Rahmad Darmawan, Si Pelatih yang 'Alergi' dengan Klub Bertabur Bintang
INDOSPORT.COM - Bakal menukangi Madura United, Rahmad Darmawan bisa gagal musim depan karena dirinya punya catatan yang buruk dengan klub bertabur bintang.
Jelang berakhir kompetisi Liga 1 2019 yang hanya tinggal menyisakan satu pertandingan lagi, membuat sejumlah klub langsung tancap gas mempersiapkan tim guna menyongsong musim depan.
Salah satunya adalah Madura United. Tim bertabur bintang asal Pulau Garam itu mulai melakukan penjajakan, untuk mencari pelatih baru menggantikan caretaker Rasiman.
Nama yang santer segera merapat adalah Rahmad Darmawan. Hal itu diutarakan langsung oleh Presiden Madura United, Achsanul Qosasi usai menyaksikan laga Persija vs Madura United bersama RD, di Stadion GBK, Jakarta.
"Kami akan menunjuk pelatih lokal saja. Iya sudah bisa dipastikan dia (Rahmad Darmawan) menangani tim. Sudah coach, tidak usah ditutup-tutupi lagi," ucap Achsanul Qosasi, Jumat (13/12/19).
Rencananya mantan pelatih Timnas Indonesia ini akan dikontrak selama satu musim, dan akan segera mendampingi Madura United di laga sisa Liga 1 2019, yakni saat menghadapi PSIS Semarang (17/12/19) dan Bali United (22/12/19).
Rahmad Darmawan sendiri sebelumnya sempat menganggur dalam beberapa pekan terakhir, setelah ia dipecat dari Tira Persikabo, karena mengalami rentetan hasil negatif di putaran kedua Liga 1 2019.
Di sisi lain, Rahmad Darmawan dibayang-bayangi catatan buruk dalam keputusannya menerima pinangan Madura United. Sebab, pelatih berusia 53 tahun itu seperti tidak berjodoh dengan tim bertabung bintang.
Seperti diketahui, Madura United musim ini banyak dihuni pemain berpengalaman berstatus bintang. Sebut saja Andik Vermansah, Greg Nwokolo, M. Ridho, Alberto Goncalves, Aleksandar Rakic hingga Jaimerson da Silva.
Gagal di Persija
Catatan buruk RD bersama klub bintang dimulai ketika ia menangani Persija Jakarta musim 2010-2011. Kala itu Kala itu Macan Kemayoran dihuni oleh beberapa nama tenar.
Seperti trio ABG, Aliyudin, Bambang Pamungkas dan Greg Nwokolo di lini depan yang cukup tajam. Di sektor sayap, ada nama winger lincah M. Ilham, Octavianus, Ramdani Lestaluhu.
Di tengah, ada gelandang tangguh Tony Sucipto, Agus Indra Kurniawan, Syamsul Bachri Chaeruddin. Di belakang, dua kiper tangguh yakni Jendri Pitoy dan Hendro Kartiko. Serta di barisan bek ada Precious Emuejeraye, Eric Bayemi, dan Mohammad Nasuha.
Dengan skuat yang mayortias banyak berlabel Timnas Indonesia, Rahmad Darmawan gagal membawa Persija juara. Mereka hanya puas menempati posisi ke-3 di klasemen akhir Liga Super Indonesia musim 2010-2011.
Gagal di Pelita Jaya
Dari Persija, Rahmada Darmawan hijrah menangangi klub Pelita Jaya musim 2011-2012 yang saat itu banyak dihuni pemain bintang berlabel naturalisasi.
Seperti Victor Igbonefo, Jhoni van Beukering, Diego Michiels, Ruben Warbanaran, Greg Nwokolo. Ada juga pemain lokal berkualitas yaitu Egi Malgiansyah, Dedi Kusnandar, Joko Sasongko, Dedi Kusnandar.
Sedangkan pemain asing, mereka punya top penyerang tajam asal Malaysia, Safee Salli, Alexsandra Bajevki, Stanislav Zhelev Zhekov.
Dengan bermaterikan pemain muda dan naturalisasi, RD gagal mengangkat performa Pelita yang hanya bisa finis di posisi ke-6 dengan 51 poin dari 34 laga (15 menang, 6 imbang, 13 kalah).
Gagal di Arema Cronus
Petualangan RD bersama klub baru kemudian berlanjut di tahun selanjutnya, menangangi Arema Cronus di musim 2012-2013.
Kala itu Singo Edan dihuni oleh sejumlah nama bintang seperti Cristian Gonzales, Alberto Goncalves, Muhammad Ridhuan (Singapura), Victor Igbonefo, Kurnia Meiga Hermansyah, Greg Nwokolo, hingga Keith Kayamba Gumbs.
Meski dihuni banyak pemain berpengalaman, Arema Cronus gagal juara. Mereka hanya bisa finis di posisi ke-2, dibawah Persipura dengan selisih poin 16 poin. Mutiara Hitam juara dengan koleksi 82 poin.
Gagal di Persebaya ISL
Setelah dari Arema Cronus, Rahmad Darmawan melatih Timnas Indonesia U-23 untuk ajang SEA Games 2013, setelah itu ia kemudian kembali menangani klub kali ini Persebaya Surabya versi ISL di musim 2013-2014.
Kenapa Persebaya vesri ISL, karena saat itu tengah terjadi dualisme kepengurusan PSSI hingga terjadi juga dualisme liga yakni Liga Super Indonesia dan Liga Primer Indonesia.
RD yang menukangi Persebaya ISL, dihuni banyak pemain bintang seperti Pacho Kenmogne, Fery Rotinsulu, Firmansyah, Jendri Pitoy, Muhammad Ilham, Fandi Eko Utomo, hingga Egi Melgiansyah.
Namun lagi-lagi RD gagal juara karena Persebaya versi ISL hanya gagal di 8 besar. Saat itu, liga kembali menggunakan format dua wilayah.
Gagal di Sriwijaya FC
Terbaru, Rahmad Darmawan menukangi Sriwijaya FC yang membuat gebrakan dengan banyak merekrut pemain bintang untuk berjuang di Liga 1 2018.
Sempat tampil menjanjikan di awal musim, performa Sriwijaya FC malah menurun di pertengahan musim hingga akhir musim. Tersendatnya gaji pemain jadi salah satu alasan, hingga tim berjuluk Laskar Wong Kito ini terdegradasi ke Liga 2 musim ini.
Menariknya, Rahmad Darmawan justru mendulang sukses bersama tim dengan materi yang bukan pemain bintang seperti di Persipura (2005) yang banyak dihuni oleh pemain muda berbakat, dan Sriwijaya FC (2007-2010) yang saat itu pemainnya belum jadi bintang seperti Vijay, Sulaiman Alamsyah, Ferry Rotinsulu, Slamet Riyadi, Benben Barlian