Banyak Diselimuti Skandal, Masih Perlukah Ballon d'Or Diadakan?
INDOSPORT.COM - Banyak kontroversi dan skandal menyelimuti penghargaan Ballon d'Or setiap tahunnya. Hal tersebut membuat ajang ini dinilai penuh kebohongan, dan dipertanyakan keabsahannya.
Salah satu penghargaan paling bergengsi di dunia sepak bola, Ballon d'Or 2019 baru saja diumumkan di Paris, Prancis pada Selasa (03/12/19) dini hari tadi.
Megabintang Barcelona, Lionel Messi keluar sebagai pemenangnya, setelah meraih perolehan suara tertinggi berdasarkan hasil voting yang dihimpun dari 180 jurnalis olahraga di seluruh dunia.
Messi mengalahkan dua nama favorit lain yakni Virgil Van Dijk di posisi kedua, dan Cristiano Ronaldo di urutan ketiga disusul oleh Sadio Mane di peringkat keempat.
Keberhasilan Messi merebut Ballon dOr 2019 tidak lepas dari penampilan impresifnya musim 2018-2019 ini. Dirinya mencetak 51 gol di semua kompetisi dan mengantar Barcelona menjuarai Liga Spanyol.
Sementara musim ini, pemain berusia 32 tahun itu sudah bikin 11 gol di semua kompetisi. Dengan begitu, Messi berhasil menorehkan sebuah sejarah, yaitu jadi pesepakbola pertama yang sudah meraih total 6 gelar Ballon d'Or.
Sebelumnya, pesepakbola asal Argentina itu meraihnya pada 2009, 2010, 2011, 2012, dan 2015. Messi unggul satu gelar dari Ronaldo yang berada di posisi kedua sebagai pengoleksi terbanyak dengan 5 Ballon d'Or.
"Hari ini saya meraih Ballon d’Or keenam saya. Ini momen yang benar-benar berbeda, saya hidup bersama keluarga dan anak-anak saya," ujar Lionel Messi.
Akan tetapi terpilihnya Lionel Messi sebagai pemenang Ballon d'Or 2019 ternyata diiringi dengan kontroversi, dan mengundang banyak kritikan.
Lionel Messi Dinilai Tidak Layak
Publik menilai pemilik nomor punggu 10 dinilai tidak layak, karena performanya tidak begitu menonjol musim lalu. Dirinya gagal memberikan treble untuk Barcelona, dan melempem bersama Timnas Argentina di Copa America 2019.
Virgil Van Dijk disebut-sebut lebih pantas, karena berhasil membawa Liverpool juara Liga Champions, dan menjadi pilar penting di lini belakang The Reds serta timnas Belanda.
Musim ini, Van Dijk kembali membawa Liverpool tampil perkasa dan menjadi kandidat kuat peraih gelara Liga Inggris karena belum terkalahkan hingga pekan ke-14.
Kontroversi bukan hanya sampai di situ. Jauh sebelum ini, ajang penghargaan Ballon d'Or rupanya sudah banyak yang meragukan keabsahannya, karena sistem pemilihan tak menutup kemungkinan akan terjadinya kolusi dan nepotisme.
Contohnya saja, sebelum diumumkan sebuah hasil akhir perolehan suara Ballon d'Or 2019 sudah bocor ke publik, yang menempatkan Lionel Messi di urutan pertama.
Kejadian serupa terjadi untuk edisi 2017 dan 2018, dimana salah satu jurnalis asal Prancis menyebut Ronaldo memenangkan Ballon d'Or 2017 dan Luka Modric untuk tahnu 2018.
Sistem Pemilihan yang Tidak Akuntable
Kontroversi lainnya adalah periode pemilihan. Terlalu panjangnya dan tidak punya spesifikasi menilai dari kompetisi domestik atau level Eropa untuk jadi tolak ukur utama.
Hal itu bisa membuat banyak perubahan. Sebagai contoh, penampilan istimewa Van Dijk pada musim 2018-2019, yang membawa Liverpool juara Liga Champions, dan tampil impresfi bersama Liverpool di Liga Inggris.
Akan tetapi kalah dengan performa heroik Lionel Messi di liga domestik yang memberikan gelar LaLiga untuk Barcelona, dan merebut sepatu emas, sebagai pencetak gol terbanyak liga dalam satu musim di Eropa dari lima liga top Benua Biru.
Jika pemenang Ballon d'Or benar-benar dipilih berdasar bakat murni dan kehebatan di atas lapangan, maka Messi dan Ronaldo seharusnya telah mengoleksi lebih dari sekadar enam trofi.
Seperti kita ketahui, dua pemain terbaik itu selalu konsisten dalam meraih gelar dan mencetak gol. Sedikitnya 40-50 gol bisa mereka ciptakan.
Masih Layakkah Ballon d'Or Ada?
Terlepas dari kontroversi dan skandal yang setiap tahunnya selalu terkuak, Ballon d'Or nampaknya masih layak untuk ada sebagai wadah memberikan apresiasi terhadap pemain terbaik di dunia.
Dan juga jadi alasan motivasi seorang pemain untuk menunjukan permainan terbaiknya setiap musim. Akan tetapi dengan sistem penilaian yang harusnya lebih transparan dan bisa diubah formatnya.
Ballon d'Or sendiri adalah penghargaan sepak bola tahunan. Penghargaan ini diberikan kepada pemain yang terpilih karena telah melakukan yang terbaik pada musim sebelumnya.
Sejarah Singkat Ballon d'Or
Penghargaan ini digagas oleh penulis majalah ternama asal Prancis, France Football, Gabriel Hanot, yang meminta rekan-rekannya (sesama jurnalis) untuk memilih pemain terbaik di Eropa pada tahun 1956.
Keluarlah pemenang pertama yakni Stanley Matthews dari Blackpool. Awalnya, wartawan olahraga di Eropa hanya diperbolehkan memilih pemain asal negara Benua Biru.
Itu artinya, pemain seperti Diego Maradona (Argentina) dan Pele (Brasil) yang tampil memukau pada masanya tidak bisa meraih Ballon d'Or karena mereka berasal dari luar Eropa.
Akan tetapi seiring berjalannya waktu, peraturan akhirnya diubah. Pada tahun 1995, pemain asal luar Eropa yang bermain di klub Eropa boleh dipilih, jika menunjukan penampilan impresif.
Pemain non-Eropa pertama yang memenangkan penghargaan Ballon d'Or ini adalah pemain AC Milan, George Weah pada tahun yang sama.