keliru di AC Milan?
Usaha Membangkitkan AC Milan
AC Milan selama ini terlalu bertumpu dan percaya kepada pemain-pemain muda. Hal ini pada prinsipnya bagus,
Namun, pemain muda harus diimbangi dengan keberadaan pemain bintang berpengalaman. Pemain muda membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan bersaing di level atas.
Milan saat ini membutuhkan pemain bintang dengan reputasi dan kemampuan yang absolut. Bukan lagi pemain-pemain berbakat atau potensial.
Milan perlu mendatangkan 4-5 pemain seperti ini dalam satu setengah musim. Contoh pemain bintang yang masuk kategori ini adalah Memphis Depay, Gareth Bale, Luka Modric, Angel Di Maria atau Bruno Fernandez.
Datangnya Gonzalo Higuain pada musim lalu sempat memberi harapan. Namun, Higuain saja jelas tidak cukup. Maka tak heran musim lalu Milan masih terpuruk.
AC Milan di bawah Yong Hong Li sebetulnya pernah membelanjakan lebih dari 200 juta uero untuk pemain baru. Namun, dari hampir selusin pemain baru yang datang, hanya Leonardo Bonucci saja yang berstatus pemain bintang dunia.
AC Milan sudah harus berani menciptakan rekor. Jangan lagi membeli pemain-pemain medioker seharga 25-30 juta atau pemain-pemain muda yang ujung-ujungnya lamban bersinar.
Pemain-pemain seperti Andre Silva, Fabio Borini, Hakan Calhanoglu, Ricardo Rodriguez, atau Franck Kessie belum layak diberi tanggung jawab membawa kesuksesan untuk klub sebesar AC Milan.
Jika kebijakan pembelian pemain masih sama, maka jangan harap Milan bisa bersaing di level tertinggi. Berjuang di enam besar pun harus tertatih-tatih.
Hal berikutnya yang wajib dicoba AC Milan untuk mewujudkan kebangkitan yang sesungguhnya adalah dengan mendatangkan pelatih kelas dunia.
Jika Anda perhatikan, selepas ditinggal Allegri, tak ada pelatih kelas wahid yang datang ke AC Milan. Milan justru lebih doyan memakai pelatih-pelatih 'hijau' yang dicomot dari alumni mereka sendiri.
Semuanya gagal menggapai target yang diinginkan fans dan manajemen. Tapi Milan seperti tak mau belajar dari kesalahan.
Filipo Inzaghi pergi, datang Clarence Seedorf, Seedorf pergi, datang Gennaro Gattuso. Ketiganya berakhir dengan kegagalan.
Montella, Mihajlovic, sampai Marco Giampaolo juga tak ada bedanya. Ketiganya terbukti hampir belum menggapai apa-apa dalam karier mereka.
Dengan skuat seadanya, Milan pun mendatangkan pelatih seadanya. Kombo inilah yang melahirkan mediokritas di tim AC Milan.
Milan membutuhkan pelatih-pelatih kelas dunia seperti Antonio Conte, Manuel Pellegrini, Luciano Spaletti, atau Jose Mourinho. Bukan lagi pelatih coba-coba.
Kecuali jika Milan dianugerahi skuat megabintang, silahkan mendatangkan pelatih muda. Pasti tetap akan ada hasil yang didapat.
Sudah Terlambat?
AC Milan memiliki siklus kebangkitan. Sebelum meraih kejayaan di akhir 80-an sampai awal 90-an, Milan pernah sangat terpuruk dengan dua kali terdegradasi.
Pada kesuksesan di era pertengahan 2000-an pun, Milan terlebih dahulu harus menjalani beberapa musim buruk di bawah bayang-bayang Roma, Juventus, dan Lazio.
Di era sekarang ini, siklus itu sepertinya berulang. Milan harus rela menderita terlebih dahulu untuk kemudian merasakan kebangkitan sesungguhnya.
Tapi, apakah sudah terlambat? Tujuh tahun bukanlah waktu yang sebentar. Selain itu, Milan kini tengah dirundung masalah Financial Fair Play.
Andai saja Milan melakukan dua saran di atas pada masa kepemimpinan Yong Hong Li, mungkin hasilnya akan berbeda.
AC Milan pun kini tinggal berharap pada skuat yang ada sambil mencicil kedatangan pemain bintang sekaligus mengevaluasi terus kerja Marco Giampaolo.