Rusuh Laga PSIM vs Persis, Profesionalisme Liga 2 Makin Diragukan
INDOSPORT.COM - Kerusuhan suporter di pertandingan Derbi Mataram antara PSIM Yogyakarta vs Persis Solo di Stadion Mandala Krida, Senin (21/10/19) kemarin membuat profesionalisme Liga 2 2019 makin diragukan.
Kerusuhan ini membuat Liga 2 2019 sebagai jalur untuk masuk ke Liga 1 yang merupakan kompetisi kasta tertinggi dan profesional di sepak bola Indonesia makin tercoreng.
Ya, seperti yang kita ketahui bahwa kerusuhan antara PSIM vs Persis Solo meletus dipicu peristiwa cekcok antarpemain yang membuat seisi stadion menjadi riuh.
Peristiwa ini salah satunya diawali dengan tendangan brutal yang dilakukan oleh bek PSIM yang terkena kartu merah, Achmad Tolle, ke arah pemain Persis Solo, Dedy Cahyono.
Selain itu ada pula momen pemain Persis, Shulton Fajar, melakukan provokasi usai melakukan pelanggaran dan mengulur waktu. Dari sini terlibat cekcok antarpemain.
Hal tersebut memicu suporter memasuki lapangan, sehingga laga dihentikan pada menit 93'. Suporter pun ikut terpancing dan melempar benda-benda ke arah bench pemain Persis Solo.
Polisi tak lama menembakan gas air mata hingga akhirnya kerusuhan meluas sampai ke luar stadion. Kejadian ini tentu menjadi noda hitam yang sangat menggores perjalanan kompetisi sepak bola Indonesia di tahun 2019.
Tentu tak sedikit yang mempertanyakan profesionalisme yang diusung di Liga 2, padahal tim-tim yang berlaga di kasta ini saling berkompetisi untuk mendapat 3 tiket promosi ke Liga 1.
Miris sekali, ketika INDOSPORT coba tarik mundur ke beberapa bulan lalu saat Liga 2 2019 hendak digulirkan. Ternyata profesionalisme mereka sudah dipertanyakan oleh beberapa pihak.
Profesionalisme Liga 2
Suara paling kencang yang mempertanyakan profesionalisme Liga 2 sesaat sebelum bergulir ialah Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI).
Selaku badan yang dibentuk untuk menjamin kompetisi olahraga berjalan dengan profesional, BOPI pun punya standar verifikasi yang sangat ketat.
BOPI sendiri sempat menyatakan dukungannya pada perkembangan industri profesional olahraga di Indonesia yang tentu berpengaruh baik untuk perekonomian Indonesia. Hal ini diungkapkan lewat pertemuan BOPI dengan pihak PT LIB pada April 2019 lalu.
Ketua BOPI, Richard Sam Bera mengaku siap dan menyambut baik niat PT LIB yang ingin menyelenggarakan kompetisi sepak bola profesional. Di mana kita ketahui, PT LIB sendiri merupakan operator dari Liga 1 dan juga Liga 2.
"Sejalan dengan hal tersebut (kompetisi profesional), kami harus melakukan verifikasi ketat sebelum memberi rekomendasi pelaksanaan kegiatan olahraga profesional," ucap Richard Sam Bera kepada awak wartawan (10/04/19).
Menurut Richard lagi, BOPI ingin tahu bagaimana status profesionalisme sebuah klub Liga 1 dan Liga 2 menurut badan hukum, kondisi keuangan, kontrak pemain, tunggakan gaji, syarat untuk pemain asing, pajak, peningkatan kapasitas wasit, infrastruktr dan sebagainya.
BOPI juga pada April 2019 lalu meminta komitmen PT LIB soal keselamatan dan keamanan semua pihak, termasuk tidak ada lagi kerusuhan suporter apalagi sampai ada korban jiwa. Bahkan rekomendasi bisa dicabut jika terjadi hal-hal yang dilarang di atas.
"Kami berharap Liga 1 dan Liga 2 musim 2019 menjadi liga terbaik sepanjang sejarah sepak bola Indonesia. Selain prestasi, saya harap Liga 1 dan Liga 2 menyajikan tontonan berkelas, menghibur, aman, nyaman dan bisa jadi hiburan keluarga," harapan BOPI saat itu.
Sampai sebulan kemudian dari harapan itu diucapkan, langsung berubah menjadi keraguan dari BOPI. Bahkan Liga 2 saat itu terancam tidak dijalankan untuk musim 2019.
BOPI yang mengaku telah melakukan verifikasi, menemukan sejumlah klub Liga 2 yang masih punya tunggakan gaji, masalah keuangan klub dan legalitas PT jelang satu bulan sebelum bergulir.
Liga 2 Bermasalah Sebelum Bergulir
Sekretaris Jenderal BOPI saat itu, Sandi Suwardi bahkan berkelakar pada tanggal 27 Mei 2019 lalu, Liga 2 nasibnya tidak jelas, atau masih abu-abu.
Bahkan Sandi menyebut PT LIB terkesan tidak serius dalam menggelar Liga 2 musim ini. Proses verifikasi yang diminta di pertemuan pertama pada April 2019 sama sekali tak dilakukan.
"Saya pernah tanya Liga 2 ini profesional atau tidak? jawabnya semiprofesional. Kan itu aneh, mana ada kompetisi semiprofesional? Kalau memang amatir, tidak profesional, silakan jalan tanpa kami," kata Sandi saat itu.
Selain PT LIB yang disebut tidak serius, BOPI juga menyebut tunggakan gaji pemain masih terjadi di klub-klub peserta Liga 2 musim ini, menurut laporan dari Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI).
Terlihat jelas bahwa sebelum Liga 2 musim ini hendak digulirkan, banyak masalah dan keraguan yang muncul khususnya dari BOPI, badan yang menjamin profesionalisme olahraga di Indonesia.
Kerusuhan yang terjadi di pertandingan Derbi Mataram antara PSIM Yogyakarta vs Persis Solo pun membuat keraguan akan profesionalisme Liga 2 makin menjadi masuk akal. Ini kompetisi amatir atau profesional?