x

Kegagalan Liverpool Juara Liga Inggris Bisa karena Dirinya Sendiri

Selasa, 8 Oktober 2019 20:10 WIB
Penulis: Luqman Nurhadi Arunanta | Editor: Theresia Ruth Simanjuntak
Pelatih Liverpool, Jurgen Klopp meunjukan ekspresi yang tak mengenakan usai timnya dikalahkan Napoli.

INDOSPORT.COM - Liverpool sedang dalam fase baik-baiknya di Liga Inggris musim 2019-2020. Bukan tidak mungkin, hasil apik di pekan-pekan awal menuntun mereka menuju gelar juara.

Hingga pekan ke-8, Liverpool sama sekali belum terkalahkan. Raihan 24 poin dari hasil delapan kemenangan beruntun menempatkan Liverpool di puncak klasemen.

Manchester City sebagai rival terberat Liverpool justru sedang mengalami nasib apes. Kekalahan melawan Wolves di pekan ke-8 membuat selisih poin menjadi delapan angka.

Meski masih 30 pertandingan tersisa, semesta seakan-akan memberi jalan kepada Liverpool untuk meraih gelar juara Liga Inggris sekaligus memupus puasa gelar juara selama 30 tahun.

Baca Juga
Selebrasi para pemain Manchester City usai meraih gelar juara Premier League.

Barang kali, ini saatnya Liverpool meraih gelar juara Liga Inggris dan menyudahi hegemoni Manchester City dengan Pep Guardiola-nya selama dua musim terakhir.

Liverpool tengah berada di jalan yang baik. Peluang juara semakin nyata di depan mata dan kepincangan Manchester City dalam menapaki tangga juara kian ternganga.

Anak asuh Jurgen Klopp mungkin tidak akan bersaing dengan Manchester City, Tottenham Hotspur, Chelsea, apalagi Arsenal dalam perebutan gelar juara Liga Inggris.

Kegagalan Liverpool meraih gelar juara bisa karena dirinya sendiri. Maksudnya, Klopp harus mulai menyadari kondisi timnya yang perlahan rapuh.

Klopp tidak bisa terus memaksakan winning team-nya selalu tampil di setiap pertandingan. Ada kalanya, ia harus melakukan rotasi dan memanfaatkan kedalaman skuat.

Trisula lini depan Liverpool tercatat telah bermain rata-rata sebelas kali musim ini atau tak tergantikan: Mohamed Salah (12), Sadio Mane (11), Roberto Firmino (12).

Hamza Choudhury (tengah bawah) saat menekel Mohamed Salah

Sementara itu, pelapisnya kurang mendapat kesempatan: Divock Origi (9), Xherdan Shaqiri (4), dan Adam Lallana (5).  Begitu timpang. Tidak heran, Klopp sangat bergantung kepada trio Fir-Man-Sah.

Klopp tentu tidak bisa terus-menerus menurunkan Salah. Ada kalanya Salah mengalami penurunan performa dan pemain lain harus siap menjadi penggantinya.

Masalah gap kualitas akan menjadi problem baru. Origi mungkin siap, tetapi bagaimana dengan Lallana dan Shaqiri yang jarang mendapatkan menit bermain lebih?

Lini tengah juga demikian, Liverpool juga masih mempercayai gelandang-gelandang terbaiknya: Fabinho (12), Georginio Wijnaldum (12), Jordan Henderson (11), dan James Milner (11).

Masalah mulai terendus di sektor pertahanan. Liverpool terus ketagihan untuk menurunkan Trent Alexander-Arnold (12), Andrew Robertson (12), dan Virgil van Dijk (12).

Jika Robertson cedera, Liverpool memang masih memiliki Milner. Namun demikian, bagaimana jika Liverpool harus tampil tanpa Van Dijk?

Duet Van Dijk dan Dejan Lovren di laga kontra Leicester City pada pekan 8 lalu bahkan membuat pendukung Liverpool waswas dan khawatir.

Virgil van Dijk (kiri) saat melawan Southampton
Baca Juga

Kebobolan tiga gol di matchday 2 Liga Champions 2019-2020 melawan RB Salzburg juga menjadi pertanda lain Liverpool sudah harus mulai sadar dengan kerapuhan di lini pertahanannya.

Jalan menuju tangga juara telah terbuka. Jangan sampai Liverpool harus terpeleset karena habis bensin yang sebenarnya sudah Klopp sadari sedari dini.

Masalah kedalaman skuat dan rotasi pemain bisa menjadi faktor penentu bagi Liverpool. Klopp masih punya banyak waktu untuk meramu skuatnya tetap fit dan fokus.

Setelah jeda internasional, masih ada tiga laga berat menanti, pekan depan (9) melawan Manchester United, Tottenham Hotspur (10), dan Manchester City (12).

LiverpoolMohamed SalahJurgen KloppLiga InggrisBola InternasionalVirgil van Dijk

Berita Terkini